{Chapter 3} 2 weeks

10.8K 982 99
                                    

Azzalia's P.O.V

Semua tentangnya sudah lenyap. Tak ada lagi yang tersisa darinya. Foto, rekaman suara, video, memori-memori, kenangan dan semua yang berhubungan dengannya sudah benar-benar bersih dari dalam handphoneku.

Aku bahkan harus menyetel ulang pengaturan iPhoneku agar semua data-data tentang zayn benar-benar hilang tak tersisa.

Aku menarik diri dari sosial media, aku menutup akun twitterku, instagram dan lain-lainnya. Aku juga mengganti ID video callku agar zayn tidak bisa mencariku.

Tweet terakhirku di twitter adalah mengucapkan ulang tahun kepada jazmyn dan sekarang aku benar-benar ingin melupakan zayn.

Tapi sekarang masalahku ada pada jazmyn, dia terus menerus menangis mencari zayn. Tak jarang aku harus berteriak memintanya agar memghentikan tangisannya dan membiarkanku tenang barang sejenak.

Dia sangat dekat dengan zayn dan sekarang setelah kami berpisah, jazmyn terlihat benar-benar menderita. Aku beberapa kali mengancam jazmyn jika dia tidak berhenti mencari zayn maka aku akan memukulnya. Tentunya jazmyn tidak mengerti dengan maksudku. Da arina lah yang selalu menyelamatkan jazmyn jika aku sedang kacau. Dia segera membawa jazmyn pergi dariku.

Jazmyn tak tidur dikamarku lagi, aku tak ingin terganggu dengan tangisannya yang terus menerus menyebut nama zayn.

Aku kacau, hatiku benar-benar perih. Entah apa tapi intinya aku tidak bisa menanggung beban ini. Aku mencintainya dengan amat sangat. Dia sudah seperti hembusan nafasku, nyawaku dan sekarang aku kehilangannya.

Aku kehilangan arah, aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Yang kuinginkan sekarang hanyalah menghapus jejaknya, menghilangkan dia dari hidupku untuk selama-lamanya.

Pagi ini, aku hanya meringkuk di sudut kamarku. Menahan rasa sakit dihatiku yang kembali tumbuh. Tangisan jazmyn terdengar kuat diluar sana, dia berteriak menyebutkan kata dad terus menerus. Aku juga mendengar suara arina yang berusaha menenagkan jazmyn. Membisikkan kata jika dia akan membawa jazmyn pada zayn dengan perjanjian jika jazmyn harus menghentikan tangisannya.

Aku berteriak menahan rasa sakit yang menusuk tulangku, aku harus menahan rasa sakit hati karena bajingan itu dan suara tangisan jazmyn membuatku semakin kacau.

"arina, tenangkan jazmyn atau aku akan memukul anak itu" teriakku dengan keras. Hening, tak ada yang menjawab. Tak ada lagi suara tangisan jazmyn yang terdengar di telingaku.

Setelah kebisingan menghilang, perlahan rasa sakit itu kembali merayapi tubuhku yang disusul oleh kegelapan dan keheningan.

Aku mendengar suaranya, mendengarnya menyebut namaku. Aku masih dapat melihat senyumannya, aku masih melihat wajahnya. Aku masih dapat melihat wajahnya menatapiku dengan rasa sedih seperti yang kulihat di persidangan itu.

Dia tersenyum kepadaku, aku ingat bagaimana dia menyebut namaku, bagaimana dia berbicara padaku, bagaimana dia tersenyum padaku, bagaimana ekspresi gilanya, bagaimana wajah tampannya itu menghipnotisku.

Aku mencintainya, sangat. Tapi dia mengkhianatiku, dia justru mempermainaku. Dia tak mencintaiku.

Aku terlalu bodoh hingga aku terbawa aliran permainannya. Dia menganggapku tak lebih dari sebuah boneka kayu dan dia bisa mempermainkanku sepuasnya. Aku terlalu bodoh karena aku terlalu mencintainya.

Berbalik ke kiri, aku melihat wajah zayn. Kuputar tubuhku ke kanan, aku masih melihat wajah zayn. Akhirnya kupejamkan mataku dan aku masih tetap melihat wajah zayn.

"pergilah dari kehidupanku! Tak cukupkah kau menyakitiku!" teriakku dengan kuat. Kulemparkan bantal ke lantai dan kemudian gelas yang kulempar langsung ke cermin hingga kedua-duanya hancur berantakkan dengan suara yang memgerikan.

Oops! Maybe I Love My Husband 2 (Zayn Malik Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang