Kelas 3-IPA3 sedang tidak ada kegiatan belajar mengajar. Guru mata pelajaran Fisika tidak masuk ke kelas tersebut karena sakit -itu menurut info dari siswi yang baru saja masuk kedalam kelas setelah kepergiannya dari toilet.
Suasana kelas yang cukup ramai tidak begitu mengusik ketenangan Shila -gadis itu masih fokus memainkan ponselnya hanya untuk membuka akun instagram miliknya yang sudah beberapa hari tidak di buka. Dika yang memang duduk satu bangku dengan Shila, justru malah asik membuat coretan di halaman belakang buku milik gadis itu, tentunya atas izin dari sang empunya buku.
"Shil, liat! Keren kan?" Dika mendorong benda persegi empat itu ke arah Shila -memberitahu Shila hasil gravity yang dibuatnya belum lama.
Shila melirik hasil gambar gravity Dika, lalu berkata, "Keren! Kok lo bisa?" tanyanya antusias melihat hasil gravity Dika yang menurutnya bagus dan keren.
"Bisa lah! Gini doang mah kecil buat gue," ujar Dika dengan sekali menjetikan jarinya di hadapan Shila.
"Tengil lo!" Shila sedikit memukul lengan Dika, dan cowok itu hanya terkekeh melihat wajah Shila yang sedikit geram terhadapnya.
Keduanya langsung kembali pada aktifitas masing-masing. Shila yang berselancar di dunia instagramnya dan Dika yang semakin asik membuat karya seni di buku tulis milik Shila.
Suasana kelas yang tadinya bising mendadak sunyi. Shila yang menyadari kesunyian itu langsung melihat ke penjuru kelas -melihat Rama yang sudah ada di depan pintu kelas Shila -tersenyum penuh arti dan melangkah masuk kedalam kelas tersebur.
Shila yang melihat adanya Rama masih bersikap biasa saja -ya, memangnya Shila harus bersikap apa? Histeris seperti teman cewek satu kelasnya? Shila tidak se-alay itu.
"Shil, Rama." bisik Dika pelan.
"Hmm."
Dika tidak bersuara lagi setelah melihat Rama yang sudah menatap kearahnya dan ke arah Shila bergantian, dengan tatapan yang tak bisa ditebak apa artinya. Padahal, mulut Dika sudah sedikit terbuka untuk berbicara lagi kepada Shila, namun melihat raut wajah Rama yang menurutnya menyeramkan justru membuat Dika pada akhirnya mengatup kembali mulutnya dengan rapat.
Rama mulai melangkahkan kakinya lebih dekat ke dalam kelas tersebut. Ia menatap Shila dengan tatapan seribu arti. Tak tertinggal seringaian di wajahnya yang ia tujukan untuk Shila.
"Gue kesini cuma mau ngasih tau lo semua, kalau......." Rama menggantungkan ucapannya -membuat para perempuan yang ada dikelas tersebut merasa gemas dengan Rama, kecuali Shila.
"Kalo apa, Ram?"
"YaAllah Rama ganteng banget sih."
"Kenapa Ram? Jangan bikin penasaran dong."
Hanya kalimat itu yang terdengar dari para cewek alay di kelas Shila. Shila yang mendengarnya ganya mendelik jijik. Memangnya Rama siapa? Maksudnya, bukankah lebih tampan Calum Hood? Cowok yang diidolakan Shila beberapa tahun ini.
"Tapi sebelum itu gue minta-," Rama kembali memberi jeda atas ucapannya. "Shila maju kedepan." ujar Rama dengan satu kedipan mata untuk Shila.
Shila yang memang sedang memegang ponselnya, nyaris membuat ponsel satu-satunya yang dia punya terjatuh. Untunglah kesadarannya masih bisa menyelamatkan ponsel berwarna silver tersebut.
Wajah Shila berubah dalam sekejap. Kedua alisnya saling bertaut menatap Rama yang masih tersenyum padanya. Ya, Siapapun pasti akan merasa kaget jika seseorang yang menurutnya asing, malah menyuruhnya maju kedepan. Untuk apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Kiss [Completed]
Teen FictionKlasik. Berawal dari sebuah taruhan, dan berakhir dengan jatuh cinta. Serta ciuman terakhir yang membuat Shila kehilangan Rama. ©Copyright 2016.