Lima tahun kemudian..Bocah laki-laki berusia lima tahun itu terlihat antusias berlari ke sana ke mari di atas rerumputan taman mengejar layang-layang.
Sampai akhirnya seorang wanita berjilbab biru datang mendekat lalu membawa bocah kecil itu dalam pelukan. Mengajaknya untuk duduk di salah satu bangku yang ada di sana.
Abiyan Fauzi, nama anak pertama Hikam dan Anna. Lahir di awal bulan Januari dan di sambut dengan bahagia oleh keluarga Anna dan Hikam.
Kalau Salma? Jangan tanyakan bagaimana. Ia masih menunggu pangeran berkuda yang akan menuntun dirinya agar bisa ia cintai selamanya sampai menuju Jannah-Nya. Tak ia sesali dengan kesendirianya, ia selalu berdoa siapapun nanti jodohnya, ia bisa mencintainya sepenuh hati.
"Abiyan main apa, Nak?"
"Layangan."
Bocah kecil itu sangat menggemaskan secara fisik, namun dari sifat ia mirip dengan Hikam, iya. Menyebalkanya gitu.
"Kak Anna."
Gadis bergamis hitam datang menyapanya, Anna menoleh dan tersenyum menatap sosok itu.
"Biyan lagi apa?" tanya Salma yang kemudian ikut duduk di sebelah Anna. Keduanya semakin dekat setelah insiden itu, Salma sudah mampu mengikhlaskan Hikam sekarang. Bagaimana pun Hikam bukanlah jodohnya.
"Kak, Biyan gemesin banget, sipit begini matanya." Salma mencubit pipi Biyan yang sedang minum susu dalam taperwer berwarna coklat."Kamu mau? Kapan dong nikah?" Anna menggoda Salma yang hanya dibalas dengan kekehan.
"Jodohku masih di perjalanan. Suatu saat ia akan datang menjemput, insya Allah."
Anna tersenyum menanggapinya.
"Nanti, akan ada seseorang yang cukup baik budinya untuk membuatmu tertarik. Cukup luas hatinya untuk tempatmu tinggal. Cukup bijaksana pikirannya untuk kamu ajak bicara. Kamu tidak perlu menjadi orang lain untuk mempertahankan seseorang.Tetap jadilah diri sendiri. Jangan pula menuntut orang lain menerima keadaanmu bila ia memang tidak mampu menerimanya. Karena yang baik belum tentu tepat. Orang baik itu banyak sekali dan hanya ada satu yang tepat."
Salma mendengarnya dengan senyuman manis. Anna-lah labuhan segala curhatan Salma setelah Allah. Karena Anna adalah orang yang selalu memahami isi hatinya.
"Ma, Selebihnya hanyalah ujian. Kamu tidak pernah tahu siapa yang tepat sampai datang hari akad. Tetaplah jaga diri selayaknya menjaga orang yang paling berharga untukmu. Karena kamu sangat berharga untuk seseorang yang sangat berharga buatmu nanti. Suatu hari akan ada orang yang cukup baik dan cukup luas hatinya untuk kamu tinggali. Cukup kuat kakinya untuk kamu ajak jalan bersama. Lebih dari itu, ia mampu menerimamu yang juga serba cukup," kata Anna memberikan semangat.
Salma tersenyum mendengarnya.
--------------
Siang telah berganti malam, mentari kembali bersembunyi setelah sekian hari bersinar di atas petala langit. Kini bulan sebesar buah semangka dari kejauhan itu tengah bersinar dengan penuh keindahan di hiasi seribu bintang di atas kelamnya malam.
Seorang gadis tengah duduk di atas sajadah, ia tengah bermunajat kepada Rabb-nya, seiring embusan angin malam yang meniup dedaunan.
Flashback dua tahun sebelumnya.
Salma tengah duduk dibawah pohon jambu yang masih berbunga,
Matanya sembab, ia menangis tersedu-sedu."Jangan takut kehilangan. Jangan takut ditinggalkan, karena itu cara Allah untuk mendewasakanmu. Agar kamu tak bergantung pada selainnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Bermata Bening
Espiritual"Meninggalkannya dengan satu alasan memenuhi perintah Allah. Hal inilah yang memang harus aku jalani, dan aku pilih dari dulu sebagai seorang muslimah. Lebih baik mencintai dalam diam dan memperbaiki diri demi seorang imam yang dipilihkan Allah untu...