22. Terungkap Semua

1.1K 61 8
                                    

Rama baru saja tiba di sekolahnya. Ia melepas helm dan jaket yang di gunakannya. Cowok itu berjalan santai melewati koridor sekolah tanpa harus memperdulikan tatapan para siswi yang menatapnya memuja.

Rama terus berjalan menaiki tangga hingga tiba di lantai dua sekolahnya. Cowok itu mencari keberadaan seseorang yang belum ada di hadapannya.

Akhirnya Ia memilih untuk menunggunya di dalam kelas. Tak lama kemudian tiga suara yang sangat di kenalinya masuk kedalam kelas dengan gelak tawa yang cukup keras.

"Buset! Tumben amat si Rama udah dateng." kata Reno.

"Abis dapet ilham kali, Ren." sambung Soleh.

"Gue mau ngomong sama lo, Ji." ucap Rama datar.

Oji mengangguk dan mengerti maksud Rama bahwa dirinya harus berbicara berdua dengan Rama. Sementara Reno dan Soleh hanya bisa melempar pandangan.

Rama berjalan lebih dulu dan Oji mengikuti di belakangnya. Rama melangkahkan kakinya menuju halaman belakang sekolah. Tempat yang sudah lama tidak Ia kunjungi.

Keduanya duduk disalah satu bangku kayu yang sudah tak terpakai. 10 menit berada disana, mereka belum mengeluarkan sepatah kata pun.

"Gue mau selesain taruhan ini, Ji." kata Rama yang mulai memecah keheningan.

"Yaudah, meskipun harusnya masih seminggu lagi, tapi oke lah, Ram."

Rama diam. Detik yang sama dia mengusap wajahnya gusar. Tangannya mengepal keras.

"Gue gak bisa kaya gini, Ji. Gak bisa." Rama berucap lirih.

Oji yang tadinya sibuk nyalain rokok langsung ngejatuhin rokoknya ke tanah. Cukup kaget dengan ucapan Rama barusan.

Oji mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Gue kena karma, Ji."

Oji menelan ludahnya susah payah. Dia baru paham kemana arah pembicarannya dengan Rama.

"Ma...maksud lo?."

Rama menghela napasnya. Ia masih mengusap wajahnya gusar.

"Udah cukup, Ji! Gue minta sama lo buat berhentiin taruhan ini. Oke gue ngaku kalah. Bener kata Reno, karma itu ada. Dan sekarang gue yang ngerasain. Gue suka sama Shila, bahkan sayang, Ji!." suara Rama naik satu oktav.

Oji baru saja menjatuhkan pemantik apinya mendengar penjelasan Rama. Ia masih mencerna seluruh pengakuan Rama barusan.

Karma?

Shila?

Dua kata itu membuatnya pusing. Oh, Oji. Tidak seharusnya dia lemot disituasi kaya gini.

"Okeh gue paham." kata Oji.

Akhirnya.

"Terserah lo mau bilang gue apa, Reno sama Soleh mau bilang apa terserah. Yang jelas, gue mau lepas dari taruhan buat deketin Shila."

"Oke, Ram. Gue ngerti sekarang, gue juga bisa liat perubahan sikap lo ke Shila. Jadi yaudah, taruhan ini selesai."

Rama menyipitkan matanya. Bingung atas penjelasan Oji.

"Maksudnya?."

"Lo kan sayang sama Shila, buat apa taruhan ini di lanjut? Lebih baik lo kejar Shila dengan cara lo sendiri, lo buktiin sama dia kalo lo emang beneran sayang sama dia, Ram." jelas Oji yang membuat Rama terdiam.

"Lagian, Lo juga pasti nolak kalo minggu depan lo harus nembak dia dan lusanya lo putusin dia? Lo mau?"

"Gak lah!" Rama menoyor Oji kesal.

Last Kiss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang