• 31 : Belive or not? •

76 6 1
                                    

HELLAA! SETELAH 1 TAHUN GA UPDATE, FINALLY I'M BACK!

on mulmed : Ansel Steeve








AUTHOR'S POV

Hari berlalu begitu cepat.
Tak terasa, beberapa hari lagi ujian kelulusan akan dimulai.
Akhir-akhir ini semua sibuk mempelajari materi-materi ujian. Termasuk Clady,Zayn,Eleanor,dan Louis. Mereka terlihat benar-benar fokus dan tentu saja lebih banyak menghabiskan waktu belajar di rumah. 

From : Baby Lou❤️

Babe, kamu tunggu di depan gerbang saja. Aku ada urusan dengan Mr. Frans. Sebentar saja,okey!

Ele kembali menyimpan ponselnya dalam saku,lalu berjalan menuju parkiran.
Hari ini, mereka berencana akan refreshing setelah beberapa minggu ini sibuk mempersiapkan ujian akhir.
Mungkin untuk hari ini saja, karena dua hari lagi Ujian itu akan dilaksanakan.

Ele melirik jam yang melingkar di tangannya.
Sudah 30 menit, tetapi Louis tak kembali juga.

Tiba-tiba, sebuah sedan merah mengkilap berhenti tepat di depannya.
Lalu seseorang turun dari mobil itu dan menghampirinya.

"Hai,cutie!"

"Ck. Sedang apa kau disini." Ele terlihat kesal.

"Kau pasti sedang menunggu Louis kan?"

"Bukan urusannmu." Ele tetap saja ketus.

"Tadi,Louis menitip pesan padaku. Katanya, aku yang mengantarmu pulang. Karena tiba-tiba ibunya menelpon menyuruhnya pulang sekarang juga,katanya ada urusan penting."

"Kau tak bisa menipuku,Ansel. Orang-orang sepertimu, sudah terlalu gampang untuk dilihat."

Ansel terkekeh. "Hey,aku serius."

"Tidak. Kenapa harus kau yang di suruh Louis? Melihat wajahmu saja,dia tidak mau."

"Kau lihat sekelilingmu." Pinta Ansel.

Ele memandang sekelilingnya.
Kosong melompong. Tak ada satupun siswa disini. Artinya, seluruh siswa memang sudah pulang. Yang tersisa,hanya pria yang dihadapannya kini.

"See? Hanya aku satu-satunya yang tersisa. Makanya dia menyuruhku."

"Tidak mungkin. Kau saja tak tau dimana rumahku. Yasudah, aku naik taksi saja." Ele membalikkan badannya,namun ditahan.

"Kau salah, aku tau alamatmu dari Louis. Ini amanat dari Louis, dan aku harus menjagamu. Kalau kau tidak selamat sampai tujuan, kau mau melihat aku dan Louis saling hantam lagi?"

Perkataan Ansel membuat Ele terdiam. Dia berfikir sejenak.
Apa benar Louis menyuruh Ansel mengantarnya pulang? Kalau difikir-fikir, ini sangat tidak masuk akal.
Tapi, dia juga tak mau kejadian saling hantam kembali terulang.

"Ayoo! Tenang saja. Kau dijamin,selamat sampai tujuan."

"Tunggu sebentar." Ele meraih kembali ponselnya dalam saku.

Shit.
Ponselnya mati. Oh damn.

"Kau masih tak percaya ya?" Tanya Ansel.

Ele hanya terdiam.

"It's okay kalau kau tak mau pulang denganku. Aku hanya menjalankan perintah Louis. Sebagai lelaki, aku tak mungkin melepas anak gadis pulang sendirian. Jika terjadi apa-apa denganmu, jangan salahkan aku kalau Louis dan aku kembali bertengkar."

Ele berdecak kesal. "Baiklah! Daripada Louis kembali luka seperti kemarin,lebih baik aku pulang denganmu. Ingat! Jangan macam-macam, atau kau yang akan luka!"

"Tenang saja,nona." Ansel lalu membuka pintu untuk Ele.

***

"Tak bisa kau percepat? Aku ingin sampai di rumah secepatnya." Ujar Ele blak-blakan.

"Kau ini penakut sekali sih. Tenang saja, kau aman denganku." Ansel tetap fokus pada jalanan.

Ele sedari tadi hanya memasang wajah kesal. Dia tak betah,berlama-lama dengan orang asing disebelahnya ini. Ntah atas dasar apa,Louis menyuruhnya yang mengantar Ele pulang. Andaikan ponselnya tidak mati, Ele sudah memohon pada Louis agar mengantarnya pulang. Bukan dengan pria brengsek ini.

"Kau manis kalau cemberut." Ucap Ansel tiba-tiba.

Ele memutar bola matanya pertanda tak perduli.

"Melihat wajahmu,aku teringat seseorang."

Ele masih memasang wajah tak perduli. Walaupun sebenarnya dia mendengar perkataan Ansel tadi.

"Kau mirip Emily. Cinta pertamaku." Ujar Ansel.

Ele mencoba untuk mengingat-ingat nama 'Emily'.

'Oh,gadis yang diceritakan Louis kemarin.' Batinnya.

"Kau tau? Aku mencintainya,tanpa memilikinya. Bahkan dia sudah pergi jauh,sebelum aku bisa mendapatkannya." Sambung Ansel.

Ele hanya diam mendengar Ansel yang memulai ceritanya.
Kali ini, Ele berlagak seperti tidak tau apa-apa. Karena, dia hanya ingin mendengar kisah ini dari sudut pandang Ansel.

"Dan kau tau bagaimana rasanya? Sakit sekali. Bayangkan saja,orang yang kau cintai,pergi untuk selamanya bahkan kau belum sempat membahagiakannya. Aku benar-benar terpukul saat itu." Nada bicara Ansel terdengar melemah. Ele meliriknya sekilas.

"Begitu melihatmu, rasanya seperti dia hadir kembali. Makanya aku senang ketika ada kesempatan untuk mengantarmu pulang."

Eleanor kini bingung harus apa. Hatinya tak boleh luluh dengan bajingan ini.

"Baiklah,sudah sampai." Ujar Ansel,membuat Ele bernafas lega. Akhirnya dia lepas dari Pria ini.

"Terima kasih sudah mengantaku pulang." Ucap Ele singkat.

"Santai saja. Aku hanya menjalankan amanat. Lain kali, tanpa disuruh Louis pun aku mau mengantarmu pulang." Balas Ansel sambil tersenyum.

"Baiklah. Aku masuk dulu. Sekali lagi, terima kasih." Ele turun dari mobil itu lalu masuk ke rumahnya.

Cerita Ansel tadi terus berputar di otaknya.
Ternyata,dibalik sifatnya yang keras,Ansel juga punya sisi lembut. Ansel terlihat sangat setia dengan Emily. Dilihat dari caranya menjelaskan, betapa berharganya Emily dalam hidupnya.

Dan percaya atau tidak, hati Elanor terketuk. Hatinya melunak. Dia merasa harus lebih respect pada Ansel. Dia merasa iba mendengat cerita Ansel tadi.

Yap. Itulah. Elanor si hati yang gampang terpengaruh.

Tanpa sadar, dia masuk ke dalam perangkap Ansel.

******

HAYOLOH. SI ANSEL MAKSUDNYA APAAN.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang