Bab 16. Pengganti Dennis?

3.9K 250 1
                                    

Aku masih menangis tersedu - sedu di pundak tante Andri. Aku benar - benar ga nyangka. Setelah itu tante Andri menceritakan cerita meninggalnya Nico. Nico meninggal karena sakit tepat ketika Dennis juga mengalami kecelakaan dan kemudian meninggal. Setelahnya aku putus kontak dengan keluarga Dennis karena aku harus pergi ke Stanford melanjutkan studiku. Aku anggap aku sudah melupakannya. Aku sudah tutup buku soal Dennis tapi, tante Andri bilang jantung dan mata Nico tercangkok di dalam tubuh Dennis. Air mataku tak terbendung lagi. Aku menangis. Lagi.

"Dennis masih hidup, Ta" katanya sambil mengelus punggungku. Astaga. Aku ga tau harus seneng apa sedih mendengarnya. Ku lihat tante Andri juga menangis.

"saat itu, Nico liat Ibunya Dennis sedang menangis di lorong rumah sakit. Dia menceritakan keadaan anaknya, karena kecelakaan itu pula kedua alat vitalnya tidak berfungsi lagi dan tiba - tiba Nico minta operasi pencangkokan jantung dan matanya untuk Dennis.
Tante nolak, Ta. Tante masih punya harapan kalau Nico itu bisa sembuh, tapi dia minta dokter untuk segera melakukan operasi pencangkokkan itu. Kamu tahu apa yang dia bilang ke tante?" tanya tante Andri dan aku menggeleng cepat.

"dia bilang, dia sayang sama kamu, dan orang yang kamu sayangi itu Dennis. Dia mau liat kamu dan Dennis hidup bahagia. Dia mau Dennis tetap hidup biar kamu bahagia. Karena dia tahu orang yang bisa buat kamu bahagia, cuma Dennis. Dia bilang gitu ke tante. Awal tante mau temuin kamu, mau marahin kamu tapi tante mikir, Nico itu ternyata baik banget. Baik kayak malaikat yang ngejaganya sekarang"

"tapi, kenapa pihak rumah sakit bilang kalau Dennis udah ga ada?" tanyaku sesenggukan.

"itu permintaan Nico. Dia ga mau pertolongannya di ketahui kamu. Saat kamu sudah tau Dennis meninggal dan kamu langsung ke Amerika, pencangkokkan itu di mulai. Hati tante sakit, seperti kulit tante disayat abis. Tante ga tega liat Nico saat itu, alat - alat di tubuhnya dilepas satu persatu setelah operasi. Tante hancur, Ta"

"tante maafin Alista.." kataku memegang erat tangannya.

"kamu ga salah, Ta. Tante senang, utang tante pada Nico sudah lunas. Kamu sudah mendengar semua ini. Ohya.." kata tante Andri lalu mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu di atas sana.

"ini alamat rumah terkahirnya Nico, tante akan lebih senang lagi, kalau kamu mau kesana. Nico pasti bahagia kamu datang" kata tante Andri lagi dan memberikan kertas itu padaku.

Selang beberapa menit aku pamit ke tante Andri dan bergegas menuju tempat tinggalnya Nico yang sekarang. Tanpa mengeluarkan kata apapun aku masuk ke mobilnya Baron, dia menatapku bingung cuman aku memberinya sebuah kertas yang diberi tante Andri padaku. Sepertinya dia mengerti aku ingin pergi kesana.

Setelah mencari alamat yang ditulis dikertas itu kemudian aku menemukannya. Sebuah lisan bertuliskan Nicolas Pramero yang sangat menusuk mata dan hatiku. Aku adalah teman yang jahat buat Nico dia tidak seharusnya melakukan itu kepadaku. Nico, kenapa kamu ga bilang dari awal kamu suka aku? ya Tuhan aku jahat sekali...

Aku melihat Baron menaikkan alisnya yang tak percaya Nico sudah meninggal, begitupun aku. Aku masih ga percaya. Baron mendekapku dengan erat, aku tidak bisa berhenti menangis. Kalau saja Tuhan memberiku kesempatan untuk bertemu dengannya sekali saja.

Tugasku sekarang adalah mencari mata dan jantung Nico, aku ingin merasakan jantung Nico yang selalu berdegup kencang ketika berada didekatku seperti yang dikatakan tante Andri, aku ingin merasakannya.

"nih" kata Baron memberiku sebotol air mineral. Kami duduk di bangku panjang depan rumahku. Aku sudah menceritakan apa yang terjadi di rumah Nico tadi siang dan Baron sama sekali tidak berkomentar apapun, dia hanya mendengarkan. Itu yang aku butuhkan. Hanya perlu mendengar.

Single LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang