Setelah mengirim pesan untuk Liam, aku kembali menyimpan ponselku di saku.Jujur, aku masih trauma jika bertemu Perrie lagi. Dia bisa melakukan apa saja padaku.
Aku membuka loker lalu meletakkan buku-buku ke dalamnya. Tetapi kutemukan secarik kertas dan setangkai mawar merah.
Aku mengerutkan dahi lalu membacanya.
Babe, aku tunggu di halaman belakang,okay?
Love,Zayn.
Aku tersenyum. Zayn mungkin ingin waktu berdua denganku. Tapi, tumben dia mengirim mawar merah. Selama ini dia selalu memberiku mawar putih.
Ah mungkin dia ingin yang beda.
Aku mengunci loker lalu segera berlari menuju halaman belakang.
Sesampai di halaman, tak ada satupun orang disini.
"Zayn?" Aku sedikit berteriak. Tapi tak ada jawaban.
Aku duduk di salah satu bangku sambil menoleh kanan-kiri. Benar, tak ada siapa-siapa disini. Dimana Zayn?"Zayn?!" Aku kembali memanggilnya, lagi-lagi tak ada jawaban.
"Zayn kau di-"
Ucapanku terpotong karena tiba-tiba sesorang menutup mulutku. Aku berusaha memberontak. Tapi tubuhku langsung dikunci olehnya.
Apa-apaan ini? Apa yang sebenarnya terjadi.
Aku tetap berusaha untuk lolos tapi gagal. Tubuhku di seret entah kemana. Lututku terasa perih karena gesekan dengan lantai. Aku kembali menjerit tetapi percuma karena tak ada siapapun disini.
Orang ini menendang pintu gudang lalu menghempaskan aku kedalamnya. Tangisanku semakin menjadi.
Kudengar langkah beberapa orang masuk ke dalam gudang lalu menutup pintunya sehingga ruangan ini hanya dapat pencahayaan dari jendela.
Tubuhku bergetar hebat. Aku masih belum berani untuk melihat pelaku dari semua ini.
Tiba-tiba aku merasakan rambutku ditarik sehingga kepalaku menghadap ke wajah pelaku.
Dia lagi.
"Perrie.. Ini.. Sa..sakit.." Lirihku hampir tak terdengar karena seiring dengan tangisan dan tubuhku yang bergetar.
"APA KAU BILANG?! SAKIT?!"
PLAK
Dia menamparku (lagi). Luka kemarin saja masih perih. Kini dia menambah luka lagi.Aku hanya bisa larut dalam tangisan.
"SEMUA INI TAK ADA APA-APANYA DIBANDINGKAN RASA SAKITKU MELIHAT KAU DENGAN ZAYN!" Nadanya meninggi sehingga membuat tubuhku semakin bergetar.
"Harus berapa kali ku peringati hah?! Mungkin peringatan kemarin tak cukup untukmu. Sudah kuingatkan agar kau menjauhinya. Tapi tetap saja! Tadi kulihat kalian bermesraan di kelasmu!" Perrie mencengkram lenganku lalu mengguncang-guncang tubuhku.
"Dengar, aku akan terus menyiksamu jika kau tak menjauhinya. Aku tak bisa kau bohongi,jalang! Dia milikku dan tak pantas untukmu. Sampai kapanpun!" Dia mendorong tubuhku hingga terhempas ke tumpukan meja-kursi.
BRUK
Sesuatu jatuh menimpa keningku. Kurasakan darah segar mengalir. Tangisku semakin kuat. Somebody help me please! Tubuhku rasanya kaku.
"Cu..cukup.." Lirihku
"Berjanjilah kau akan menjauhinya atau keselamatanmu terancam!" Dia mencengkram kerah seragamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Fanfiction"Dia yang selalu ada,dia yang selalu menjadi penyemangatku. Karenanya,hidupku terasa lebih berarti."-Clady "Senyumnya selalu menjadi favoritku. Sifatnya selalu membuatku nyaman. Aku mencintanya. Sangat." -Zayn "Lalu, siapa yang sebenarnya ada dihati...