16. Martabak

849 57 3
                                    


"Hah? Surabaya? Seminggu?." Alfian terkejut mendengar penjelasan Selly lewat telpon.

"Iya, Al. Seminggu aja kok. Orang tua aku juga udah izin ke pihak sekolah."

"Ta..tapi yang, kok mendadak banget bilangnya."

"Maaf, tadinya aku mau ngomong langsung di sekolah. Tapi kamu kan sibuk ngurusin osis."

Alfian membuang napasnya panjang. Cukup mengejutkan baginya, bahwa dirinya akan ditinggalkan kekasih pujaannya selama satu minggu.

"Al? Kok diem sih?." terdengar cukup panik dari sebrang sana. Karna Alfian memilih untuk diam.

"Ha..? Engga. Yaudah kamu hati-hati yah besok."

"Iyah, Al. Udah dong jangan bete kaya gitu, aku cuma ke surabaya seminggu, Al. Bukan selamanya."

Iya, seminggu. Seabad buat gue. Gumam Alfian.

"Kenapa, Al?."

"Engga, yaudah iyah gak bete lagi kok."

"AL! BUDEK AMAT SIH DI PANGGILIN! BUNDA MANGGIL LO DARI TADI!" teriak Rama yang tiba-tiba sudah ada di samping Al.

Alfian langsung menjauhkan ponsel dari telinga kirinya. Dan menatap Rama horor.

"Apaan, Ram?."

"Apaan ? Lo budek beneran ya, Al? Bunda manggil lo di bawah."

Alfian menakutkan alisnya.

"Yah bego kan! Bolot banget sih otak lo." Rama melempar guling ke arah Al.

"Iya iya nanti gue ke bawah."

"Pacaran mulu sih." Rama memutar bola matanya dengan kesal dan langsung pergi dari kamar Alfian.

"Bentar ya, Sel, aku di panggil Bunda." jelas Alfian pada Selly yang kembali berbicara lewat telpon.

"....."

"Hehehe iya sayang, yaudah bye."

Sementara Alfian masih menggalau dikamarnya, berbeda dengan Rama yang sudah duduk ganteng di samping Bundanya di ruang keluarga.

"Mana kakakmu?"

"Lagi pacaran, Bun."

"Kamu sendiri udah punya pacar?."

Rama mengerutkan dahinya di hadapan Bundanya. "Kenapa jadi Rama sih?"

"Loh, bunda kan cuma tanya. Bukannya gadis yang waktu itu main kesini bareng Al, itu pacar kamu kan?."

"Siapa?" Rama semakin bingung dengan omongan Bundanya.

"Itu loh, Dek, yang kerumah sama Al, bukannya kamu sempet ketemu sama dia?"

"Oh, Shila?"

"Shila yah? Bunda lupa namanya, pacar kamu kan?"

"Hah?? E...engg..i..iy... Gak tau ah, Bun."

"Bunda manggil, Al? Kenapa?." Al tiba-tiba langsung duduk di sofa yang berukuran satu orang.

Datang di waktu yang tepat lo, Al.

Last Kiss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang