Chapter 38 : Skenario-Nya

49.1K 2.7K 36
                                    


***

Hikam baru pulang dari masjid setelah bertemu dengan Ayash. Ia membanting tubuhnya ke atas kasur raut lelah terpancar jelas di wajahnya. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya berusaha berpikir. Namun, sayangnya semua selalu saja buntu.

"Udah pulang?"

Rafa duduk di samping Hikam. Pemuda itu heran melihat wajah Hikam tak seperti biasanya ekspresi pemuda itu seperti tertekan, sibuk memikirkan sesuatu.

"Raf, lo tau sesuatu, gak?" Hikam menatap Rafa dengan sejuta harap. Barangkali Rafa mau membantunya keluar dari dilema yang tak jelas ini. Rafa sudah lama menjadi sahabatnya jadi ia rasa Rafa bisa di andalkan.

"Apa?"

Hikam menghela napas. "Gue ketemu Anna di taman."

Mata Rafa membola seketika. Pemuda itu kaget tentu saja, setelah dua tahun lamanya berpisah keduanya di pertemukan lagi dan itu membuat Hikam kepikiran. Karena bagaimana pun kalimat 'gara-gara sapa setitik, rusak move on sebelangga' itu nyata adanya.

"Terus?"

"Gue masih gak ngerti alasan Anna pergi dan sekarang, pertemuan itu benar-benar menyiksa." Hikam menjambak rambutnya prustrasi.

Rafa yang mendengar semua keluhan Hikam jadi iba. Ia juga menyadari apa yang membuat Anna pergi begitu saja, sebab itu karena Salma mencintai Hikam.

"Kam, aku ingin jujur padamu," ucap Rafa dengan nada serius.

"Apa?"

"Aku tahu apa yang membuat Anna menjaga jarak darimu," Rafa menjeda ucapanya. "karena Salma mencintaimu."

Kalimat sederhana namun sukses membuat Hikam terkejut. Matanya membola mendengar kalimat tak masuk akal yang di ucapkan sahabatnya. Bagaimana mungkin?

Rafa menjelaskan semuanya dari awal, dari saat Salma menangis karena mendengar Hikam sudah melamar seseorang. Hikam menghela napas ketika Rafa berhasil menjelaskan semuanya.

Ia masih tak percaya dengan semua kalimat yang terlontar dari mulut Rafa dan Hikam tak habis pikir. Anna berani mengorbankan perasaannya demi orang yang mencintai Hikam dalam diamnya.

Sungguh diluar dugaan.

"Gue harus gimana sekarang?"

Hikam mengusap kasar wajahnya, keringat dingin mulai menyembul dari keningnya, padahal cuaca di luar tidak panas sama sekali. Mungkin saja, semua itu adalah efek dari keadaan yang sedang di alaminya.

"Datang ke rumahnya, jelaskan semuanya pada Salma dulu agar dia mengerti posisimu. Jangan paksa hatimu untuk menerima sesuatu, ikuti apa kata hatimu, Kam." Rafa berkata bijak.

Hikam jadi teringat ucapan Ayash tadi siang.

----------

"Anna, bagaimana? Apa kau mau menerima lamaran Fuad?"

Anna menatap Abinya yang duduk di hadapan seorang pemuda berjas abu-abu. Pemuda yang ia ketahui adalah seorang laki-laki yang ingin berta'aruf dengannya.

Ya, ini adalah pemuda kesekian yang datang menawarkan keseriusan padanya. Namun, gadis itu selalu menolak siapa saja yang datang. Sekarang Anna tidak enak untuk menolaknya, ia malu.

"Saya ...."

"Anna, tunggu!"

Seisi ruang tamu menoleh pada sosok yang baru saja tiba. Pemuda berkemeja biru itu menghela napas begitu sudah berada di hadapan keluarga Anna. Fuad yang melihat itu bertanya-tanya dalam hati, siapa gerangan lelaki yang ada di hadapannya sekarang.

Bidadari Bermata BeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang