CLADY'S POV
Selesai mandi,aku memakai pakaianku lalu duduk diatas ranjang.
Otakku masih mencerna kejadian tadi.Jadi, mulai sekarang aku harus menjauhi Zayn?
Pertanyaan itu berkali-kali muncul dan aku masih belum bisa menerima kenyataan. Bagaimanapun, keputusan ini sudah kuambil. Jadi,mau tau mau aku harus menghadapi resikonya.
Aku meraih ponselku, dan yang kutemukan adalah...
16 missed call from Zaynie❤️
Aku kembali mengunci ponselku. Mungkin ini saatnya. Aku tak bisa terus-terusan mengikuti hati.
Selain itu,yang menjadi beban fikiranku adalah, bagaimana caranya menutupi luka-luka ini dari Liam?
Sudah pasti dia bisa melihat luka di wajahku ini. Alasan apalagi yang harus aku buat? Karena sampai kapanpun, aku tak akan bisa menutupi apapun darinya.
Suara mobil memasuki pekarangan rumahku. Aku mengintip dari jendela. Ah,Liam sudah pulang.
Aku menarik selimut sampai setinggi leher lalu memejamkan mata alias, pura-pura tidur.
Clek
Terdengar seseorang memasuki kamarku. Kurasakan dia duduk diranjangku.
"Clay? Tumben kau langsung tidur." Liam mengusap kepalaku.
"Aw!" Jeritku tiba-tiba. Liam tak sengaja menyentuh lukaku yang sudah susah payah kututupi rambut.
"Hey? Ada apa?!" Liam terdengar panik.
Aku bangun dari tidurku, ah maksudku tidur pura-pura.
"Astaga! Wajahmu kenapa?!" Baiklah, semuanya ketahuan. Aku tak bisa lagi membendung air mataku.
Tubuhku langsung memeluknya erat. Tangisanku semakin menjadi. Liam hanya membelai rambutku lembut.
"Clady,kumohon beritahu aku."
Aku tak menjawab. Hanya tangisanku yang terdengar.
"It's okay,sweetheart. Kalau memang belum waktunya aku tau. Tapi, ku obati dulu lukamu." Liam melepas pelukan kami. Aku menghapus airmataku,sedangkan Liam beranjak mengambil kotak obat di lemariku.
"Hmm.. Sebentar.." Liam beranjak keluar dari kamarku. Tak lama, ia kembali membawa kompresan.
Dia mengobati luka di dahiku. Lalu mengompres lebam di pipiku. Aku hanya bisa meringis kesakitan. Demi apapun, ini perih!
"Clay, ada lagi?" Tanya Liam. Aku hanya menunduk. Aduh, bagaimana ini?
"Clady,jawab aku."
Aku terdiam.
Liam menarik selimut yang sedaritadi menutupi tubuhku."Lututmu memar!" Jeritnya.
Dengan sigap, ia mengompres lututku. Aku menjerit kesakitan.
"Siapa yang membuatmu begini,hah?!" Nada Liam meninggi. Aku harus jawab apa?
"Li-Liam.. Kumohon.. Aku butuh istirahat.." Lirihku.
Liam mengacak rambutnya frustasi. "Clay.." Dia menarikku kedalam dekapan. "Aku gagal menjagamu.. Aku kakak yang buruk.." Katanya pelan.
Aku menggeleng. "Tidak,Li. Tidak! Bukan salahmu. Aku-aku pasti cerita denganmu. Tapi tidak sekarang." Kataku susah payah karena masih terisak.
Liam mengecup keningku lembut. "Anytime,sweetheart. Aku pasti bersedia mendengarkanmu. Aku tak segan-segan mematahkan hidung si bajingan yang melukaimu." Aku hanya mengangguk lalu dia melepas dekapannya.
"Istirahatlah, aku akan ganti baju lalu menemanimu disini." Liam membantuku berbaring, lalu kembali menarik selimut tadi.
***
Seharian ini di sekolah, aku menghindar dari Zayn. Kata Frisca, tadi dia datang mencariku tapi aku sedang tidak berada di kelas.
Jam sekolah telah usai. Aku berjalan menyusuri koridor.
"Clady!" Aku menoleh ke sumber suara itu.
Zayn. Dia menghampiriku.
"Huh..akhirnya aku bisa bicara denganmu. Seharian ini kita tak ada bertemu. Kamu kemana aja sih?" Tanya Zayn. Aku tak menjawab.
"Oh iya, kenapa telponku tak dijawab?" Aku masih diam.
"Hey? Kamu masih sakit,ya?" Tangannya mengusap pipiku,aku meringis.
"Ssh..perih.."
Zayn membulatkan matanya. "Babe?! Wajahmu kenapa lagi ?!" Aku menepis tangannya
Air mataku turun perlahan. "Zayn..aku..uhm maksudku, kita..putus."
Seketika, duniaku terasa runtuh.
ZAYN'S POV
"Zayn..aku..uhm maksudku, kita..putus."
JEGER.
Mimpi apa aku barusan? Hey, ini bukan mimpi. Ini nyata.
Tapi tak mungkin. Clady bilang apa tadi?
"H-hey sayang.. Kamu bercanda kan?" Aku berusaha untuk meyakinkan.
"Tidak,Zayn. Aku..aku serius." Airmatanya tak bisa dibendung lagi.
Tubuhku seperti di sengat listrik. Apa-apaan ini?
"Ta..tapi kenapa? Aku salah apa,sayang?" Bahkan lidahku kelu.
Clady tertunduk lalu menyeka airmatanya. "Kau tak salah. Ini demi keselamatanku,Zayn."
Aku tak mengerti apa maksudnya. Persetan dengan semua alasan bodoh itu. Aku. Sangat. Mencintainya.
"Tidak,Clay. Tidak. Beritahu Aku salah apa. Aku janji akan memperbaikinya. Sungguh. Asal kita jangan seperti ini. Kumohon." Kedua tanganku memegang pundaknya.
Dia menatapku. Matanya sembab. "Tidak bisa,Zayn. Ini sudah jalannya. Kuharap, suatu saat kau mengerti."
Dia menepis tanganku. "Terima kasih untuk semuanya. Semoga kau bahagia dengan penggantiku." Dia pergi meninggalkanku.
What the hell?! Penggantinya?!
"Clay! Sampai kapanpun, aku akan selalu mencintaimu!" Aku berteriak ke arahnya. Dia seakan tak perduli.
Aku hanya menatap langkahnya yang menjauh. Still can't belive. Apa yang barusan terjadi? Gadis yang sangat aku cintai memutuskanku dengan alasan yang tidak jelas.
Hatiku bertanya-tanya sebenarnya,apa yang terjadi.
LOUIS'S POV
Lagi-lagi Clady menangis dipelukanku. Dia masih tak percaya kalau kini Zayn bukan miliknya lagi. Aku tak tega melihatnya terus-terusan begini. Memang ini keputusan yang berat.
"Sudahlah,Clay. Pasti ada solusi lain." Aku mengusap punggungnya.
Dia melepas pelukannya. "Bodohnya,aku menyesali keputusanku sendiri." Suaranya parau.
"It's time to move on." Ujarnya lagi.
Aku menepuk pundaknya. "Sudah jalannya. Pasti Tuhan memberikan yang lebih baik lagi."
"Ehm." Deheman seseorang terdengar. Astaga aku hampir lupa disini ada Eleanor. Aku melirik dia,tampaknya dia kesal.
"Em.. Ayo Clay kita pulang." Clay,Aku,dan Ele masuk ke dalam mobil.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Fanfiction"Dia yang selalu ada,dia yang selalu menjadi penyemangatku. Karenanya,hidupku terasa lebih berarti."-Clady "Senyumnya selalu menjadi favoritku. Sifatnya selalu membuatku nyaman. Aku mencintanya. Sangat." -Zayn "Lalu, siapa yang sebenarnya ada dihati...