{Chapter 11} Work

9.9K 792 55
                                    

"Skakmat!" Teriak Louis kegirangan.

"Kau curang, Tommo!" Ujar Niall tidak terima.

"Dimana letak kecuranganku, Horan? Bukankah kalin yang bermain curang? Adakah dimuka bumi ini permainan catur dimainkan oleh lima orang sekaligus?" Louis tersenyum licik.

"Aku sendirian dan kalian berempat dalam menjaga benteng serta buah catur kalian tapi kalian tetap saja kalah dan terus saja mengatakan jika aku curang." Sungut Louis.

Memang, kenyataannya kami memang bermain catur dengan lima orang pemain.
Aku, Niall, Liam, dan Harry harus melawan Louis dalam permainan catur. Menggelikan memang kami berempat kalah dalam melawan Louis padahal kami berempat sementara Louis sendirian. Terkadang Louis memiliki otak sepintar simpanse dan terkadang bodoh seperti udang.

"Bagaimana kami akan menang jika salah satu dari timku bahkan tidak ada yang dapat bermain catur?" Protesku dan Louis terkekeh.

"Sudahlah, aku sudah bosan mendengar pernyataan jika kau tidak dapat menerima kekalahanmu, Malik." Louis menyeringai sebelum akhirnya dia menyelupkan tangannya kedalam adonan tepung yang telah dicampurkan dengan air dan mengoleskannya di wajah-wajah kami. Bisa kupastikan wajah Niall, Liam dan Harry juga bertekuk kusut seperti wajahku.

"Kita sudah memainkan permainan menjijikkan ini sebanyak empat kali untuk hari ini dan empat kali sudah kita kalah." Rutuk Harry dan Louis kembali terkekeh.

"Terkadang aku rasa jika rasa simpatiku kepada Louis itu sudah diluar kendali. Ketika dia memasang Puppy Facenya kepadaku, memaksaku untuk bermain catur dan dengan bodohnta menuruti pemintaannya yang menjijikkan itu. Lihatlah, wajahku sudah bermasker tepung yang lengket." Liam menyentuh noda tepung dengan tangannya sebelum akhirnya dia mendengus kesal.

"Aku berhenti dari permainan ini." Putusku. Aku frustasi bermain catur bersama Louis.

"Aku juga." Sambar Niall.

"Aku juga berhenti." Harry menganggukan kepalanya, menandakan jika dia satu pendapat denganku

"Kurasa akupun juga." Akhirnya, lengkaplah sudah karena Liam berada di pihakku.

"Kalian tidak bisa menghentikan permainan ini begitu saja." Protes Louis.

"Aku sudah lelah untuk kalah, Louis." Niall seperti mengiba dan Aku tertawa kecil.

"Kau kalah jumlah, Tomlinson." Kini, giliranku yang tersenyum licik kearahnya.

"Ayo mainan permainan yang lain." Usul Harry.

"Permainan apa?"

"Catur?" Usul Louis bersemangat. Liam segera membulatkan matanya kearah Louis.

"Truth or Dare?" Niall memiringkan kepalanya ke kiri.

"ayolah itu permainan yang payah."

"Lalu, apa?"

Aku terdiam, begitupula dengan Harry dan Liam.

"Mengganggu Isabella?"

"Sayangnya Isabella sedang diluar bersama Josh jadi kita tidak bisa mengganggunya."

"Terkadang aku sedikit mempertanyakan kedekatan Isabella dan Josh. Mungkinkah mereka berpacaran karena mereka selalu bersama-sama saat mengerjakan tugasnya" Harry melontarkan leluconnya yang payah. Sungguh, itu sama sekali tidak lucu. Tapi Niall tetap tertawa. Aku pernah bertanya pada Niall mengapa dia tertawa disaat Harry melontarkan lelucon yang sama sekali tidak lucu dan Niall selalu menjawab jika dia tidak ingin Harry bersedih karena melontarkan lelucon bodoh dan tidak ada yang tertawa.

Oops! Maybe I Love My Husband 2 (Zayn Malik Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang