Di dalam mobil, aku dan Zayn tak berbicara sedikitpun. Pikiranku masih tertuju pada kejadian tadi. Zayn mengatakan pada Safaa bahwa aku pacarnya?
"Liam ada dirumah kan?" Zayn memecah keheningan.
"Umm.. Ya,mungkin dia sudah pulang kuliah." Jawabku. Zayn hanya mengangguk-angguk.
"Hey Zayn. Mengapa kau berbohong pada Safaa tadi,hm?" Kini giliranku
"Berbohong apa?" Zayn mengerutkan dahi.
"Stop. Pretending. That. You. Are. My. Boyfriend." Aku menekan setiap kata. Dan mencubit lengannya kesal. Dia meringis kesakitan.
"Why? Kau tidak suka?" Kini Zayn tercengir. Sial.
"Ya,tentu. Itu sama saja kau menipunya." Jawabku
"Aku menipunya agar dia senang. Tidak salah kan?" Sesekali pria ini melirikku.
"Hmm.. Terserah kau saja,Malik." Aku memutar bola mataku.
"Sudah sampai." Zayn menghentikan mobilnya di depan rumahku.
"Thank you for today!" Zayn mengacak rambutku.
"Ur welcome. Terima kasih juga sudah mengajakku ke rumahmu." Aku tersenyum padanya.
"Baiklah. Silahkan masuk. Sepertinya Liam sudah menunggumu." Ujar Zayn
"Okay. Aku masuk dulu. Terima kasih,Zayn." Aku membuka pintu mobil.
Tetapi Zayn menahanku.
Aku menoleh padanya "Ada apa?"
Zayn mengecup keningku singkat.
Kami hanya saling melempar senyum.
"Aku..masuk dulu..bye!"***
"Hm.. Sepertinya, hari ini ada yang sedang bahagia." Sindir Liam dari sofa depan tv terdengar saat aku sedang minum soda di dapur.
"Dasar kakak pemalas.. Kerjanya hanya nonton tv saja." Omelku
"Hey, kau mengalihkan pembicaraan." Sahutnya.
Aku membawa minumanku lalu duduk di sebelahnya.
"Sudah kuduga kau sedang nonton Toy Story. Dasar anak-anak." Ujarku dengan nada mengejek.
"Ini favoritku sejak dulu. Kau tidak boleh protes,mengerti?" Kata Liam tanpa menolehku.
"Terserah kau saja." Aku kembali meneguk minumanku.
"By the way, bagaimana kau dan Zayn? Kalian sudah jadian ya?" Tanya Liam.
"What? Jadian?" Aku tersentak.
"Ya, sepertinya Zayn menyukaimu. Dan aku yakin kau juga pasti menyukainya kan?" Liam tercengir jail.
"I don't know." Jawabku singkat.
"Tenang saja,Clady. Sedikit saja dia menyakitimu, akan ku habisi dia." Kata Liam dengan nada mengancam.
"Aku sudah tau kau akan bilang seperti itu." Ujarku.
"Tentu saja, aku ini kakakmu."
"Tapi aku sudah dewasa,Liam." Protesku
"Aku tak peduli. Bahkan jika kau sudah berkeluarga, aku tetap akan melindungimu." Liam bersikeras.
Aku menatapnya. Liam tak berubah. Sejak dulu dia selalu seperti ini. Aku merasa beruntung memiliki kakak seperti dia.
Kini aku memeluknya erat. Dan aku merasakan tangannya mengelus rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Fanfiction"Dia yang selalu ada,dia yang selalu menjadi penyemangatku. Karenanya,hidupku terasa lebih berarti."-Clady "Senyumnya selalu menjadi favoritku. Sifatnya selalu membuatku nyaman. Aku mencintanya. Sangat." -Zayn "Lalu, siapa yang sebenarnya ada dihati...