***
Flashback..
Pagi itu Hikam sedang dalam perjalanan menuju rumah pamannya yang terletak di sebuah desa yang tak jauh dari perkotaan. Mengingat aksesnya cukup rumit karena harus melewati jalanan berbatu dan berlubang Hikam lebih memilih berangkat dengan motor maticnya.
Sepeda motor Hikam melaju tenang di pinggir jalan. sawah menghijau di kiri jalan, dan pohon-pohon menghitam di kejauhan. Hikam melaju tenang di pinggir jalan, ia beriringan dengan Sebuah mobil pick-up hitam,
Namun tiba-tiba. Dari arah belakang sebuah truk pengangkut pasir berkecepatan tinggi hendak menyalip mobil pick up tersebut
Truk itu membunyikan klakson dengan keras. Hikam minggir sampai di batas akhir aspal, truk tetap melaju dengan kecepatan tinggi dan..DUAR!!!
Bemper bagian depan truk menghantam motor yang di kendarai Hikam.
"ALLAH!!" jerit Hikam spontan,
Ia terpelanting seketika beberapa meter ke depan dan langsung pingsan untung helm itu masih terpasang di kepalanya sehingga melindunginya dari benturan aspal, darah mengucur dari tubuh lemah tak berdaya itu, darah itu mengalir di aspal bersama air hujan, truk berkecepatan tinggi itu lari di kejar oleh pick up.
Flashback end.
***
"Suster, Mana yang korban tabrakan!" Anna terlihat panik ketika baru memasuki ruang UGD.
Setelah sadar dari pingsan dia langsung berlari mendapati keluarganya yang tengah menangis di ruang tamu. Ayash terlihat sibuk mencari kunci mobil kemudian membawa serta adik dan orang tuanya menuju Rumah sakit yang di maksudkan suster tadi.
"pemuda Yang kecelakaan motor itu, mbak?" tanya sang suster yang baru saja lewat di depanya.
"Iya, Sus."
"Mbak siapanya?"
"Saya keluarganya" Jawab Anna tak peduli dengan kegugupannya. Yang ada dipikiranya saat ini hanyalah Hikam. Calon suaminya. Keluarga Hikam sedang sangat terpukul sekarang.
"Saudara Hikam masih dalam pemeriksaan. Mohon bersabar." jawab sang suster tersebut.
Dan Anna tak sanggup lagi mendengar penjelasan suster itu, hatinya sudah sakit duluan, lututnya pun mendadak lemas bak jelly.
Baru saja ia merasakan bahagia karena sebentar lagi akan menikah, namun musibah datang begitu cepat, rasanya baru tadi pagi ia bisa tersenyum dan gembira sekarang ia harus di kagetkan dengan berita yang membuat ulu hatinya bagai di tikam benda tajam tepat di tengah."Anna, istighfar. Doakan saja calon suamimu. mudah-mudahan ia segera sadar," ujar Ayash berusaha menenangkan, ia mengusap pelan bahu adiknya.
Anna masih terisak, ia tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa. Dunia seolah berputar di dalam kepalanya, itu semua lebih sakit dari rasa kehilangan pada Fadhil.
Seorang dokter berkacamata keluar dari ruang pemeriksaan, sang dokter langsung di serbu Anna dan keluarga Hikam.
"Bagaimana keadaan putra saya dok?" Ujar sang ibu mewakili semua yang ada di sana.
"Putra ibu masih belum sadar. Lengan kiri dan kaki kirinya patah, dia mengalami pendarahan hebat."
Kepala Anna kembali pening. Ayash dan Sang ibu memegang tangan Anna agar tak jatuh ke lantai. Dirinya seperti kehilangan harapan saat ini jika saja Hikam pergi. Bagaimana nanti dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Bermata Bening
Spiritual"Meninggalkannya dengan satu alasan memenuhi perintah Allah. Hal inilah yang memang harus aku jalani, dan aku pilih dari dulu sebagai seorang muslimah. Lebih baik mencintai dalam diam dan memperbaiki diri demi seorang imam yang dipilihkan Allah untu...