Steven POV
Malam ini bulan bersembunyi di balik awan. Sama halnya denganku kesedihanku terkurung dalam senyuman palsu yang kuberikan pada semua orang.
Jika kalian menanyakan apa yang ada di pikiranku sekarang jawabannya adalah pernikahan. Besok aku harus menikah dengan seorang gadis yang tak kucintai. Aku pun mengenalnya hanya sebatas nama dan wajahnya. Tak pernah mengenalnya atau berusaha mencari tau tentangnya. Aku sudah terpikat pada 1 gadis dia Clara Samantha. Gadis yang cantik dan ceria. Walau sekarang dirinya sudah masuk dalam dunia infotaiment / artis dirinya tak pernah lupa padaku. Setiap hari selalu datang ke kantorku walau terkadang masih memakai baju yang ketat dan minim. Tapi itu adalah tuntutan managernya. Aku sudah melarangnya namun kembali lagi dalam kontrak yang dia sudah tandatangani tak bisa seenaknya banyak peraturan didalamnya.
Aku sangat mencintainya. Namun sekarang impianku menikahinya sudah musnah karna kehadiran gadis itu. Ya dia Stella Zevani.
Dia menghancurkan impian dan harapanku. Menghancurkan hubunganku dengan Clara. Padahal tinggal sedikit lagi aku dan Clara akan menutuskan untuk bertunangan sayangnya waktu itu Clara sedang ada syuting di Bali dan sialnya keluargaku bertemu dengan keluarga gadis itu dan langsung merencanakan pernikahan.Gila. Ini gila bahkan aku sama sekali tak menyukainya. Aku hanya menganggapnya wanita biasa saja. Semua yang ada padanya tak ada yang menarik bagiku. Bagaimana bisa aku menikahinya dan hidup berdua dengannya? Itu mustahil. Apalagi jika dia memintaku mencintainya itu tidak akan pernah terjadi. Hatiku sudah milik clara dan tidak ada lagi ruang untuk siapapun.
🍁🍁🍁
Pagi yang cerah saat aku sedang bersiap menuju rumah calon istriku. Dengan berbalut tuxedo hitam aku keluar menuju keluargaku yang sudah siap dengan kebaya mereka. Aku dilarang menyetir mobil untuk 1 hari ini. Dan tibalah aku di kediaman perempuan itu. Saat aku turun semua mata memandang kearahku. Lagi-lagi aku memasang senyum palsu pada mereka semata-mata hanya ingin menjaga citra keluargaku yang baik dimuka umum. Aku hanya ingin bersikap semestinya.
Kulirik tempat yang lumayan indah dan terawat ini. Sebentar lagi aku akan menjadi keluarganya. Aishh menyebalkan.
Dia. Stella Zevani tengah berjalan menuruni tangga. Cukup baik penampilannya. Namun tetap saja tak ada yang menarik bagiku semuanya tetap sama. Dia hanyalah gadis biasa dan akan selamanya biasa.
Keluarga sudah berkumpul dan pak penghulu sudah siap di depanku.
"Bagaimana sudah bisa dimulai?"tanya pak penghulu.
"Sudah pak"jawabku.
"Baik, saya nikahkan dan kawinkan-"ucap pak penghulu lancar dan aku jawab dengan 1 tarikan nafas.
"Bagaimana saksi sah?"tanya pak penghulu.
"Sah!"seketika seluruh saksi yang ada mengucapkan 1 kata penuh sakral itu dengan lantang.
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa. Aku hanya diam menunduk. Dan tibalah pertukaran cincin dilakukan. Kulirik wajah Stella yang nampak tegang. Aku hanya bisa diam dan melanjutkan semuanya. Dengan amat terpaksa aku mencium keningnya. Walau hanya sekilas.
Dan setelahnya aku langsung pergi meninggalkannya. Bergabung dengan mertuaku Alaric Zevani. Dia pengusaha yang terkenal juga sama seperti keluargaku. Aku membicarakan tentang seputar bisnis dan berakhir pada perbincangan hubunganku dengan Stella yang kujawab singkat saja. Kulirik Stella menatapku. Dan jangan harap aku akan membalas tatapan lembutnya dengan lembut juga. Yang ada hanyalah tatapan datar baginya. Syukur-syukur aku masih mau menatapnya.
🍁🍁🍁
Tibalah malam yang paling ku benci. Sekarang kata orang mungkin malam pertama bagi sepasang suami istri. Huftt aku benci situasi seperti ini.
Aku mulai memasuki kamarku. Kulihat Stella tengah duduk di tepi ranjang. Aku tidak perduli sekalipun dia tak ada. Aku ingin cepat mandi saja karna sudah gerah. Setelah mandi kurasakan tubuhku kembali segar. Dan lagi-lagi dia menatapku dengan tatapan err lapar mungkin. Hey aku bukan makanan, oke! Lagipula aku tak tertarik pada tubuhnya ataupun hatinya.
"Mandi cepat"suruhku akhirnya tak betah juga dilihati olehnya seperti itu.
"Iya"jawabnya pelan namun masih bisa kudengar.
Aku hanya bisa diam terpaku pada dekorasi kamar yang ternyata sangat romantis ini. Mungkin jika aku dan Clara yang ada disini akan lebih bahagia. Tapi nyatanya bukan Clara malahan si cewek biasa Stella.
Aku melangkahkan kakiku keluar sebentar mengambil laptopku yang tertinggal di bawah. Saat kukembali kulihat stella tengah tiduran dibawah selimut. Dengan amat terpaksa kukatakan apa yang ingin kukatakan sejak tadi. Sambil membawa laptop kuletakan diatas meja samping tempat tidur.
"Ada yang ingin kubicarakan"ucapku memecah keheningan.
"Ada apa?"tanyanya berusaha mengintip dari balik selimut.
"Aku tidak bisa menjalankan hari-hari kedepan seperti sepasang suami istri pada umumnya. Kau juga pasti tau pernikahan ini adalah terpaksa dan aku tidak mencintaimu. Jadi aku tidak bisa bersikap seperti suami yang kau inginkan tapi aku akan memenuhi semua kebutuhanmu. Dan satu hal lagi jika di depan keluarga dan saudara aku harap kau dan aku bisa bersikap wajar, mengerti kan maksudku?"tanyaku memastikan dirinya mengerti atau tidak.
"Iya aku mengerti"jawabnya
Setelahnya dirinya tidur membelakangiku dan aku tak mempermasalahkannya. Kurasa dirinya tau posisinya. Perjodohan gila ini yang berujung pada pernikahan memang tidak seharusnya terjadi. Jadi jangan salahkan aku bila aku tak bisa membina rumah tangga dengannya. Yang kuinginkan hanya Clara. Bukan yang lain.
Kulihat ponselku. Foto Clara menghiasi wallpaper ponselku. Senyum merekah tergambar disana saat aku dan dia berdua sedang pergi kepantai. Aku rindu saat bersamanya. Aku rindu padamu Claraku. Perlahan mataku memberat dan mulai memasuki mimpi indahku bersama Clara.
~Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] My Wife Stella
RomanceApa yang terjadi jika sebuah pernikahan terjadi tanpa adanya cinta? Pernikahan yang terjadi hanya karna perjodohan semata~ Akankah sepasang suami-istri itu akan bahagia? Jika hanya ada satu pihak saja yang mencinta dan yang di cinta justru mencintai...