14. ?

1K 54 0
                                    

Shila dan Anggi baru saja tiba di gerbang sekolah pukul 06.35. Hari ini tidak ada ekor kuda di rambut Shila. Rambutnya di gerai, poni depannya juga sangat rapi. Lucu deh pokoknya. Beda sama Anggi, rambut panjangnya kini di kepang sedikit, selebihnya dia gerai. Namanya juga Anggi, setiap hari rambutnya pasti ramai, nggak pernah sepi.

Angin sejuk pagi ini menyapu lembut rambut Shila hingga menutupi wajahnya. Kedua perempuan itu langsung menuju kelasnya. Sesekali Anggi menggoda Shila perihal Rama yang sejak kedatangan mereka berdua memperhatikan Shila.

Di sebrang sana--tepatnya di parkiran sekolah-- ada Rama yang sedaritadi memperhatikan Shila dari gerbang sekolah.

Sial, kenapa jadi cute gitu sih tuh anak.

Rama tersenyum simpul membayangkan penampilan Shila yang berbeda kali ini.

"Suka, Ram?"

Rama menoleh ke arah Oji yang lagi asik makan permen cupacup. "Nggak lah!"

"Yakin? Gue sih nggak yakin."

"Berisik lo! Reno sama Soleh mana?" Rama mengambil sebatang rokok dari saku belakang celananya kemudian mengeluarkan pemantik dari saku seragamnya.

"Yah dongo kan, malah ngalihin pembicaraan."

"Apaan sih, Ji. Gak suka gue sama Dia. Mau beda mau engga juga gak bakalan suka." Karna kesel Rama langsung meninggalkan Oji yang masih diparkiran. Dan membuang sebatang rokok yang belum di bakar sama sekali.

Sementara Shila dan Anggi yang masih jalan menuju kelasnya, mendadak di hadang oleh Melli dan kedua temannya. Kedua temannya itu namanya, Rina dan Sarah. Iya, si Anggi nyari tau nama temennya Melli sejak kejadian Melli ngelabrak Shila waktu itu.

"Ih cabe, minggir lo!" Anggi mencoba menerobos jalan yang di hadang Melli.

"Gue gak ada urusan sama lo, toa masjid." Melli menunjuk Anggi dengan tampang sok cantik.

Shila langsung menepis tangan Melli yang sedang menunjuk Anggi. "Urusan lo sama gue kan? Yaudah gak perlu pake nunjuk temen gue segala."

"Oh, lo mau jadi pahlawan?."

"Kaga lah, ngapain? Kalo pahlawan bangsa sih nanti gue pikirin lagi deh." kata Shila yang menarik Anggi dan meninggalkan Melli serta kedua cecunguknya.

Namun, dengan cekatan Melli menarik lengan Shila dan hampir membuat Shila tersungkur karna terlalu kuatnya Melli menarik lengan Shila.

"Jangan macem-macem deh sama Melli." kata Sarah.

"Yapppp. Terima akibatnya aja sekarang." kata Rani.

Anggi yang geram sama kedua cecunguknya Melli langsung ngejambak rambut Rani.

"Heh babu! Lo kalo ngomong jangan tengil. Mau mauan lo temenan sama cabe kering, dapet apaan lo? Cuma dijadiin pesuruh aja bangga! Cih!."

Sarah yang ngeliat itu langsung melerai memisahkan Rani dan Anggi. Sarah emang paling anti ribut-ribut dibanding Rani sama Melli. Tapi kalau sudah menyinyir Sarah lebih pedes dibanding Melli dan Rani.

Orang yang berlalu lalang cuma bisa memperhatikan, tanpa ingin melerai. Siapa yang mau misahin? Gak ada yang berani recokin Melli. Melli kan sebelas dua belas sama Rama.

"Heh bitch! Jaga sikap dong, kampungan banget sih jambak jambakkan segala. Alay tau gak!." Sarah menatap sinis Anggi.

"Idih gaya ngatain gue bitch, lo cabe kering. Yang kerempeng itu. Nah cocok tau, omongan lo aja pedes, keripik ma icih kalah. Sumpah."

Last Kiss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang