🍁 Chapter [14] 🍁

56.4K 1.7K 23
                                    

WARNING : Tolong di baca ya. Ada adegan tidak baik nanti. Tolong jangan di tiru ya readers.

🍁
🍁
🍁

Author POV

Mendung menghampiri langit pagi. Sama seperti yang Stella rasakan ia baru saja bangun walau hari masih sangat pagi. Stella berjalan keluar kamar menuju dapur membuat susu dan sarapan kecil baginya dan Steven itupun jika lelaki itu mau memakannya. Stella tak perduli apakah Steven sarapan di rumah atau di luar.

Stella merasa beruntung di kehamilannya ini dia tidak sering mual. Bayinya sangat mengerti kondisinya. Janinnya begitu kuat walau kondisi batin Stella kian memburuk itu tak mengganggunya sedikitpun. Stella mengelus perutnya pelan sambil meminum susunya, dia harus bisa bangkit. Tunjukan pada dunia siapa Stella sebenarnya.

Drrtt drrrtt.
Ponselnya bergetar dan menampilkan nama Samuel disana. Stella langsung menggeser ke arah tombol hijau.

"Ya, Sam?"

"Hehe kau sudah bangun aku kira kau masih tidur"

"Ya aku sudah bangun, si dede lapar jadi aku terbangun"

"Ahaha dia lucu sekali. Makanlah yang banyak agar dia cepat tumbuh besar dan segera lahir aku tak sabar melihatnya"

"Masih lama, Sam. Bersabarlah"

"Iya aku tau. Oh iya, latihan menyetirnya besok aja ya. Aku ada pemotretan hari ini"

"Iya. Maaf telah merepotkanmu, Sam"

"Hihi aku suka direpotkan olehmu, manis"

"Berhenti menggombal sam!"

"Hahaha oke. Aku tutup ya"

"Iya!"

Sambungan terputus. Stella merasa mempunyai teman baru. Selain bayi yang dikandungnya ia juga memiliki Samuel yang selalu ada untuknya.

🍁🍁🍁

Steven keluar kamar dengan berpakaian santai karna hari ini adalah hari sabtu. Ia libur. Dan dia bisa bersantai atau berkencan dengan Clara. Steven menuruni tangga dan menuju dapur ia buka lemari makan dan menemukan sarapannya disana. Diliriknya jam dinding masih jam 06.30.

"Kapan dia memasaknya?"gumam Steven.

Tanpa basa basi ia memakan sarapannya dengan di tambah kopi hitam yang ia buat sendiri. Steven membuka koran pagi dan membacanya serius.

Di tengah keseriusannya ia mendengar seperti suara orang yang sedang muntah. Ia menoleh dan berjalan cepat ternyata benar Stella sedang muntah di kamar mandi bawah dekat kamar tamu.

Steven hanya memperhatikan dari jauh. Stella masih terus mengeluarkan isi perutnya padahal baru beberapa saat lalu ia mengisinya. Setelah selesai Stella berjalan namun badannya limbung dan ia hampir saja terjatuh jika Steven tidak membantunya berdiri dan membawanya ke meja makan.

"Kau sakit?"tanya Steven.

"Bukan urusanmu!"jawab Stella ketus.

"Kau!!! Seharusnya kau berterimakasih padaku karna aku sudah menolongmu tadi. Kau benar-benar tidak tau balas budi"ucap Steven.

"Berterimakasih? Aku juga tidak meminta bantuanmu, Mas. Kausendiri yang membantuku. Dan aku rasa kau yang seharusnya sadar diri mas. Selama ini apa kau pernah membalas budiku? Tidak kan. Jadi, anggaplah sekarang kita impas"balas Stella dingin.

Tanpa mengatakan apapun Steven pergi keluar dengan menutup pintu dengan kencang. Stella mengelus dadanya kemudian perutnya.

"Anak Bunda jangan nakal ya. Maafin Bunda tadi berbicara kasar, kelak kamu akan tahu alasan Bunda melakukan semua ini"gumam Stella lirih.

[3] My Wife StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang