• 24 : The truth is.. •

70 9 0
                                    

Aku menyeruput cappucino yang aku pesan. Kulirik jam yang melingkar di tanganku.

Pukul 15.07

Liam dan Louis belum juga datang.
Mungkin sebentar lagi.

Aku akan menanyakan beberapa hal mengenai Clady. Tentu saja sampai sekarang aku masih tak percaya dia memutuskanku tanpa alasan. Dan aku yakin, Liam dan Louis pasti tau soal ini.

Tak lama, pintu cafe terbuka membuatku menoleh. Akhirnya mereka datang. Aku melambaikan tangan kearah mereka, lalu mereka tersenyum dan menghampiriku.

"Maaf menunggu lama. Tadi aku kesulitan mencari alasan untuk Clay,karena dia bersikeras ingin ikut." Jelas Liam. Aku hanya mengangguk-angguk.

Setelah memesan minuman, Liam dan Louis duduk di hadapanku.

"Jadi,apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Louis.

Aku berdehem. "Tentang Clady. Apa dia ada masalah,akhir-akhir ini?"

Liam dan Louis saling beratatapan. Sepertinya mereka kebingungan.

"Ma-masalah?"

"Begini, aku masih tak percaya dia tiba-tiba memutuskanku tanpa alasan yang jelas."

"Dan satu lagi, mengapa waktu itu tubuhnya penuh dengan luka?" Tambahku lagi.

Suasana mendadak hening.
Aku melirik Liam yang tertunduk,sedangkan Louis mengaduk-aduk kopinya.

"Ayolah,guys. Aku tau kalian pasti menyembunyikan sesuatu." Perkataanku terdengar seperti merengek.

Liam menghembuskan nafasnya berat. "Kukira, ini saatnya untuk Zayn tau." Ujarnya pada Louis. Louis hanya mengangguk.

Aku semakin bingung.

"Clady memutuskanmu sebenarnya ada alasan. Tapi dia menyembunyikan semuanya dengan baik." Kata Liam pelan.

Aku mengerutkan dahi. Clady menyembunyikan sesuatu dariku?

"Perrie Edwards,Gadis yang tak pernah berhenti mengejarmu. Awalnya dia mengirim pesan singkat yang berisi ancaman pada Clady." Kini Louis angkat bicara.

"Ancaman?"

"Ya, jika Clay tidak menjauhimu,keselamatannya akan terancam."

Aku tersentak kaget. Perrie berani sekali mengancam Clady.

"Tetapi, tentu saja Clady tak mau. Dia mencintaimu,Zayn. Sebab itulah dia mencoba bertahan denganmu. Seakan tak takut dengan ancaman Perrie." Louis seperti memberi jeda.

"Tanpa diduga, ancaman Perrie rupanya tak main-main. Dia benar-benar menyiksa Clady tanpa ampun. Yang kutau, dia menampar lalu mendorong tubuh Clay. Kejadiannya di gudang belakang,seusai jam sekolah."

Aku benar-benar terkejut mendengar cerita Louis. Astaga, banyak kebenaran yang disembunyikan Clay dariku.

"Jadi..lebam dipipinya itu.." Aku sengaja menggantungkan ucapanku.

"Awalnya dia mengaku padaku kalau itu hanya luka biasa. Tentu saja aku curiga." Kata Liam.

"Tapi, esok harinya, aku menemukan Clady dengan tubuh yang penuh luka. Dia masih enggan bercerita denganku. Aku mengerti dia masih shock, dan akhirnya aku beri dia waktu." Tambahnya.

"Tapi, mengapa dia tak mau bilang padaku? Aku bisa saja langsung menghabisi siapapun yang berani menyakitinya!" Ujarku sedikit bernada protes.

"Hmm.. Setelah Dia menjelaskan semuanya padaku, aku bersikeras untuk memberitahumu soal ini. Tapi dia tidak mengizinkanku. Sampai kami seharian penuh tak berbicara satu sama lain. Karena pertengkaran hari itu." Jelas Liam panjang lebar.

"Segitunya kah? Apa alasannya?" Tanyaku bingung.

"Kau tau? Rupanya Perrie juga mengancam Clay untuk tidak memberitahumu soal ini. Perrie bilang, dia bisa melakukan yang lebih sadis dari yang kemarin." Kini Louis yang menjawab. Aku yakin, Liam sudah kehabisan kata-kata.

Aku menelan ludahku dengan susah payah.
Holy Shit. Tubuhku melemas.
Aku masih tak percaya,Clady benar-benar menutupi semuanya dariku. Dia memikul sendiri beban sebesar ini. Jadi.. Ini alasan mengapa Clady selalu ketakutan jika di depan Perrie.
Dan ini alasan yang sebenarnya dibalik luka-luka di tubuhnya.

"Clady tak benar-benar putus darimu. Ini semua hanya karena ancaman. Dia tak ingin melepasmu, tapi disisi lain dia juga lelah disiksa terus." Louis sepertinya berusaha menenangkanku.

"Aku sampai berfikir, kalau aku bukan kakak yang baik. Karena aku gagal menjaga adikku." Keluh Liam.

"Dia benar-benar menutupi semuanya dengan sempurna. Bahkan tak sedikitpun aku tau." Aku merasa seperti membenci diriku sendiri. Harusnya aku lebih peka. Clady menderita,sedangkan aku menganggap seakan semuanya tak ada apa-apa.

"Lakukan sesuatu,Zayn. Dia milikmu,Harusnya kembali padamu." Louis tersenyum padaku.

Aku berfikir sejenak. Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang?

"Jaga dia baik-baik. Ini hubungan kalian. Jadi, harusnya ini menjadi tanggung jawabmu juga. Clady terlalu lemah untuk menanggung semuanya. Aku yakin kau pasti tau apa yang harus kau lakukan." Liam memberiku semangat.

"Dan semoga Clady tak marah denganku karena sudah memberitahumu soal ini." Tambahnya lagi.

"Perrie. Dialah pusat permasalahannya."
Aku mengepalkan tanganku.

***

Maap nge gantung:(

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang