Chapter 2 : di Tengah Gerimis

90K 4.4K 119
                                    

***

Anna kembali berada di tengah jalan dengan Ayash mobil tersebut melaju dengan kecepatan normal. Sebenarnya Anna tidak ingin buru-buru pulang karena betah dengan suasana di sana, ia suka keramaian daripada berdiam sendirian, namun gumpalan awan berwarna kelabu itu seakan menyuruhnya untuk segera pulang.


"Aa, turun di sini Anna mau ke rumah Lika, Aa duluan saja ya."
Anna lalu turun dari mobil toyota vios itu.

"Nanti kamu pulang sama siapa, Dik?"

"Gampang."

"Ya sudah, hati-hati ya, Aa pamit dulu, assalamualaikum."

"Aa juga hati-hati ya, wa'alaikumsallam."

Anna berdiri di sisi jalanan dan mobil sang kakak pun mulai melaju meninggalkan Anna.

Sementara itu..

langit semakin mendung. Fadhil tengah dalam perjalanan sehabis pulang dari bersilaturahmi ke rumah salah satu gurunya. Ia masih tetap memacu motornya dengan kecepatan normal.

Langit semakin mendung, langit seakan mulai gelap, setetes butiran bening jatuh dari langit, setetes air itu perlahan semakin berubah gerimis dan semakin lama semakin deras.

Hujan!

Fadhil kelabakan di atas motor ketika air bening yang turun itu semakin deras menghujani dirinya. Fadhil tak mau berhujan-hujanan seperti ini. Daripada dia sakit dan merepotkan sang ibu, dia akhirnya lebih memilih berteduh di sebuah halte bus yang sepi tanpa seorangpun di sana hanya suara gemericik air yang turun dari langit dan kendaraan yang melaju cepat menghindari derasnya hujan yang tengah mengepung kendaraan di jalanan, di sambut desiran angin yang dinginya menusuk kedalam tulang. hanya itu yang menemaninya.

Udara dingin menampar mukanya lagi, dia mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Sembari menatap genangan air yang semakin membasahi jalanan.
Hujan belum juga berhenti, wajah Fadhil bahkan semakin pucat, kemeja yang ia kenakan sedikit basah, belum lagi dengan dinginya udara di halte tersebut.

Tak berapa lama sayup-sayup terdengar langkah kaki seseorang. Seorang gadis memakai gamis hitam dan kerudung senada ikut berteduh dengannya.

Gadis itu menunduk. pakaiannya juga sedikit basah karena air hujan. Keduanya sama-sama menerobos hujan lebat demi mencari tempat berteduh.
Awalnya Fadhil tak begitu peduli dengan gerangan seseorang yang  sedang berdiri di sebelahnya itu.
Namun keingin tahuan Fadhil jauh lebih besar rupanya.
Ia pun menoleh sejenak untuk memastikan siapa yang ada di sebelahnya.

Tiba-tiba pandangan keduanya langsung bertemu. Rasa kaget dan tak percaya itu langsung tercipta di sana.

"A-anna ..?"

Fadhil berkata dengan terbata-bata. Fadhil yakin gadis itu Anna, dia tak mungkin salah lihat.

Gadis itu juga tak kalah kagetnya. Dia lalu menundukan kepalanya, orang yang dia kagumi itu kini ada (lagi) di sebelahnya, hanya berjarak delapan langkah dari dirinya.

"Kak Fadhil?"

Fadhil kemudian tersenyum mendengar Anna menyebut namanya.

"Kamu habis dari mana?"
Tanya Fadhil ramah sambil menunduk.

Anna menarik napas, dia harus bisa mengatur perasaannya. Dunia memang cukup sempit baginya, dan halte adalah tempatnya dimana Allah selalu pertemukannya dengan Fadhil (lagi).

"Mau ke rumah teman, kak, tapi terjebak hujan. Tumben bertemu di sini sudah dari mana?"

"Dari rumah guru," jawab Fadhil simple.

Bidadari Bermata BeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang