Aku keluar tapi tidak untuk mencari makan itu hanya alasanku agar Ayah tidak terus - terusan menghakimiku, aku lelah aku juga ingin memilih pilihanku sendiri tapi entah apa yang menjadi pilihanku saat ini, Tuhan belum memberi pentujuk kepadaku.
Kemudian aku mendapat pesan lagi dari Baron, sampai detik ini tidak ada kata lelah untuk bertahan denganmu yang ada hanya sedikit perasaan gelisah tentang kesetiaanmu pada diriku. Seketika aku menangis, aku menangis mengingat kejadian semalam semuanya masih membekas dipikiranku, betapa jahatnya aku pada Baron. Aku menghela nafas. Baron maafkan aku.
Lalu, aku memberanikan diri untuk menelponnya. Tersambung..
"hai" sapanya buat air mataku terus mengalir.
"Ta?"
Aku menutuskan saluran teleponnya karena tak kuasa berbicara dengannya lagi, maafkan aku, Ron. Aku udah terlanjur cinta dengan Dennis tapi aku cinta kamu juga, aku bingung. Tiba - tiba ponselku berdering ternyata dia menelponku kembali.
"aku sayang kamu.." katanya buat perasaan bersalahku semakin menjadi - jadi. "don't cry"
"i don't"
"meskipun aku ga liat kamu, tapi aku bisa denger suara kamu.. suara kamu itu lho kayak kodok kejepit"
"ada hal yang ingin aku bicarakan" kataku seakan menghiraukan guyonannya itu.
"bicaramu formal, penting kah?"
"sangat.."
"Ta.. aku percaya sama kamu, aku percaya dengan kata - katamu saat di cafe itu, tunggu aku seminggu lagi"
Dia memutuskan saluran telponnya, aku jadi teringat nasehat Ayah, mba Dina serta sahabat - sahabatku.
Tapi ini pilihanku yang aku cinta itu Dennis bukan Baron, yang akan aku nikahi itu Dennis bukan Baron, yang akan menjadi pilihanku itu Dennis bukan Baron dan saat kamu kembali dengan berat hati aku harus mengucapkan itu, Baron maafkan aku.
Malam ini aku menginap di rumah Dennis karena mba Dina dan mas Juna udah pulang dari Korea jadi aku disuruh pulang ke rumah tapi aku tidak menuruti perintah mba Dina justru aku kerumah Dennis untuk tidur dirumahnya. Aku menginginkan malam kami yang terlewat itu dan menjadikan malam ini menjadi malam yang terlewatkan itu, aku membeli lingerie yang sexy untuk menarik perhatian Dennis malam itu aku bak pelacur yang mencari pria berkantung tebal, aku ga peduli, aku berhak melakukan ini untuk orang yang aku cintai.
Dengan keadaan mabuk dan sebotol vodka yang masih kugenggam aku berjalan sempoyongan mencari kamar Dennis, namun dia tak ada sepertinya dia belum pulang dari rumah sakit. Mataku lelah sekali kemudian aku tertidur memakai lingerie yang kubeli tadi. Tak lama kemudian aku terbangun, badanku sudah di bungkus selimut tebal kepalaku berat sekali aku melihat Dennis sedang memakai kaos di hadapanku mungkin dia habis mandi, tanpa pikir panjang aku memeluknya dari belakang.
"udah bangun?" tanyanya sambil terus memakai kaos birunya. Aku mundur beberapa langkah dan menatapnya dalam. Aku siap.
"Dennis.. setubuhi aku sekarang" kataku menawarkan tubuhku padanya, aku yakin mengatakan itu dengan sadar, aku ga peduli kalau saat ini dimatanya aku tidak punya harga diri lagi, aku tidak peduli, hidupku benar - benar sudah berantakan saat dia (re: Dennis) datang lagi, dia harus menyusunnya kembali. Harus.
"kamu bercanda kan?"
"aku beli lingerie ini dan dalam keadaan mabuk aku nyetir sendirian kerumah kamu, apa kamu masih bilang ini bercanda?"
"aku ga ngerti maksud kamu, Ta"
"Dennis kamu ga perlu ngerti, tugas kamu sekarang buat aku jadi milik kamu selamanya, Dennis tolong setubuhi aku, aku mohon.." kataku berlutut padanya sambil menangis, dia juga ikut berlutut lalu memelukku erat. "Dennis aku mohon"
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Lady
Teen FictionSebuah kisah cinta yang tak pernah usai dialami oleh seorang wanita karir yang sibuk bekerja dan menyesampingkan urusan cintanya. Namun, ketika teman - temannya sudah menikah Alista mulai kewalahan mencari cinta sejatinya. Dia terjebak dalam perang...