Halaman rumah itu terlihat sunyi. Desiran angin di pagi hari meniup pohon jambu yang tumbuh di sana. Di bawahnya terdapat sebuah bangku kayu berwarna coklat. Gadis itu terlihat merenung di sana, sibuk menatap gumpalan awan di langit biru.
Ayash tersenyum menyaksikan pemandangan itu, sepasang kakinya berjalan mendekati tempat Anna merenung di sana. Hamparan hijau rumput yang berembun membuat kaki Ayash sedikit basah terlebih semalam hujan turun membuat kaki itu ikut terkena lumpur.
"Masih pagi sudah merenung." Ayash duduk di sebelah adiknya, membuat Anna menoleh sekilas kemudian berpaling lagi.
"Apa yang membuat Aa ke sini?"
"Kamu," jawabnya singkat
"Kenapa denganku?"
Ayash terkekeh pelan, adiknya tengah bersikap acuh sekarang. Mungkin karena bosan membahas hal yang selalu berputar di kepala.
"Na, Pilih dan hiduplah bersama orang yang juga memilih dan ingin hidup bersamamu, karena mencintai seseorang yang tak mau diajak berjuang itu melelahkan. Berbahagialah bersama orang yang memperjuangkanmu, jangan tersiksa oleh orang yang tak pernah mengharapkan kehadiranmu."
Ayash berujar sembari ikut menatap gumpalan awan di langit. Matahari belum sepenuhnya bersinar, udara dingin masih terasa.
Anna mengangguk, kakaknya ini selalu hafal tanpa dia beritahu pun. Sungguh sebuah anugerah memiliki kakak seperhatian Ayash. Meski Anna kadang-kadang membuatnya kesal setengah mati.
"Aku hanya takut pilihanku ini menyakiti banyak orang, sampai aku harus merelakanya kembali." Anna berusaha tersenyum.
Ayash tidak pernah berhenti memberi semangat. "Maka dari itu aku percaya, kamu mampu menjaga dalam menyemikan cinta pada tempatnya, ke hati yang benar-benar telah Allah pilihkan untuk kamu cintai seutuhnya. Maka, jangan biarkan kebahagiaanmu terenggut oleh orang yang bukan haknya, ya. Lebih baik biarkan saja, ikhlaskan saja."
"Baik, A ... terima kasih, Anna mengerti," jawabnya dengan senyum mengembang.
Gadis itu kembali mengalihkan tatapannya pada langit yang mulai cerah. Matahari sudah naik seiring waktu, kicau burung bersahut-sahutan menambah riuhnya pagi ini.
Anna mengucapkan bismillah dalam hati. Urusan cinta atau tidak sudah ia serahkan pada-Nya. Tinggal mengikuti alurnya saja meski berat sekali baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Bermata Bening
Espiritual"Meninggalkannya dengan satu alasan memenuhi perintah Allah. Hal inilah yang memang harus aku jalani, dan aku pilih dari dulu sebagai seorang muslimah. Lebih baik mencintai dalam diam dan memperbaiki diri demi seorang imam yang dipilihkan Allah untu...