• 23 : Jatuh •

78 9 3
                                    

CLADY'S POV

Pagi ini, aku seperti menghirup udara kebebasan.

Sesuai dengan janjiku, aku tak mau lagi terus-terusan murung. Sudah cukup aku menyusahkam Liam dan Louis. Bahkan tanpa sadar, aku sudah membuat Eleanor salah paham. Dan itu menjadi tanggung jawabku untuk menyelesaikannya.

Aku memasuki ruang kelasku,kutemui Frisca yang sedang duduk di bangkunya.

Tiba-tiba dia menyodorkan buku padaku.

"Apa?" Tanyaku heran.

"Tugas matematika hari ini. Pasti kau belum mengerjakan kan? Ini salin saja punyaku. Cepat,sebentar lagi bel masuk."

Aku terkekeh. "Tebakanmu salah,Fris."

Frisca menaikkan alisnya.

"Aku sudah mengerjakannya." Jawabku.

Frisca tertawa pelan. "Baguslah. Berarti kau sudah sadar. Beberapa hari ini kan, kau selalu lupa dengan tugas."

"Itu karena aku yang terus-terusan murung,Fris. Sekarang aku sudah kembali normal." Aku melebarkan senyumku. Begitu juga Frisca.

"Finally! This is my Clady!" Frisca memelukku singkat.

Aku melirik gadis yang duduk di bangku depan yang sedang membolak-balik halaman buku. Aku beranjak menghampirinya.

"Ele?"

Dia mengangkat kepalanya lalu tersenyum padaku. "Hey.."

"Aku..emm maksudku, kita..perlu bicara." Kataku ragu. Aku tak yakin dia mau mendengarkan penjelasanku.

"Tak perlu,Clay." Dia kembali memfokuskan pandangannya pada buku tadi.

"No-no.. Kau harus dengar-"

"Ehm.. Clady Payne? Bisa kembali ke tempatmu?" Tiba-tiba terdengar suara yang sedikit familiar memanggilku. Sialan, guru killer itu rupanya sudah masuk.

"Yes i'm sorry,ma'am." Ujarku lalu kembali ke tempat dudukku.

Dia hanya mengangguk.

***

Bel istirahat sudah berbunyi. Akhirnya pelajaran yang membunuh itu berlalu.
Beberapa murid di kelasku meninggalkan kelas, termasuk Ele. Aku berlari mengejarnya.

"Ele,tunggu!" Aku meraih tangannya.

Dia menoleh padaku. "Ada apa,Clay? Kau masih mau membahas masalah yang sama?"

"Aku..aku minta maaf. Aku sadar, selama ini aku banyak merepotkan orang. Dan bahkan, sahabatku sendiri kehilangan kekasihnya hanya karena salah paham denganku." Aku menatapnya. Dia sepertinya enggan menatapku.

"Aku bukan salah paham denganmu. Hanya meminta Louis untuk membagi waktunya denganku. Itu saja kok."

"Aku minta maaf,El. Karena aku, Louis jadi tak ada waktu untukmu. Aku yang salah. Tolong jangan sia-siakan Louis. Aku mengerti,dia sangat mencintaimu. Dengarkan dia,El."

Kami hening sejenak.

"Kau tak mengerti isi hatinya. Tak akan pernah." Ele tertunduk.

"Tolong jangan membencinya. Karena aku yang salah disini." Lirihku.

"Aku bukan membencinya. Kau tau aku tak akan bisa. Tapi, kecewa. Itu yang aku rasakan."

"Dengarkan dulu penjelasan dia,El."

"Tak apa. Ada saatnya kok. Aku hanya break dan ingin sendiri dulu. Thanks." Dia pergi dari hadapanku.

Aku mendengus kesal.

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang