Kelas Rama dan Alfian sedang tidak ada gurunya. Kebiasaan Rama dan teman-temannya kalau tidak main cilong, paling jailin anak perempuan dikelas. Kali ini mereka males ke kantin, dengan alasan yang cukup banyak. Mulai dari Oji yang bilang es teh di kantin sedang basi. Soleh yang bilang kalau nasi uduk di kantin berasnya nggak higenis, serta Reno yang bilang kalau kantin sedang banyak hantunya. Dan Rama hany mengiyakan semua alasan teman-temanny yang menurutnya sangat amat tidak masuk akal.
Rama yang sedari tadi diem aja di pojok kelas cuma memperhatikan ketiga temannya bermain cilong.
"Ji, Rama kenapa? Bingung dia mau kencan sama Shila nanti?" tanya Soleh.
Oji hanya mengangkat bahunya tidak acuh. Soalnya dia juga nggak tau si Rama kenapa. "Bisa jadi kaya gitu, Leh."
Nggak enak ya si Soleh, dipanggilnya Leh.
Hmmm.
"ANJIRR!" Reno memekik. "Bego! Ngapain lo getok tangan gue, Leh? Sakit pea!" Reno meringis kesakitan. Bukan cilong yang digetok malah tangannya yang di getok oleh Soleh.
"Lah elu, siapa suruh tangan lu ikutan main? Gembel dasar."
"Tai!"
"Berisik amat sih, gandeng lo pada." cetus Rama.
Oji, Reno dan Soleh hanya menelan ludah paitnya. Bos besarnya sudah ngamuk, masa mau di lawan.
***
Bel istirahat berbunyi dua menit yang lalu, tapi Dika, Anggi dan Shila sudah berada di kantin sejak 10 menit yang lalu. Shila yang sejak tadi di kelas bengong aja, itu jadi pertanyaan besar buat Anggi dan Dika.
Kenapa?
"Cil, lo kenapa sih? Bengong mulu dari tadi, lo sakit?" Anggi angkat suara lebih dulu, karena udah nggak betah melihat Cila yang diem aja.
"Kalo ada apa-apa tuh cerita, Cil. Apa gunanya kita kalo lo gak mau berbagi?" ujar Dika yang terdengar cukup bijak.
"Iya, sebenernya gue bingung," Shila mengerucutkan bibir mungilnya.
"Why?."
"Rama."
"HAH?? RAMA KENAPA CIL?? DIA NGAP----." Mulut Anggi lebih dulu disumpel pakai tisu oleh Dika.
"Rama minta gue nemuin dia di taman belakang sekolah, pas istirahat."
"WHAT!?" teriak Anggi.
"Bacot amat sih, Gi? Kalem dikit nggak bisa apa?" cetus Dika sinis.
Anggi menatap Dika tak kalah sinis. "Iya sorry, yaudah sekarang kan udah istirahat. Kenapa nggak lo temuin?"
"Nggak gitu, Gi. Nanti kalo tiba-tiba dia bawa pasukan gimana? Terus kalo gue di kerjain abis-abisan gimana? Duh, gue lagi males ribut."
"Iya juga sih, Cil. Siapa tau aja dia ngerencanain sesuatu." kata Anggi.
Tumben banget sih Anggi nggak belain Rama.
"Jangan gitu, gak baik suudzon terus. Siapa tau aja si Rama emang beneran mau damai." lagi, Dika bijak. "Gak ada yang tau seseorang kapan berubah. Entah dari perubahan buruk jadi baik, bahkan baik jadi buruk." lanjutnya.
Sekarang kayanya Dika emang beneran cowok berkacamata yang ada di tv tv sinetron gitu deh.
"Lo aja, Gi. Lo yang temuin Rama di taman." ucap Shila.
Dika mengerutkan dahinya. Sementara Anggi malah melotot dengan sempurna. Detik kemudian matanya mengerjap berkali-kali.
"Lo....lo serius, Cil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Kiss [Completed]
Teen FictionKlasik. Berawal dari sebuah taruhan, dan berakhir dengan jatuh cinta. Serta ciuman terakhir yang membuat Shila kehilangan Rama. ©Copyright 2016.