• 8 : Sorry? •

76 8 2
                                    

CLADY'S POV

Aku membuka pintu kamar,lalu masuk.
Berdiri di depan cermin.
Astaga, wajahku terlihat buruk. Mata yang sembab,rambut tidak beraturan.

Nanti saja kupikirkan. Sekarang badanku lengket. Aku mau mandi.

Setelah mandi, aku mengeringkan rambutku dengan handuk.
Aku meraih ponselku diatas meja, kemudian duduk di tepi ranjang.

7 missed call from Zaynie

Hatiku terasa sakit membaca nama itu.
Untuk apa dia menelpon?
Tak cukup dia sudah membohongiku?
Aku kecewa. Sangat kecewa. Dia batal latihan basket dan lebih memilih mengantar Perrie dibanding aku yang sudah dia janjikan.

Aku akui, aku memang cemburu.
Apa itu salah?
Semua yang dia lakukan padaku, kemudian dia berbuat seperti ini, wajar bukan kalau aku cemburu?

Lagipula, aku bukan siapa-siapa.
Dia bebas mau dengan siapa saja.
Aku tau diri. Mungkin dia hanya mempermainkanku saja.

Aku membuka pesan.

Ada 5 pesan yang masuk. Dan semuanya dari Zayn.

Clady? Where are you babe?
Fuckin babe.

Clady, i'll call you. Please answer :(

What's wrong with you? Aku khawatir :(

Kau marah padaku ya? Tapi kenapa? :(

Clady, salahku apa? Please answer :(

Ajaib. Bagaimana dia tau aku marah padanya?

Perlahan air mataku turun. Apa-apaan ini? Aku menangis lagi? Karena Zayn?

Kenyataannya, hatiku memang masih perih. Zayn tega.

Terdengar seseorang membuka pintu kamarku. Ternyata Liam.
Cepat-cepat aku menghapus air mataku.

"Clady? Are u okay?" Liam mendekatiku

Aku mengangguk lemah. Jelas-jelas keadaanku mengatakan sebaliknya

Dia duduk disebelahku. "No,Tell me." Liam mengusap kepalaku. Sialan. Itu kata-kata Zayn. Uh dia lagi.

Airmataku kembali turun. Aku memeluk Liam erat-erat.

"I know you're not okay." Ucap Liam pelan.

"Dia tega.." Isakku masih dipelukkan Liam.

"Zayn?"

Aku mengangguk.

"Apa yang dia lakukan?" Liam berusaha terlihat tenang.

Aku menceritakan semuanya. Mulai dari Zayn berjanji untuk mengantarku pulang, sampai akhirnya aku bertemu dia dan Perrie dijalan,dan ternyata hari ini tidak ada latihan basket.

"Sudahlah,Clay. Aku paham betul perasaanmu. Jangan menangis,kumohon." Liam benar-benar mengerti aku.

"Apa dia hanya mempermainkanku,Li?" Tanyaku sambil melepas pelukan.

"Who knows? Siapa yang tau isi hatinya?" Liam menghapus airmataku.

"Sudah. Aku tak mau kau sakit. Jangan terlalu dipikirkan dulu." Liam menenangkanku. "Aku tau kau belum makan. Tadi kubelikan makanan dari Nandos. Ayo turun." Liam menarik tanganku.

"Sumpah demi apapun,Liam. Kau kakak terbaik yang pernah ada. Kau mengerti moodbosterku saat ini hanyalah makanan. Aku sayang liam sampai kapanpun!" Aku mengecup pipi kakakku ini.

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang