Chapter 28 : Pertemuan

42.4K 2.6K 19
                                    

***

"Mencintai seseorang dalam diam memang menyakitkan." Salma menatap lurus ke depan. Gadis di sebelahnya menoleh mendengar kalimat Salma.

"Iya, aku masih ingat. Saat pertama kali aku jatuh cinta. Tanpa tau cinta itu benar atau salah. Aku masih ingat, betapa sakitnya sebuah pengharapan kepada selain Dia. Aku pernah begitu terluka sampai merasa hidup tidak lagi berguna. Itu membuat sengsara."

"Benarkah?" tanya Salma.

"Tapi aku baru sadar bahwa cinta tak salah. Cinta adalah fitrah. Cinta adalah anugerah. Cinta sebelum pernikahan hanya menciptakan tangis dan rindu."

"Aku pernah ingin menjadi yang terbaik untuk seseorang itu. Namun aku sadar kapasitasku tidak cukup untuk membersamai, dia begitu sempurna untukku."

"Dalam mencintai jangan jadi yang terbaik, tapi jadilah yang paling ikhlas karena menjadi yang terbaik akan memaksa kita untuk berpura-pura sedangkan menjadi yang paling ikhlas akan mengajarkan kita untuk bersederhana.

"Sederhana dalam mencintai dia adalah cara terbaik dalam menjaga cintamu, jika Allah punya rencana lain dengan cinta yang kau landasi karena-Nya maka kamu akan serahkan semua kepada Dia yang maha segala-Nya, jika kamu sakit karena dia yang berpaling dan ingkar dengan janji cintamu, setidaknya kamu tidak perlu membecinya, kamu hanya perlu mengikhlaskan untuk kebahagiaanya itu."

Gadis itu mengusap pelan bahu Salma. Bahunya bergetar seiring air mata yang jatuh.

"Terima kasih, aku sudah tenang sekarang," ujar Salma tersenyum manis meski sembab masih terlihat jelas di matanya.

"Sama-sama, aku juga pernah merasakannya, namun aku sadar egoku terlalu tinggi jika menahannya untuk pergi."

"Ukhti pernah?"

"Siapa pun pernah."

"Ngomong-ngomong, ukhti sudah menikah?" tanyanya Salma.

"Insha Allah, nanti dua minggu lagi. Datang ya?" ujar gadis itu sedikit terkekeh.

"Masha Allah, beruntung sekali lelaki yang akan menjadi pendamping ukhti."

"Aamiin ... Allahuma Aamiin, mudah-mudahan, kamu juga, ya. jika ingin mendapat yang shalih, shalihahkan dulu dirimu, jangan banyak menuntut. Tapi jadilah apa yang kau tuntut, karena jodohmu, cerminan dirimu."

"Akan selalu kuingat. Eh, aku belum bertanya namamu," tanya Salma.

"Anna, Anna Althafunissa, panggil saja Anna."

Bidadari Bermata BeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang