Lima hari kemudian.
"Hikam Fauzi, saya nikah dan kawinkan engkau dengan Anna Althafunnisa binti Luthfi dengan mas kawin berupa uang tunai dengan seperangkat alat salat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Anna Althafunnisa binti Luthfi dengan mas kawin berupa uang tunai dan seperangkat alat salat dibayar tunai."
"Sah!" Ucap penghulu
"Sah!"
Akhirnya dengan satu tarikan napas, Hikam telah berhasil mengucapkan kalimat paling sakral seumur hidupnya. Pernikahan yang sudah lama dinantikan setelah banyak cobaan yang mereka lewati, kini takdir Allah yang menyatukan keduanya.
Ayash menyaksikan semua prosesi akad nikah adiknya dengan menahan haru. Ia merelakan adik satu-satunnya menikah lebih dulu, karena dirinya akan belajar ke luar negeri di waktu yang lama. Ayash percaya, suatu saat dirinya pun akan menemukan yang terbaik sesuai rancangan-Nya. Insyaa Allah.
Anna yang tengah menunggu di dalam kamarnya ikut terharu. Ia meraskan kebahagiaan yang luar biasa. Tak lupa rasa syukurnya pada Allah karena telah memberinya nikmat di setiap kepahitan yang telah ia lalui.
Fabiia'yi Alla'i Rabbikumma tukkadzibaan..
***
Resepsi sudah selesai, malam tiba dengan cepat tidak terasa bagi dua pengantin baru. Anna mengusap pelan pipinya yang basah ketika mendengar ucapan lantang Qobiltu dari mulut Hikam saat prosesi ijab qabul tadi.
"Si bidadari bermata bening, nangis wae."
Ayash masuk ke dalam kamar. Kamar Anna telah di sulap sedemikian rupa menjadi cantik. Tirai-tirai berwarna merah marun menutupi dinding berwarna biru tersebut. Kasurnya pun di taburi bunga mawar.
"Aa, terima kasih."
"Terima kasih untuk apa?"
"Terima kasih sudah menemani kisah-kisah Anna yang berliku. Terima kasih sudah menjadi pengobat untuk rasa sakit di tiap masalah yang kulalui."
Ayash tersenyum menatap adiknya yang masih cantik dengan gaun pengantin dan make-up sederhana. Setelah adiknya menikah Ayash harus terbang ke luar negeri, jadi ia mendatangi kamar adiknya untuk sekedar bercanda karena nanti mereka takkan sedekat ini lagi.
"Asallamualaikum ...."
"Waalaikumsallam, suamimu datang. Aa harus pergi, tak enak mengganggu honeymoon orang. Aa keluar dulu, ya." Ayash menepuk pundak Hikam yang salah tingkah. Anna memberenggut sebal.
"Aa!"
Ayash tak menanggapi dumelan adiknya, wajah Anna sudah merona digoda seperti itu. Ayash pun keluar mempersilahkan Hikam masuk ke dalam kamar. Sebelumnya, Ayash berjabat tangan dengan Hikam lalu berpelukan bak teletubies.
"Assallamualaikum."
"Walaikumsallam." Anna bangkit mencium punggung tangan Hikam yang sekarang telah sah menjadi suaminya. Hikam membalasnya dengan mencium kening Anna cukup lama.
Hikam nampak memandang memperhatikan setiap inci wajah istrinya, ia mengabsen setiap inchi pahatan Tuhan pada wajah manis gadis di hadapannya. Beribu syukur ia lontarkan dalam hati ketika berhasil membawa bidadarinya itu dalam pelukan.
"Senyum-senyum saja, ada yang aneh dariku, ya?" Tanyanya polos.
Hikam terkekeh pelan, "Kau tidak Aneh, sayang."
"Lalu kenapa, Mas?" Anna beruntun meminta penjelasan. Hikam kembali terkekeh melihat wajah polos istrinya.
"Kamu cantik ... kamu lukisan Allah. Akan selalu begitu di mataku. Kamu menawan saat terdiam, tersenyum, apalagi tertawa. Kamu tercipta tidak untuk di lupakan, itulah tawamu bagi hidupku, itulah wajahmu di ingatanku."
Rayuan berkadar gula itu terlontar manis dari mulut suaminya. Pipi Anna mau tak mau bersemu merah.
"Kalau kamu mencintaiku hanya karena rupa. Bagaimana cara Mas mencintai Allah yang tak berupa?"
Hikam tersenyum. Ia tahu Anna pasti tengah membandingkan dirinya dengan cowok playboy di luar sana. Hikam tau istrinya ini memang minta di peluk. Eh-.
"Ribuan wanita cantik di luar sana namun, cinta. Kaulah wanita tercantik yang Tuhan hadiahkan untukku. Ratusan wanita kaya dengan segudang harta dunia,
Namun Cinta, kaulah kekayaanku yang tiada taranya. Puluhan wanita solehah dan cerdas mempesona, namun Cinta, kaulah peneguh imanku, penguat semangatku.
Izinkan ku mengucapkan kata yang belum pernah kuucapkan pada wanita manapun, Honey, I love you coz Allah, forever."Blusshh..
Pipi Anna memerah lagi. Kali ini ia menundukan wajahnya dari tatapan mengintimidasi suaminya, sebab sedari tadi mata elang suaminya itu enggan berpaling dari mata Anna.
"Jadi ... kau sudah siap?" Tanya Hikam memecah keheningan di antara keduanya.
"Siap apa?" Tanya Anna polos.
"Melakukan sesuatu yang membuatmu hamil," jawabnya santai.
Bugh.
Anna memukul pelan lengan suaminya itu, Hikam meringis. "Istriku galak sekali, apa kau sedang PMS?"
"Mas!" Kini Anna merajuk menahan malu. Namun ia tersenyum juga menghalau rasa kikuk yang mendera.
"Haha wajahmu merona, aku paling suka warna merah," ujarnya menunjuk pipi Anna yang tengah bersemu merah.
Kadang butuh kehilangan dulu untuk mensyukuri keberadaan. Kadang butuh gagal dulu untuk mensyukuri keberhasilan. Kadang butuh berpisah dulu untuk mensyukuri kebersamaan.
Apapun yang namanya jodoh, sejauh apapun kita lari darinya, ia akan datang lebih dekat. Maka jangan risau jangan bersedih jika orang yang kau cintai ternyata bukanlah jodohmu, karena Allah telah merencanakan seseorang yang jauh lebih baik untuk diri kita.
bahkan 50.000 tahun sebelum diciptakan-Nya langit dan samudera Allah telah menulis indahnya namamu di sebelah nama jodohmu.---------------
Yang mau baca Sequelnya BBB ada di lapak saya. Judulnya Istri Impian.
Fans Ayash mana nih? Yuk baca. 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Bermata Bening
Spiritüel"Meninggalkannya dengan satu alasan memenuhi perintah Allah. Hal inilah yang memang harus aku jalani, dan aku pilih dari dulu sebagai seorang muslimah. Lebih baik mencintai dalam diam dan memperbaiki diri demi seorang imam yang dipilihkan Allah untu...