CLADY'S POV
"El,please beri aku kesempatan sekali lagi."
"Aku masih belum bisa,Lou. Nikmati saja waktu breaknya."
"Tidak. Aku tak bisa lama-lama seperti ini. Tolong dengarkan aku dulu,El."
Eleanor pergi meninggalkan Louis begitu saja.
Aku masih bersembunyi dibalik pintu kelas. Sedari tadi aku melihat perdebatan mereka.
Sepertinya, Louis benar-benar menyesal dan Eleanor sudah terlanjur sakit hati.
Louis terlihat sangat murung. Aku menghampirinya.
"Sabar,Lou." Ujarku lalu menepuk pundaknya.
Dia tampak terkejut melihatku. "H-hey.."
"Cepat atau lambat, dia pasti luluh." Aku menenangkan sahabatku ini. Dia hanya tersenyum hambar.
"Bagaimana kau dan Zayn?" Louis berusaha mencari topik lain.
"Ya,begitulah. Terima kasih ya, kau dan Liam sudah mau menjelaskan padanya." Ucapku. Dia hanya tertawa pelan.
"Aku mau ke toilet dulu. Bye,Lou!" Aku melambai padanya lalu berlari menuju toilet.
Selesai dengan urusanku, aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. Untungnya jam terakhir ini, guru-guru sedang rapat. Jadi kami free.
"Hai,Clay.." Suara iti berasal dari belakangku. Aku menoleh dan yang memanggilku ternyata Perrie.
"Hai,Perrie! Ayo duduk." Aku menepuk-nepuk kursi disampingku mengisyaratkan agar dia duduk.
"Apa aku mengganggumu?" Tanya Perrie lalu duduk disampingku.
"Ah,tidak. Aku hanya bersantai disini." Jawabku.
"Ada yang ingin aku katakan.." Ujarnya. Aku menaikkan alis.
"Umm.. Maafkan aku. Aku minta maaf karena selama ini selalu membencimu. Bahkan menyiksamu dan memperlakukanmu seperti- ah sudahlah." Perrie menarik nafas lalu kembali menghembuskannya.
"Aku benar-benar menyesal dengan itu semua. Mungkin kau tak akan bisa memaafkanmu. Aku tau,kesalahanku sangat fatal. Aku layak dibenci." Sambungnya.
Aku meraih tangannya. "Jangan bicara begitu. Setiap orang pasti punya kesalahan. Aku tau rasanya melihat orang yang kita sayang malah bahagia dengan yang lain. Sudahlah, lupakan saja." Dia tersenyum padaku.
Tanpa diduga, dia bergerak memelukku. "Sekarang aku tau mengapa Zayn sangat amat mencintaimu. Thanks,Clay."
Aku mengelus punggungnya. "Urwell,Pez."
"Ehm." Deheman itu membuat kami melepaskan pelukan tadi. Rupanya Zayn datang.
"Ada yang aku lewatkan?" Dia tersenyum miring.
"Oh, kebetulan kau ada disini." Perrie menarikku berdiri.
Dia meraih tangan Zayn,lalu menyatukannya dengan tanganku. Aku dan Zayn saling bertatap heran.
"Kalau memang Clay yang membuat Zayn bahagia, aku ikut senang."
"Maafkan aku,Zayn. Aku menyesal. Sangat sangat menyesal. Aku sadar, untuk apa aku membuang waktuku untuk sesuatu yang belum tentu menjadi milikku."
Zayn mengangguk. "Sudah kumaafkan,Pez."
"Baiklah,kurasa kalian butuh waktu berdua. Bye!" Perrie mengacak rambutku lalu berlari.
Tersisa aku dan Zayn disini. Tangan kami masih menyatu. Bahkan Zayn menggenggam tanganku erat.
"Masalah sudah selesai." Katanya. Zayn tersenyum lebar,begitupun aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Fanfiction"Dia yang selalu ada,dia yang selalu menjadi penyemangatku. Karenanya,hidupku terasa lebih berarti."-Clady "Senyumnya selalu menjadi favoritku. Sifatnya selalu membuatku nyaman. Aku mencintanya. Sangat." -Zayn "Lalu, siapa yang sebenarnya ada dihati...