Cuaca Bandung pagi ini cukup tidak bersahabat--mendung, dan gerimis sudah mulai berjatuhan. Berhubung sekarang hari senin, seluruh murid di 158 sepertinya akan bersorak gembira karena tidak akan melakukan kegiatan upacara.
Menyenangkan bukan?
Shila baru saja menginjakkan kakinya di koridor sekolah bersama Anggi. Iya, sejak bertemu dengan Shila dijalan malam itu, Anggi menceritakan bahwa dia akan sekolah di tempat yang sama dengan Shila. Sebab itu, keberangkatan Shilla kali ini ke sekolah itu karena Anggi yang menjemputnya.
"Hari pertama sekolah malah disambut ujan." kata Anggi sambil merapikan rambutnya yang sedikit terkena air hujan.
"SHILA!" teriak Dika. Laki-laki itu berteriak dari gerbang sekolah.
Astaga. Dari gerbang berteriak hingga koridor. Satu yang Dika punya seperti perempuan lain: lengkingan suaranya mirip seperti perempuan cerewet pada umumnya.
Shila yang memang di panggil--menoleh ke belakang untuk melihat Dika yang sudah hampir dekat dengannya. Tidak mau kalah, Anggi juga ikut menoleh--melihat Dika.
"Hehehe, baru dateng?." tanya Dika yang kini sudah sejajar dengan Shila dan Anggi. "Siapa tuh?"
"Hai, gue Anggi." Anggi tersenyum pada Dika--kenalan secara tidak langsung.
Dika membalas senyuman Anggi. "Gue Dika."
"Udah kan kenalannya? Gi, lo lurus aja yah, nanti belok kiri, disitu ruang kepseknya." kata Shila sambil menunjukkan arah. Anggi hanya mengangguk paham.
"Yaudah, gue sama Dika duluan yah, udah mau bel."
"Duluan yah, Gi." kata Dika.
Anggi tersenyum dan langsung menuju ruang kepsek. Sementara Shila dan Dika sudah jalan lebih dulu menuju kelasnya.
***
Entah kebetulan atau bagaimana, Anggi mendapat kelas yang sama dengan Shila dan Dika. Suatu kesenangan mungkin bagi mereka bertiga. Kini ketiganya sudah berada di kantin sekolah.
"Dik, lo yang mesen yah? Gue bakso aja deh sama es teh." kata Shila.
"Hmm, lo Gi?." tanya Dika.
"Samain aja deh."
Satu kali anggukan, Dika langsung pergi memesan makanan dan minuman. Shila yang dari tadi kebingungan karna melihat Anggi yang sepanjang jalan menuju kantin tadi masih senyum-senyum, langsung menyikut lengan gadis berambut panjang itu.
"Lo kenapa sih, Gi? Cacingan?." tanya Shila.
"Apaan sih, Cil. Gue lagi seneng tau." wajah Anggi langsung berseri-seri kaya bunga yang baru aja mekar.
"Oh gue tau, lo suka yah sama Dika?."
"WHAT?????? GAK LAH!"
"Bego! sakit kuping gue. Terus lo kenapa? Duh, Gi. Please yah, gue nggak mau punya temen gila."
"Apaan sih, nggak lah Cil. Jadi, tadi tuh---."
Anggi masih senyam-senyum sendiri. Dan itu membuat Shila mendengus kesal. Ini kalo bukan di sekolah mungkin si Anggi udah babak belur di hajar Shila, secara Shila jago bela diri.
Anggi masih diam membisu, membayangkan apa yang terjadi padanya hari ini.
Anggi berjalan mencari ruang kepala sekolah. Sialnya Ia tak sengaja menabrak orang yang dipikirannya adalah seniornya. Anggi menatap pria itu dengan mata yang berkejap berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Kiss [Completed]
Teen FictionKlasik. Berawal dari sebuah taruhan, dan berakhir dengan jatuh cinta. Serta ciuman terakhir yang membuat Shila kehilangan Rama. ©Copyright 2016.