• 26 : Karma •

51 8 2
                                    

ps : mulmed ceritanya flashback gitu ya.

Di mobil, kami tak banyak bicara. Bahkan tidak sama sekali. Clady hanya diam dan sibuk dengan fikirannya.

Kini hanya terdengar suara musik dari radio. Kami berdua sama-sama diam.

"Clay.." Aku memecah keheningan. Dia menoleh padaku.

"Apa yang mengganggu fikiranmu?" Tanyaku pelan.

"Zayn, apa kau yakin Perrie baik-baik saja?" Wajahnya terlihat cemas. Di luar dugaanku,ternyata dia sedang memikirkan Perrie.

"Dia hanya perlu waktu. Aku mangerti itu. Semoga yang aku katakan tadi bisa merubahnya." Ujarku.

Dia masih terlihat cemas. "Hey,kenapa?" Aku meraih tangannya.

"Entahlah, tapi aku  merasa bersalah padanya."

Gadis ini, memang berhati malaikat atau apa sih? Bisa-bisanya dia merasa bersalah pada Perrie. Harusnya Perrie yang merasa bersalah padanya.

"Kenapa harus merasa bersalah? Kau tak melakukan apapun padanya. Bahkan kau korban disini."

"Tapi, aku seperti merebut kebahagiaannya." Dia kembali tertunduk.

"Tidak. Kau salah. Justru, kebahagiaanmu yang direbut. Kau tak boleh lepas dariku,Clay. Aku yakin, dia pasti menemukan yang lebih baik dari aku. Dan, aku bukan yang terbaik untuknya." Jelasku. Clady hanya mengangguk-angguk.

"Baiklah, sudah sampai." Aku menghentikan mobilku di depan rumahnya.

"Terima kasih ya." Ucapnya lalu tersenyum. Uh,manisnyaa!

"Urwell,babe. Selamat istirahat." Balasku.

"Ya, kau juga selamat beristirahat." Dia melepas seatbeltnya lalu turun.

"Bye,Zayn." Gadis itu melambai padaku.

***

PERRIE'S POV *wuih

Aku duduk di depan meja riasku. Memandang pantulan wajahku di cermin.

Mata yang sembab dan rambut yang tak beraturan.

Aku hancur. Benar-benar hancur.
Hatiku terpukul mendengar ucapan Zayn tadi. Rasanya seperti di tusuk ratusan pisau,melihatnya memeluk Clady di depanku.

Aku tak peduli apa yang aku lakukan pada Clady. Tujuan utamaku,agar dia menjauh dari Zayn. Tak kusangka, Zayn benar-benar tak bisa lepas darinya. Sekuat apapun usahaku untuk memisahkan mereka.

Airmataku kembali mengalir. Mengingat memori-memori indah yang kubuat dulu dengan Zayn. Sakit rasanya,kembali mengingat bahwa dia bukan milikku lagi.

Penyesalan memang datang terakhir. Sekarang,aku menyesal telah menyakitinya dulu.

Flashback on

"Bisa-bisanya kau mencium lelaki lain dibelakangku!" Bentak Zayn.

"K-kau salah paham,Zayn! Aku bisa jelaskan!" Tangisanku semakin menjadi-jadi.

"Aku melihatnya sendiri! Apa kau kira aku buta?" Ujarnya.

Dia mengacak rambutnya frustasi. "Kufikir, kau yang terbaik untukku. Ternyata, aku salah. Kau dengan gampangnya menduakan aku sedangkan aku mati-matian menolak gadis-gadis diluar sana."

Aku terdiam mendengar ucapannya. Astaga, aku sudah menyakiti hatinya.

"Terima kasih,Pez. Kita putus. Semoga kau bahagia dengannya." Lirihnya.

"Dan percayalah, karma itu nyata." Dia pergi meninggalkanku.

"Zayn! Maafkan aku!" Jeritku. Tapi percuma, dia sudah pergi menjauh dariku.

Flashback off

"Dan percayalah, karma itu nyata."

Benar. Karma memang nyata.
Entah apa yang ada dibenakku waktu itu sampai bisa menduakan lelaki se-sempurna Zayn.

Sekarang, aku yang mengemis cinta padanya. Semuanya berbalik. Dia sudah bahagia dengan gadis pilihannya.

Kenapa aku masih belum bisa menerima kenyataan?

PRANG!

Aku memukul cermin di hadapanku hingga retak.
Emosiku sedang tak bisa dikendalikan.

"PERRIE!" Mom yang tiba-tiba masuk ke kamarku lalu menghampiriku.

"Apa yang terjadi?!" Dia memandang sekelilingku. Keadaan kamarku memang super hancur.

Aku langsung memeluk tubuhnya. Dia mengelus rambutku lembut.

"Jangan menyakiti dirimu sendiri. Ceritakan apa yang terjadi." Ujar mom lembut.

Aku mengendalikan tangisku agar bisa berbicara dengan jelas. Mom menarikku agar duduk di tepi ranjang.

"Mom, apa aku masih pantas untuk bahagia?"

Mom menatapku heran. "Tentu saja. Semua orang pantas untuk bahagia."

"Bohong. Buktinya, semua yang aku usahakan tak ada hasilnya."

"Apa ada hubungannya dengan Zayn?" My mom know me so well. Aku mengangguk pelan.

"Aku sudah melakukan berbagai cara agar dia mau kembali denganku. Tetapi dia sudah bahagia dengan gadis pilihannya. Sakit,mom." Lirihku. Airmataku kembali mengalir.

"Perrie, kau yang sudah menyakitinya dan kau juga yang harus menanggung resikonya,sayang." Ujar mom lembut.

"Apapun alasannya, kau tak boleh merusak kebahagiaannya. Biarkan dia dengan pilihannya. Akan ada waktunya kau bahagia dengan pilihanmu juga. Bukan dia takdirnya,tapi orang lain. Ikhlaskan dia,Pez. Kau tak boleh terus-terusan begini."

Ucapan Mom persis dengan apa yang Zayn katakan tadi.

"Ikhlaskan apa yang seharusnya pergi. Lepaskan yang memang bukan di takdirkan untukmu. Jangan buang-buang waktu untuk menunggu yang tak pasti. Jodoh tak akan kemana."

Mom benar. Aku sudah membuang waktuku untuk pria yang belum tentu ditakdirkan untukku.

"Jangan menyakiti dirimu seperti ini lagi,ya." Mom mengecup keningku lalu kembali menarikku ke dalam dekapannya.

"Thanks,mom."



***

Kata-kata momnya Perrie bikin galau ya :'

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang