🍁 Chapter [26] 🍁

41.5K 1K 24
                                    

Author POV


"Stella kau...???!"lirih Samuel & Steven bersamaan.

"Ya ini aku. Sepertinya kalian terlalu sibuk sehingga tak menyadari kehadiranku"ucap Stella.

"Stella, kumohon dengarkan dulu penjelasanku"balas Samuel dengan cepat.

"Penjelasan? Aku sudah mendengar semuanya, Mas. Tapi kenapa? Kenapa kamu memilih menyembunyikannya dariku? Apa kamu sudah tak sayang lagi padaku?"tanya Stella.

"Tidak bukan seperti itu maksudku, ayo kita pulang saja aku akan jelaskan semuanya"jawab Samuel.

"Maaf Steve, aku harus pulang duluan"lanjut Samuel sebelum menarik lengan Stella.

Steven menghela nafasnya kasar. Bahkan ia tadi hanya ingin menggertak Samuel saja, ia takkan mungkin memberitahu Stella tapi ternyata dia sudah mengetahuinya duluan.

"Lindungi keluarga mereka ya allah, aku tak ingin mereka bertengkar. Dan angkatlah penyakit Samuel, amin"batin Steven.

🍁🍁🍁

30 Menit Kemudian~

Samuel dan Stella tiba kembali dirumah mereka. Air mata jatuh begitu saja saat kembali Stella mengingat perkataan suaminya dadanya terasa seperti tertusuk ribuan pisau tak kasat mata. Stella pun segera masuk kedalam kamar dan menaruh David pada boxnya karna tlah tertidur sejak di perjalanan tadi.

"Sayang, kita bicarakan di luar saja, aku tidak mau David terganggu tidurnya"ucap Samuel.

Stella hanya mengangguk sebagai tanda setuju karna sedari tadi air mata itu terus saja meluncur deras di pipinya tanpa Samuel sadari, setelah keluar Samuel duduk di ruang keluarga dengan perlahan. Semula ia berfikir ini jalan yang mudah tapi nyatanya ini begitu rumit.

"Sayang, maafkan aku. Aku tahu aku tlah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupku tidak hanya padamu juga terhadap keluargaku. Aku ingin mencoba menghadapi masalahku ini sendiri namun nyatanya aku tak bisa"ucap Samuel. Ada jeda setelah itu hingga Samuel berkata lagi.

"Kamu adalah orang yang paling aku takutkan reaksinya, maka itu aku sangat menjaganya. Kau tahu? Aku sempat berfikir kau akan meninggalkanku setelah mengetahui keadaanku. Aku bukan tidak mempercayai cintamu padaku, aku bukannya tidak menyayangimu lagi. Aku hanya takut kau akan pergi, Stella"

"Aku sekarang adalah istrimu, Mas. Semua masalahmu adalah masalahku juga. Kita hidup berdua karna kita tlah disatukan, apa gunanya pernikahan jika kau seperti ini? Apa bagimu aku hanyalah berpura-pura selama ini? Tidak, Mas. Aku benar-benar menyayangimu, aku sudah bisa menerima dirimu setelah luka itu datang. Jangan takut aku akan meninggalkanmu, aku berjanji akan selalu ada disisimu"

"Aku tahu, semua ini murni kesalahanku. Tolong maafkanlah aku, aku tidak bisa mengulang waktu dan aku juga tidak bisa mengatakan baik-baik saja setelah kau mengetahui keadaanku. Terimakasih kau sudah mau berada disisiku, tapi aku takkan mungkin dapat menjagamu selamanya, sayang"

"Cukup. Hentikan, Mas. Aku tau kamu mampu. Seperti yang sudah di katakan Mas Steve tadi kau harus optimis. Penyakitmu pasti bisa di sembuhkan. Tolong jangan katakan kau akan pergi dariku"

Stella menunduk tak bisa menahan lagi air matanya walau ia sudah sempat menghentikannya tadi. Samuel pun menghampiri Stella dan memeluknya erat, ini adalah keadaan tersulit baginya. Ia tak menyalahkan takdir, ini sudah suratan takdir dan ia harus menerima dengan lapang dada.

"Baiklah, aku akan mengurus kepindahan kita ke Jerman. Disana pengobatannya lebih terjamin, kau tidak keberatan kan sayang?"tanya Samuel.

"Tentu saja tidak. Aku akan bicarakan dengan Mamah nanti"jawab Stella.

[3] My Wife StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang