Bab 11. No Bestfriend No Forever

4.1K 279 6
                                    

Tingnong..

Tingnong..

Suara bel kamar hotel terus memanggilku untuk membuka pintu segera. Chiko rupanya.

"euhhh.." katanya melengos sambil menutup hidungnya, mungkin aroma alkohol yang kuminum semalam menusuk pernapasannya.

"are you drunk?" tanyanya.

"again.." jawabku sambil mengucek mataku.

"Ta, lo ga lupa hari ini meeting client, kan?"

"ahhh!"

Buru - buru aku berlari masuk ke kamar mandi dan membuka semua pakaianku. Aku menunda, aku melihat Chiko masih di ambang pintu.

"oke, gue tunggu disana ya, nanti biar Alex yang jemput" lalu dia menutup pintu kamar hotelku, aku pun langsung menuju kamar mandi. Yang jemputku Alex? oke, aku ga mau ambil pusing, aku harus fokus karena ini client penting yang menentukan nasib perusahaanku kedepannya.

Sehabis mandi ku keringkan rambutku dengan hairdryer pemberian Riza.. maksudku Nico. Ku poles permukaan bibirku dengan warna maroon semoga ini menjadi keberuntunganku.

"semalem lo ke bar?" tanya Alex.

"yups.."

"sendiri?" Aku menganggukkan kepalaku. "tumbenan, ada masalah, Ta?"

"Lex, please, gue ga mau bahas apapun, gue lagi hafalin teks buat presentasi nanti"

"iya, sorry.."

Sudah sampai...... Finally.

Aku masuk ruang meetingku, tapi tiba - tiba sekujur tubuhku lemas. Untung ada Alex yang memegang lenganku untuk menopangku berdiri. Kalian tahu apa yang aku lihat disana?

Riza. Ngapain dia disini? Oke, ga mungkin dia manager yang punya hotel tempat meetingku sekarang tapi mungkin saja dia..

"selamat pagi, pak Fahri" sapa Alex sambil menjabat tangannya. Fahri? Sejak kapan Riza dipanggil Fahri? Aku tau nama lengkapnya Fahriza Adlan tapi, mengapa bisa - bisanya aku ga tanya nama lengkap clientku ini. Gila! Aku benar - benar bisa gila. Riza senyam - senyum melihatku, bete. Aku berusaha tenang, walaupun sebenarnya tidak sama sekali.

"pagi, Pak!" sapaku ikut menyalaminya.

Kemudian kami memulai presentasinya, aku melihat dia masih meledekku dengan senyumannya itu. Oh Tuhan Alista, kamu harus profesional... Sumpah ini kalo bukan memandang statusnya sudah ku hancurkan rambutnya yang klimis itu.

Dua jam telah berlalu meeting pun selesai, dan Riza maksudku Bapak Fahri mau menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaanku. Syukurlah. Aku lega. Kemudian aku mendapat SMS dari Riza, ngopi yuk? ku tunggu di lobby ya. Bener - bener nih anak. Sampai di lobby dia menggandengku.

Riza kamu udah punya istri!!!

Dia menggandengku masuk ke mobilnya, wangi dalam mobilnya sama seperti parfume yang pernah aku kasih waktu SMU dulu. Aku menghirup nafas dalam - dalam. Sepertinya dia tau aku sedang menikmati wanginya ini.

"ngopi dimana sih? Bapak.. Fahri" tanyaku menekankan kalimat terakhirku.

"gantian ngeledek nih?"

"maksud kamu?" tanyaku padanya, 'gantian?' apa maksudnya.

"maksudnya apasih, Za?" tanyaku lagi berjalan menghampiri Riza yang sudah mendahuluiku. Aku mulai mengolah otakku, sejenak.. OH TUHAN JANGAN BILANG RIZA UDAH TAU KALAU... RIZA KAMU NYEBELIN ABIS. Kenapa bisa - bisanya hanya aku yang ga tau?

Single LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang