Lebih dari dua minggu Shila menghindar dari Rama. Anggi dan Dika juga sudah mengetahui bahwa Shila hanya dijadikan taruhan oleh Rama dan Oji. Anggi yang notabanenya kekasih dari Oji juga marah pada Oji. Bahkan hubungan mereka berdua bisa dibilang tidak baik-baik saja.
Shila juga menjauh dari Alfian. Padahal dalam hatinya, dia sangat amat membutuhkan Al. Entah untuk apa, yang jelas Shila memang membutuhkan Al. Tapi, dengan tekad yang kuat dia lebih memilih untuk menjauhi Al dan Rama.
Sementara Rama sendiri, dia menjelma menjadi sosok pendiam yang lebih dari biasanya. Kadang dia rela duduk di bangku yang tidak layak pakai di halamam belakang sekolah hanya untuk melepas rindu terhadap Shila. Shila yang menghindarinya.
Rama juga sudah mencoba untuk menemui Shila dirumahnya. Tapi nihil, Shila lebih memilih mengusir Rama dengan bantuan satpam rumahnya. Kejam? Mungkin itu pantas untuk Rama.
Sedangkan Alfian, dia juga sudah mengetahui hal yang sama seperti Anggi dan Dika. Kalau boleh jujur, Al sangat marah terahadap adiknya itu, bahkan mereka berdua sempat bertengkar saat Al mengetahui fakta itu.
Berita Shila hanya dijadikan taruhan oleh Rama juga sudah tersebar di 158, bagusnya Shila menanggapi gosip murahan itu dengan biasa saja. Meskipun hatinya sakit.
Saat ini jam menunjukkan pukul 17:00. Shila baru aja tiba dirumahnya. Soalnya tadi ada pelajaran tambahan buat UN. Sekarang dirumahnya sudah ada Dika dan Anggi.
"Gi, lo masih berantem sama Oji?" tanya Shila.
Anggi hanya mengangguk.
"Gak baik, ini masalah gue sama Rama. Gak seharusnya lo ikutan berantem sama Oji."
"Gak bisa, Cil. Taruhan ini ada karena Oji. Oji yang ngajak Rama taruhan. Gue bakal putus sama dia."
Dahi Shila mengkerut. "Gila lo? Gak usah lah, gue tau pasti Oji awalnya cuma bercandaan. Udah lah, Gi. Jangan asal ambil keputusan."
Anggi menggeleng cepat. "Enggak, Cil. Gue mau putus aja sama dia. Gue sakit tau gak sih? Pas tau lo di jadiin taruhan sama Rama. Okeh ralat, sama Oji. Gue sakit, Cil. Lo sahabat gue dari orok, sedangkan Oji? Oji baru jadi pacar gue, tapi dia udah nyakitin lo. Nyakitin sahabat gue, itu sama aja dia nyakitin gue."
Dika yang melihat Anggi kalap karena emosi. Mulai membuka suaranya.
"Gi, lo lagi di hantui emosi. Bener kata Shila, jangan asal ambil keputusan. Penyesalan datangnya belakangan. Lo gak lupa itu kan?"
"Gak cuma lo yang sakit disini. Shila dan gue juga sama-sama sakit, terutama Cila. Jangan jadiin diri lo sebagai orang yang paling bersalah, Gi."
Anggi menghela napasnya panjang.
Shila hanya diam. Kenapa dia bisa jadi lemah seperti ini? Kenapa juga dia harus melow kaya gini?
Cinta membuat seseorang berubah.
Brummm brummmm.
Suara deru motor terdengar di telinga Shila, Anggi dan juga Dika. Dilihat dari jendela, Rama sudah berada di depan rumah Shila.
"Mau sampe kapan dia kerumah gue? Bilang gue gak ada." kata Shila yang langsung meninggalkan kedua temannya ke kamar.
Anggi dan Dika saling melempar pandang. "Gue yang temuin dia." kata Dika yang langsung beranjak keluar rumah. Sementara Anggi, dia langsung menyusul Shila di kamarnya.
Sedangkan Dika, kini dia sudah berada di halaman rumah Shila bersama Rama.
"Ada Shila kan, Dik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Kiss [Completed]
Teen FictionKlasik. Berawal dari sebuah taruhan, dan berakhir dengan jatuh cinta. Serta ciuman terakhir yang membuat Shila kehilangan Rama. ©Copyright 2016.