Hari ini hari pertama Shila menginjakkan kaki di Sekolah barunya - SMA 158 BANDUNG. Salah satu sekolah yang cukup terkenal di kota Bandung tersebut. Dengan ukuran gedung yang terbilang cukup luas -berlantai tiga. Dengan dua lapangan -outdoor dan indoor.
Dari arah gerbang sekolah sudah terlihat suasana keramaian dari para murid yang memang baru saja tiba di sekolah. Dan Shila salah satu di antara mereka.
Kini Shila berjalan memasuki gerbang sekolah ambil memperhatikan sekitarnya agar bisa menemukan ruang Kepala Sekolah. Ia mengunyah permen karet rasa anggurnya dengan sempurna.
Shila mulai melewati koridor sekolah dengan ekspresi yang terbilang cukup santai sebagai anak baru. Sesekali Ia tersenyum kepada beberapa siswi yang tersenyum kepadanya. Shila tidak bertanya kepada beberapa siswa yang juga berlalu lalang di koridor, dimana letak ruang Kepala sekolah. Shila lebih memilih berjalan sambil memperhatikan isi sekolah barunya -seolah dirinya tahu dimana letak ruang Kepala Sekolah tersebut.
Saat Ia ingin berbelok arah, Shila mendengar percakapan dari dua orang yang cukup membuat dirinya berhenti melangkah dan menatap lurus kedepan -melihat apa yang terjadi di hadapannya.
Ngebully? Pikir Shila saat melihat kejadian di hadapannya.
Shila yang ingin tahu apa yang terjadi, berniat mendekati seorang siswa laki-laki yang memang terlalu culun menurutnya. Namun bisa Shila lihat, meski lelaki itu berkacamata -lelaki itu masih mempunyai sisi ketampanannya.
"Serahin duit lo sekarang, atau lo gue jegat deket halte pulang sekolah nanti!" kata seorang lelaki yang terkesan jagoan itu sambil menarik kerah lelaki berkacamata.
"Sumpah, Ram! Gue nggak ada duit, duit gue cuma buat ongkos aja. Gue lupa bawa." jawab lelaki berkacamata itu dengan penuh rasa takut.
"Halah! Ngibul dia Ram, coba cek aja sakunya, siapa tau kan di sembunyiin?" kata lelaki yang lain - menyuruh cowok yang dipanggil 'Ram' itu untuk merogoh saku seragam si cowok berkacamata.
Shila yang melihat aksi tidak pantas itu dengan mata kepalanya sendiri merasa cukup kesal. Bagaimana bisa disekolah ada kejadian seperti itu -murid yang lain hanya melihat tanpa ingin menghentikan aksi tidak pantas tersebut.
Shila masih berdiri di jarak yang cukup jauh dari kejadian itu. Ia masih ingin memantau apa yang akan dilakukan cowok yang dipanggil 'Ram' itu setelah mengambil uang dari saku cowok kacamata tersebut.
"Ini apa!?" Bentak cowok yang disapa 'Ram' sambil menunjukkan uang didepan mata cowok berkacamata. Ya, 'Ram' berhasil menemukan uang lain yang dimiliki cowok berkacamata.
"Rama, please. Itu uang spp Gue, Ram."
"Ah, bacot!" jawab Rama yang hampir melayangkan tangannya ke wajah cowok berkacamata.
Shila yang tadinya masih ingin memperhatikan kejadian tersebut, langsung menghampiri -menahan tangan Rama sekuat tenaga yang dia punya.
"Kalo mau nonjok anak orang jangan di sekolah, lo mau di DO secara nggak hormat?" ucap Shila yang masih menahan pergelangan tangan kanan Rama.
Rama menoleh ke arah Shila - melotot dan langsung menepis tangannya yang tadi di tahan Shila dengan kasar.
"Lo siapa!" pekiknya. Rama yang merasa sudah di usik, langsung menatap Shila dengan tatapan ingin membunuh gadis itu.
"Lah? Harusnya gue yang nanya! Elo siapa? Seenaknya malakin anak orang. Emang lo nggak di kasih jajan sama orang tua lo?" Shila bahkan tidak mempedulikan tatapan Rama yang semakin tajam menatapnya.
Cowok berkacamata tadi hanya menatap Shila dengan tatapan takut.
"Apa? Lo nggak salah nanya?" kata Rama dengan raut wajahnya yang bingung. "Ram, kayanya dia anak baru deh." bisik seorang cowok yang tadi menyuruh Rama untuk mengecek saku seragam cowok berkacamata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Kiss [Completed]
Teen FictionKlasik. Berawal dari sebuah taruhan, dan berakhir dengan jatuh cinta. Serta ciuman terakhir yang membuat Shila kehilangan Rama. ©Copyright 2016.