Steven POV
Aku berjalan menuju kamar hotel yang kupesan. Hari ini Clara sudah membuatku marah. Sangat marah. Bisa-bisanya dia membuat alasan yang begitu klise.
"Aku melakukannya karna tuntutan pekerjaanku, Steve. Percayalah, aku hanya mencintaimu"
Jawaban Clara tadi masih terngiang di telingaku. Seharusnya dia bisa menolak pemotretan itu, seharusnya dia bisa menjaga perasaanku kan? Tinggal sedikit lagi aku akan memperistrinya. Namun kelakuannya membuatku muak.
Fikiranku melayang memikirkan istri cadanganku, Stella. Setelah kejadian malam kramat itu aku makin membuatnya tersiksa dan tak memperdulikannya. Itu lebih baik dari pada aku berpura-pura baik maka aku lebih jahat dan brengsek.
Masalahnya apakah belum ada tanda-tanda kehamilannya? Aku yakin dia sedang masa subur. Seharusnya janin itu sudah bersemayam di rahimnya, namun hingga kini tak ada apapun.
Aku harus bisa membuatnya hamil. Sebagai penerus keluargaku. Kuraih ponselku dan meminta tangan kananku agar mengawasi gerak gerik Stella.
"Awasi terus, kabarkan setiap ada kejadian apapun!"titahku.
🍁🍁🍁
Stella berjalan mondar-mandir setelah pulang dari acara interviewnya tadi. Tangannya mengepal kuat ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul 21.00 tapi Steven benar-benar tak pulang membuat Stella menggeram kesal.
Kenapa? Kenapa dirinya masih juga mencemaskan suami yang sudah menyakitinya?
Kenapa? Kenapa dirinya masih juga memperdulikan suami yang tak pernah menganggapnya selama ini?
Kenapa? Kenapa dirinya masih juga mencintai suami yang bahkan tak pernah sudi melihatnya sedetikpun?Jawabannya adalah karna Stella hanya mempunyai hati.
Hati yang lemah dan rapuh yang telah terisi oleh seorang Steven Vallerosha.Dibohongi selama ini ia masih tetap percaya.
Dilukai selama ini ia masih menahannya.
Bahkan perselingkuhan yang ia lihat di depan mata seakan ia tak pernah melihatnya. Ia menutup matanya. Ia masih menutupi aib suaminya.Dirinya begitu tergila-gila oleh Steven. Satu hal yang pasti, anak yang di kandungnya adalah darah daging Steven, keturunan Vallerosha.
Stella mengelus perutnya yang masih rata. Di usapnya perlahan, bahkan sang bayi pun bisa ikut merasakan kesedihan bundanya. Air mata lolos begitu saja. Kala Stella teringat setiap perlakuan & kata kasar Steven padanya. Ia menerimanya walau hatinya menjerit. Ia tak membalasnya walau hatinya begitu sakit seakan tercabik-cabik, seakan tersayat oleh ribuan pisau tak kasat mata.
🍁🍁🍁
Aku bergegas kembali pulang setelah mendapat kabar bahwa Stella bersama seorang lelaki tadi. Bahkan lelaki itu memasuki rumahnya.
GUBRAKK~
Suara pintu yang di dobrak. Aku tak perduli meski pintu itu akan rusak sekalipun. Aku marah pada 2 orang wanita itu. Kenapa bisa mereka membuatku naik darah? Semuanya pun karna lelaki.
Sial...!!!!
"STELLA!!!! BUKA PINTUNYA!!!"teriakku di depan pintu kamarnya.
"Ada apa?"tanya Stella dengan wajah baru bangun tidur.
"KAU BERTANYA ADA APA???? SETELAH PERSELINGKUHANMU TADI!!! DASAR PEREMPUAN MURAHAN!!"jawabku.
PLAKK~
Satu tamparan mulus mendarat di pipiku. Bahkan rasanya hingga ke hatiku.
"Kau berfikir aku wanita seperti itu? Satu hal yang kau harus tau mas, kau yang melakukannya pertama kali. Kau yang merenggut kesucianku. Kau yang sudah-"ucapan Stella terhenti. Hampir saja dia mengatakan mengenai kehamilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] My Wife Stella
RomanceApa yang terjadi jika sebuah pernikahan terjadi tanpa adanya cinta? Pernikahan yang terjadi hanya karna perjodohan semata~ Akankah sepasang suami-istri itu akan bahagia? Jika hanya ada satu pihak saja yang mencinta dan yang di cinta justru mencintai...