🍁 Chapter [16] 🍁

58.2K 1.7K 23
                                    

Author POV

1 Minggu Kemudian~

Suasana di Kantor Pengadilan di daerah Jakarta Timur tampak ramai. Keluarga Zevani dan Vallerosha sungguh masih tak percaya dengan keputusan Steven dan Stella yang memutuskan untuk bercerai.

Akhirnya suara ketukan palu terdengar dan membuat sisi Stella dan Steven menghangat dia memang menginginkan hal ini terjadi dan dia sangat senang.

"Sayang ikutlah bersama kami kembali kerumah ya"pinta Cindy.

"Tidak, Mah. Aku tinggal di apartemen saja karna jauh lebih dekat ke kantor. Tenang saja aku pasti akan sering mengunjungimu"tolak Stella.

"Baiklah, hati-hati ya sayang"ucap Cindy.

"Iya, Mah"balas Stella.

Setelah sidang perceraian Stella dan Samuel merayakannya dengan makan bersama. Bahkan Nayla mendukung keputusan Stella karna dia diam-diam menyelidiki tentang hubungan antara Stella, Steven, dan Clara.

Stella merasa bahagia sekali. Suasana Pengadilan mulai kosong keluarga pun sudah pulang kerumah masing-masing, hanya tersisa Stella, Samuel, dan Nayla.

"Stel, aku boleh main ke apartemen kamu gak?"tanya Nayla.

"Tentu saja boleh"jawab Stella riang.

"Asikkk. Makasih yaa"ucap Nayla yang dibalas anggukan oleh Stella.

🍁🍁🍁

Setelah sidang perceraian keluarga Vallerosha hanya diam. Menantu kesayangan mereka tlah pergi, bahkan Milley sampai mengurung dirinya di kamar terlalu kaget dengan apa yang terjadi karna saat makan bersama seminggu sebelumnya ia sedang ada di luar dan tidak tahu menahu akan keputusan kakaknya bercerai dengan Stella.
Selena selalu menyibukkan diri di dapur, dan Michael selalu di ruang kerjanya.

Clara memang langsung pergi setelah sidang perceraian Steven dan Stella tadi karna ada reuni teman SMP'nya. Kini hanya Steven seorang diri. Ia tidak pulang ke rumahnya melainkan ke rumah orangtuanya, namun yang di dapat hanyalah kesepian.

Biasanya siang seperti ini ada Stella yang sedang memasak.
Biasanya siang seperti ini ada Stella yang kusuruh-suruh.

Aku merasa kehilangan.
Dia... Nyatanya berarti di hidupku.
Walau sedikit saja. Dia pernah menjadi bagian juga dalam hidupku.

Steven termenung di taman belakang rumahnya hingga seseorang menepuk bahunya.

"Mamah"lirihnya.

"Kamu ngapain disini? Bukannya ini yang kamu inginkan? Dulu... Kamu selalu meninggalkannya demi perempuan itu sekarang setelah kamu resmi berpisah, kenapa kanu tak bersama perempuan pilihanmu itu?"tanya Selena sinis.

"Ya ini memang yang aku inginkan, Mah. Dan perempuan itu namanya Clara, Mah, dia sedang ada reuni teman lama makanya aku kesini"jawab Steven.

"Begitu? Ah dari pada dia yang tak bisa apapun 100 kali lipat lebih baik Stella. Rapih dalam membersihkan rumah, terampil dalam memasak, sopan dalam berbicara, dan dia juga berbakat dalam mendesain baju. Kurang apalagi? Dia juga cantik dan sexy. Kau terlalu buta pada cintamu ke perempuan itu, hingga kau tak sadari bahwa selama ini ada wanita luar biasa yang mendampingimu"ucap Selena.

Steven terdiam. Dia membenarkan apa yang di ucapkan mamahnya. Clara memang tidak rapih dalam segala hal karna selalu ada asistennya, dia tidak bisa memasak karna dia selalu membeli atau meminta pada pelayannya, dia juga tidak memiliki bakat selain berpose di depan kamera namun Steven tetap menyukainya. Jadi... Apa yang kurang dari Stella? Steven bertanya pada hatinya. Hingga ia menyadari sesuatu.

[3] My Wife StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang