ps:part ini khusus Ele & Lou dulu ya😊
Few Months later...
BACK TO LOUIS'S POV
Aku memasuki kelas Eleanor. Mataku mencari gadis itu di seluruh sudut ruangan, tetapi dia tidak ada.
"Lou! Kau pasti mencari Ele!" Kata Clady tiba-tiba.
"Ya, apa dia sudah masuk hari ini?"
Clady menggeleng. "Dia tak masuk lagi."
Sudah dua hari Eleanor menghilang. Dia tak hadir di sekolah dan ponselnya selalu tidak aktif. Hariku terasa ada yang hilang. Apa aku khawatir?
"Baiklah. Terima kasih." Aku tersenyum lalu meninggalkan kelas itu.
Apa yang terjadi dengan Ele? Apa dia sakit? Aku harus ke rumahnya sepulang sekolah ini.
***
Aku mengetuk pintu rumah Ele.
"Permisi.." Ucapku.
Sekitar 5 menit aku disini. Tapi tak ada jawaban. Aku memberanikan diri untuk membuka pintunya. Ternyata tidak dikunci.
Aku masuk ke dalam. "Permisi.. Ele?" Kataku sedikit berteriak. Disini sepi sekali.
Menyusuri beberapa ruangan di rumah ini, tapi tak ada hasil yang ku temukan.
Tapi,telingaku berhasil menangkap suara tangisan.
"Ele? Kau disana?" Tangisan itu terdengar semakin keras.
Aku berlari ke arah sumber suara itu. Ternyata dari kamar di dekat ruang tamu. Aku menempelkan telingaku pada pintunya. Benar. Suara itu dari kamar ini.
Aku membuka pintunya, tapi terkunci.
"Eleanor! Kau didalam?!"Terpaksa, aku mendobrak pintu ini. Akhirnya terbuka. Aku berlari masuk ke dalam kamar.
Aku terkejut bukan main. Kau tau apa yang kutemukan?
Pecahan-pecahan kaca bertebaran dimana-mana. Ruangan ini tak layak disebut kamar. Dan lebih mengejutkan lagi, aku menemukan Eleanor terduduk di sudut ruangan sambil memeluk lututnya. Dengan Tangis yang tak berhenti keluar.
"Ele!" Aku langsung berlari kearahnya.
"Apa yang kau lakukan?!" Aku memeluk tubuhnya erat. Tangisnya bertambah deras di pelukanku.
Dadaku basah karena airmatanya. Aku mengusap kepalanya.
"Apa yang terjadi,hm?" Ucapku lembut.
"Semuanya hancur,Lou. Tak ada yang peduli denganku." Ele mengatakannya dengan susah payah. Karena tangisnya yang tak kunjung berhenti.
Aku mengecup puncak kepalanya. "Tenangkan dirimu,El. Ada aku disini."
Ele menarik nafas lalu menghembusnya perlahan. Dia mengulang beberapa kali sampai nafasnya kembali teratur.
Gadis ini melepas pelukannya lalu tertunduk. Aku menarik dagunya agar menatap mataku. "Katakan padaku,El. Apa alasanmu menjadi hancur seperti ini?"
Ele memejamkan matanya sejenak lalu membukanya lagi. "Orang tuaku memutuskan untuk bercerai. Mereka bertengkar hebat lalu Dad menampar Mom. Akhirnya Dad pergi entah kemana. Sedangkan mom, dia bilang akan menenangkan diri sejenak tetapi aku lihat dia pergi dengan lelaki lain. Sudah 2 hari aku sendiri disini." Jelas Ele. Airmatanya turun lagi. Cepat-cepat aku menghapusnya.
"Tenang Ele. Kau tak sendirian. Aku ada disini." Aku kembali menariknya ke pelukanku.
"Aku hancur,Lou. Semuanya pergi. Mereka egois meninggalkanku disini. Mereka hanya memikirkan kebahagiaannya sendiri tanpa memperdulikan aku." Dia kembali terisak.
"Aku tak pergi. Aku disini. Percayalah aku selalu ada denganmu. Kau tak boleh sedih." Hiburku lalu mengecup kepalanya.
Aku meraih lengan kirinya. Astaga. Penuh luka sayatan.
"Ele! Berhenti menyakiti dirimu sendiri!"
"Hanya itu yang membuat diriku merasa lebih baik." Jawabnya.
"Kau tak boleh seperti ini. Ini artinya melukai dirimu sendiri. Aku tak mau terjadi apa-apa denganmu!" Dia melepas pelukan kami.
"Maaf Lou." Ucapnya pelan.
"Hey dengar." Aku mengelus pipinya. "Kau tak boleh sedih. Jangan pernah merasa sendirian. Ingatlah aku selalu ada bersamamu. Melindungimu selama aku mampu. Aku tak tega melihatmu hancur begini. Jangan pernah menyakiti dirimu sendiri,okay?" Ele mengangguk pelan.
Aku menghapus airmatanya lalu mengecup keningnya. Hatiku sakit melihatnya menangis. Pertanda apa ini?
"Mari kita obati lukamu." Aku membantunya berdiri. Kami keluar kamar dengan hati-hati karena di lantai banyak sekali pecahan kaca.
Dia duduk di sofa. Aku ke dapur mengambil kotak obat. Lalu duduk disebelahnya. Perlahan aku mengobati lukanya.
Ele meringis kesakitan. "Pelan-pelan,Lou."
"Kau nekat sih. Berjanjilah tak akan melakukan ini lagi." Kataku.
"Baiklah aku janji." Balasnya.
Selesai mengobati lukanya, aku menutup dengan perban.
"Terima kasih." Ucapnya lalu tersenyum.
"Akhirnya kau tersenyum." Aku mengelus rambutnya pelan.
"Bereskan kamarmu. Jika ada apa-apa langsung hubungi aku. Aku tidak mau kau seperti ini lagi." Ocehku.
Ele mengangguk.
"Dan satu lagi. Aku ingin melihatmu besok di sekolah. Okey?"
"Iya bawel." Jawabnya.
"Baiklah. Aku pulang dulu. Sepertinya mom mencariku." Pamitku.
Ele mengantarku sampai di depan pintu rumahnya. "Bye Ele!"
"Louis." Panggilnya.
Aku berbalik badan. "Ada apa?"
"Terima kasih. Terima kasih sudah ada. Terima kasih sudah menghiburku. Aku tak tau apa jadinya aku jika kau tak datang tadi."
Aku tersenyum. "Itu sudah kewajibanku."
Aku melambai padanya lalu masuk ke mobil dan meninggalkan rumah itu.
***
Gadis itu duduk termenung di bangku kelasnya. Aku berlari menghampirinya.
"Hey!" Sapaku.
Ele tersadar dari lamunannya. "Hai,Lou!"
"Bagaimana lukamu?"
"Sudah mendingan kok. Terima kasih." Jawabnya.
"Jangan terlalu dipikirkan. Aku tak mau kau sakit karena terlalu memikirkan masalahmu." Ujarku.
Dia hanya mengangguk-angguk.
"Aku tak menyangka. Dibalik tawamu,ternyata kau menyimpan beban yang cukup berat." Kataku.
Dia tersenyum. "Setiap orang pasti punya masalah,Lou."
"Iya aku tau. Tapi aku tak menyangka masalahmu sebesar ini. Padahal kaulah orang yang pertama menghiburku tanpa aku ceritakan masalahku." Aku mengelus punggung tangannya.
"Seperti yang kau bilang kemarin, aku juga sama sepertimu. Aku tak suka melihatmu sedih,Lou."
Aku terkekeh. "Kau janji ya, kalau ada masalah harus beritahu aku. Jangan dipendam sendiri. Aku mau kok mendengarnya. Sudah kewajibanku melindungi dan membantumu."
Dia mengangguk. "Iya Lou. Terima kasih banyak."
***
Double update😂
Maaf kali ini pendek. Tapi selanjutnya diusahain bakalan seruu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Fanfiction"Dia yang selalu ada,dia yang selalu menjadi penyemangatku. Karenanya,hidupku terasa lebih berarti."-Clady "Senyumnya selalu menjadi favoritku. Sifatnya selalu membuatku nyaman. Aku mencintanya. Sangat." -Zayn "Lalu, siapa yang sebenarnya ada dihati...