• 21 : Who is the real bitches •

75 8 1
                                    

AUTHOR'S POV

"Kau harus makan,Clay." Louis terus menyodorkan sesendok bubur. Lagi-lagi Clady menolak.

Sudah tiga hari semenjak Clady memutuskan untuk mengakhiri semuanya dengan Zayn.

Sehari setelah kejadian itu, suhu badan Clady meningkat dan keadaannya memburuk. Untunglah, sekolah sedang libur.
Beberapa kali Zayn mencoba untuk menghubunginya tetapi tentu saja Clady menolak.

Hingga akhirnya Zayn datang untuk menjenguknya, Clady hanya menitip pesan pada Liam bahwa dia sedang tak ingin diganggu.

"Clay,kumohon. Jangan seperti ini terus. Sudah tiga hari kau hanya makan sedikit. Bagaimana bisa sembuh." Oceh Liam.

"Aku tidak lapar." Jawab Clady datar. Wajahnya pucat,matanya sembab.

"Cukup sudah. Aku harus tau apa yang membuatmu seperti ini! Sekian lama aku menunggu waktu yang tepat, sekarang aku harus tau apa penyebab kau hancur begini!" Liam menggebrak meja makan.

Ya, sampai sekarang Clady memang belum menceritakan apapun pada Liam. Alasannya, hanya menunggu waktu yang tepat.

"Louis? Kalau memang Clay masih diam, kau yang harus jujur padaku." Kata Liam tegas.

Louis melirik Clady yang tertunduk lemas.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Ehm.. Sebentar ya.." Louis menekan layar ponselnya.

"Hai Sayang."

"Lou? Kamu dimana? Bisa antar aku ke toko buku?"

"Eh..sekarang?" Louis menggaruk kepalanya.

"Iyaa.. Bisa kan?"

"Hmm.. Sorry,El. Aku sedang di rumah Clady. Ada urusan yang harus aku selesaikan."

Terdengar Ele menghembuskan nafas.

"El? Kamu masih disana?"

"Ngg.. Yasudah Lou. Have fun."

Tut..tut..tut..

Sambungan terputus begitu saja.

Louis mengerutkan dahi. Whats wrong?

"Louis. Aku menunggu." Liam menyadarkannya.

"Clay?" Louis meminta persetujuan dari Clady. Dia masih diam dan sibuk dengan fikirannya.

Louis diam sejenak. Dia berfikir,harus mulai darimana.

"Dia putus dengan Zayn."

Liam membelalakkan matanya. "Why?!"

"Semua pasti ada alasannya,Li." Akhirnya Clay angkat bicara.

"Pantas saja kau tidak mengizinkan Zayn untuk menjengukmu." Liam beranjak duduk di samping Clady.

"Apa ada hubungannya dengan luka-luka di tubuhmu?"

Clady mengangguk lemas. "Perrie Edwards,Mantannya. Mengancamku jika aku tidak menjauhi Zayn,dia akan menyiksaku." Clady mengusap airmatanya.

Louis hanya bisa bernafas lega. Karena pada akhirnya, Clady yang menjelaskan semuanya.

"Hey! Apa hak dia mengaturmu?!" Liam mengepalkan tangannya.

"This is your relationship. Tak ada yang bisa mengatur selain kau dan Zayn." Tambahnya.

"Ini demi keselamatanku. Apa kau tega melihatku tersiksa?" Clady mengendalikan tangisnya.

Liam hanya menghembuskan nafasnya berat. Dia juga benar-benar bingung harus melakukan apa. Berat sekali masalah adiknya yang satu ini.

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang