🍁 [Bonus Part 1] 🍁

48.5K 883 77
                                    

Author POV

Keesokan Paginya~

Stella terbangun begitu mendengar suara azan subuh berkumandang. Segera ia bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tak lama setelah ia bersiap untuk sholat subuh, Steven pun bangun dan masuk kamar mandi dengan cepat.

"Apa aku harus menunggunya untuk sholat bersama?"batin Stella.

Akhirnya Stella memilih menunggu Steven, dan benar saja Steven pun keluar sudah dengan baju koko dan sarung tak lupa dengan peci di kepalanya. Sejenak Stella melihat bayangan Samuel yang terlihat memakai semua itu, perasaan rindu itu menyeruak begitu besar dan tak terasa Stella hampir saja ingin menangis saat itu juga. Namun tangan Steven membantunya untuk kuat dan mereka pun sholat berjamaah bersama.

Allahu akbar~

Takbir pertama yang diucapkan oleh Steven benar-benar membuat Stella bergetar. Suara itu seolah persis seperti Samuel yang membimbingnya. Stella tetap fokus pada ibadahnya. Melupakan sejenak bayang-bayang Samuel. Hingga 2 rakaat itu akhirnya bisa ia jalani dengan penuh khusyuk dan pengkhayatan.

Assalamualaikum warrahmatullah~

Stella pun menyambung dengan suara pelan. Dan kemudian ia mengecup punggung tangan Steven seperti saat ia dulu mencium punggung tangan Samuel. Kemudian Steven memimpin doa untuk dirinya dan keluarganya. Dan tak disangka Steven pun mendoakan juga untuk Samuel. Stella sampai menitikkan air matanya tak kuasa mendengar suara doa dari suaminya yang terlihat begitu tulus dari dalam hati.

"Aminn ya rabbal alamin"

Ucapan penutup doa itu menjadi hal yang cukup berkesan bagi Stella. Kemudian mereka bangkit dan melakukan tugas masing-masing. Stella merapikan kamar, sedangkan Steven langsung keluar kamar. Mungkin ingin menemui David dan Nadine.

Stella pun tak ingin berlama-lama di dalam kamar ia pun segera menyusul suaminya keluar. Dan membuat sarapan pagi. Terlihat sang mamah dan mertuanya belum terbangun. Stella pun tak ingin mengganggu ketenangan mereka. Ia pun mencoba sebisa mungkin memasak dengan tenang. Ia ingin membuat nasi goreng seafood untuk sarapan pagi ini.

Tak lama kemudian muncul Steven yang kini menggendong Nadine di tangan kanan dan menuntun David di tangan kiri. Sepertinya itu membuat Steven kesulitan.

"Hmm, Stella sepertinya Nadine lapar. Apa sebaiknya aku buatkan dia susu?"

"Tidak perlu, di kulkas aku sudah sediakan ASI. Tinggal di panaskan sebentar"

"Baiklah"

Stella membawa susu yang sudah ia panaskan dan memberikannya pada Steven. Dengan penuh kesabaran Steven memberikan susu itu pada putrinya. Sedangkan David kini sudah asik memakan sereal coklatnya dengan susu putih.

Tak lama kemudian sang Mamah keluar bersama Ayahnya. Mereka terkaget melihat anak dan menantunya sudah bangun duluan.

"Aduh maaf ya, jadi kamu yang masak, sayang. Mamah kesiangan"

"Gapapa Mah, santai aja. Lagian ini cuma buat nasi goreng gak lama juga ko"

"Tapi tetep aja Mamah gak enak. Yaudah sini biar Mamah yang buat teh manisnya"

Lalu disusul tak lama sang mertua datang juga dan reaksi yang sama terlihat mereka terkaget juga melihat semuanya sudah berkumpul dimeja makan.

"Silakan Mah, duduk. Aku udah masakin untuk kita semua"

"Aduh... Senangnya dapet menantu seperti kamu, sayang. Sini biar Mamah yang bawakan"

Stella memberikan piring serta alat makan lainnya pada Selena. Kemudian mereka makan sarapan bersama dengan tenang. Sesekali Stella melihat Nadine yang sudah tertidur kembali setelah minum susu. Sedangkan David bersama Steven menonton acara tv kartun. Stella tak ingin berlarut-larut dalam kesedihannya. Ia ingin mengikhlaskan semuanya dan hidup dengan tenang.

[3] My Wife StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang