{Chapter 45} Everything

12.2K 979 163
                                    

"Ceritakan tentang Mum yang selama ini tidak Dad ketahui." Zayn menarik Jazmyn kedalam pangkuannya. Sementara, tangan kanannya merangkul bahuku dengan mesrah.

"Mum semakin bertambah cantik."

"Daddy tahu itu, Sayang." Zayn melirik kearahku. Aku berpura-pura tidak melihatnya.

"Ceritakan yang lainnya, Sayang."

"Mum sering memarahiku."

"Mum sering memarahimu?"

"Ya. Mum sering marah ketika aku bertanya dimana Dad. Mum pernah mengatakan jika aku sudah tidak mempunyai Ayah lagi."

Aku berdehem, mencoba menghilangkan rasa bersalahku.

"Apakah Mum sering menangis?" Pancing Zayn. Jazmyn menganggukkan kepalanya.

"Mum sering menangis dikamar."

"Mum pernah menangis ketika menatap foto Dad."

"Benarkah?" Kali ini Zayn menoleh kearahku. Aku tersenyum malu.

"Ya. Mum mengatakan jika Mum merindukan Dad. Aku tidak ingat waktu itu pukul berapa, tapi Mum menangis."

"Apakah itu baru terjadi?"

"Tidak. Itu sudah lama. Maksudku, sedikit lama."

"Anak Dad pandai." Zayn mencium dahi Jazmyn sehingga Jazmyn tertawa manja.

"Aku sangat menyayangi Dad."

"Dad juga sangat menyayangi Jazmyn."

"Jadi, kalian tidak menyayangiku?" Rajukku. Zayn dan Jazmyn menggelengkan kepalanya secara bersamaan.

"Baiklah. Tidak ada yang menyayangi Mum."

Zayn dan Jazmyn tersenyum usil. Kemudian, Jazmyn meminta Zayn untuk menurunkannya.

Zayn menurunkannya, Jazmyn segera memanjat sofa dan mengambil tempat duduk kosong disampingku.

Kemudian, Zayn dan Jazmyn memelukku.

"Kami sangat menyayangi Mum." Ungkap Zayn dan Jazmyn bersamaan. Aku tersenyum haru, kubalas pelukkan mereka dengan rangkulan manis.

"Mum juga sangat menyayangi kalian. Jazmyn dan juga Daddy."

"Jangan pernah tinggalkan aku lagi, Mum." Bisik Zayn.

"Tidak akan pernah lagi, Sayang." Aku mengusap pipi Zayn dengan tangan kiriku.

"Jangan bertengkar lagi dengan Dad, Mum." Sahut Jazmyn.

"Tidak lagi dan tidak akan pernah lagi, Cintaku."

Zayn dan Jazmyn sama-sama menjatuhkan kepala mereka di dadaku.

"Aku tidak akan pernah mengulangi kesalahanku untuk kedua kalinya. Karena, sekeras apapun aku menolak takdirku, semakin giat pula Tuhan berusaha menyadarkanku."

"Mum?" Panggil Jazmyn.

"Ya, Sayang."

"Teman-temanku sudah memiliki adik, aku juga ingin memiliki seorang adik." Tutur Jazmyn dan sedikit membuatku tersudutkan.

"Mumm?" Rengek Jazmyn.

"Tentu, Sayang! Kau akan segera memiliki Adik. Bukan satu, tapi sepuluh!" Sahut Zayn.

"Benarkah, Dad?"

"Tentu saja."

"Zayn?!" Tegurku.

"Apa? Kita memang akan memberikan Jazmyn adik, kan?" Zayn memasang ekspresi nakalnya.

"Oh, Zayn, ayolah, disini ada Jazmyn." Memutar bola mataku, Zayn sama sekali tidak berubah.

Oops! Maybe I Love My Husband 2 (Zayn Malik Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang