🍁 Chapter [18] 🍁

61.3K 1.6K 18
                                    

Author POV

Samuel memakirkan mobilnya di depan apartemen Stella. Lalu menoleh ke samping dan melihat Stella tertidur dengan pulas di sampingnya. Senyuman tulus tercipta tatkala melihat wajah damai wanitanya itu, namun berganti dengan wajah takut & cemas.

"Kumohon jangan tinggalkan aku demi dia"lirih Samuel.

Dengan cepat tangan Samuel berpindah mengangkat tubuh Stella dan membawanya masuk keapartemen. Membawa Membawa tubuh wanitanya tertidur nyaman di kasurnya.

Samuel pun tak lupa menaruh semua belanjaan di dapur dan menatanya. Ia tidak tega membiarkan Stella harus menyusun semuanya mulai dari perlengkapan mandi, bahan makanan, dan lain sebagainya. Apalagi dengan kondisi tengah hamil membuat Stella tidak boleh kelelahan pastinya.

Setelah selesai merapihkan barulah Samuel pergi. Ia mendesah lega karna ia akhirnya bisa melakukan hal baik lagi untuk Stella.

Samuel segera melajukan mobilnya ke suatu tempat yang sudah jarang ia datangi, kecuali terdesak. Seperti saat ini, ia kembali terfikirkan bagaimana nasibnya? Haruskah ia kehilangan Stellanya?

🍁🍁🍁

Steven memandangi lelaki didepannya yang baru saja keluar dari apartemen mantan istrinya. Ia sengaja menguntit pasangan itu dan akhirnya menemukan tempat tinggal Stella.

"Kau harus hidup di tempat seperti ini, itu semua karna kesalahanku. Aku harus memastikan kau baik-baik saja, setidaknya aku akan menebus kesalahanku dengan cara halus"gumam Steven lirih.

Matanya memanas kala mengingat senyum Stella tadi. Begitu tulus dan hangat. Bukan karna keterpaksaan. Tidak ada lagi kesedihan dalam raut wajahnya. Tidak ada lagi beban yang terlihat di matanya.

Stella benar sudah bahagia. Apalagi yang di harapkan Steven?
Memohon agar Stellanya kembali? Steven cukup tahu diri dan takkan mungkin melakukannya. Walau didalam dirinya sudah mulai muncul benih cinta. Ia berusaha menampik perasaannya sendiri. Berusaha membohongi dirinya sendiri.
Demi melihat kebahagiaan wanita yang dicintainya. Kalau Stella bahagia dengan Samuel maka ia harus rela.
Sama seperti Stella dulu yang merelakan Steven untuk Clara.
Adil bukan? Memberikan kesempatan yang sama.

Bila mereka berjodoh. Suatu saat nanti pasti mereka akan bersatu apapun kondisinya, karna Tuhan selalu mempunyai jalan yang terbaik untuk hambanya.

🍁🍁🍁

Stella terbangun karna merasakan pergerakan bayinya yang tiba-tiba dan itu membuatnya tidak nyaman. Entah mengapa ia tiba-tiba menginginkan sebuah elusan di perutnya. Oleh Ayah anak ini? Oleh Steven?

Stella menggelengkan kepalanya ia menghilangkan segala keinginan mustahilnya itu.

"Ayah sudah bahagia, Nak. Jangan membuat semuanya menjadi rumit, tenanglah dan biarkan bunda tidur"gumam Stella pada bayinya.

Perlahan pergerakan bayi di perutnya memelan dan menghilang. Stella terdiam dan tersenyum pada buah hatinya itu.

"Anak Bunda pinter, sekarang bobo bareng ya"ucap Stella lagi seraya mengelus perutnya memberikan perasaan nyaman pada dirinya sendiri.

🍁🍁🍁

Steven baru sampai dirumahnya yang besar. Tidak ada lagi yang menyambutnya. Hanya ada keheningan dan kegelapan sama seperti dirinya.

Dengan langkah pelan ia memasuki kamarnya dan mandi dengan air dingin. Mencoba menghilangkan segala pengaruh buruk yang terjadi. Setelah keluar ia menyadari bahwa perutnya masih kosong karna belum makan malam.

[3] My Wife StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang