Sejak kejadian Shila yang dengan wajah datarnya bilang 'Lo mau nyakitin gue? Lebih baik gak usah, Ram', membuat Rama bungkam dan diam seribu bahasa saat di sekolah maupun di rumah. Entah kenapa, ada rasa yang rasanya seperti tergores saat mengingat ucapan Shila di kantin waktu itu. Rama yang biasanya menggoda Shila di sekolah, kini lebih memilih untuk menghindar dari Shila. Sudah hampir empat hari Rama menghindari Shila.
Rama juga tidak tau apa yang Ia rasakan saat ini. Rasanya tidak akan tega jika melihat wajah Shila. Melihatnya saja sudah membuat Rama di hantui rasa bersalah pada Shila. Rama yang menerima taruhan dari Oji untuk membuat jatuh hati padanya, sekarang malah dia yang dibuat bingung dengan dirinya sendiri. Bukankah ini hal yang bagus untuknya? Jika Shila berhasil di taklukan dan di permainkan. Bukankah itu tujuan dari taruhannya dengan Oji?
Rama yang sekarang lebih banyak diam, tidak seperti biasanya.
Gue udah nyakitin lo, Cil. Gue jadiin lo taruhan.
Rama masih tidak percaya bahwa dia bisa kalut seperti sekarang. Sungguh, ini bukan dirinya.
"ALFA RAMADHAN PUTRA!." teriak Pak Jo yang membuyarkan lamunan Rama.
"E...engg kenapa, Pak?."
"Kenapa kamu bilang!? Daritadi saya memanggil kamu untuk mengerjakan soal nomor 5 di depan!' Pak Jo memberi tatapan membunuh kepada Rama.
"Gak bisa, Pak."
"Keluar dari kelas saya!."
"Bapak demen banget nyuruh saya keluar sih? nggak aus apa?." Rama beranjak dari kursinya yang paling pojok dengan malas.
"Kamu contoh kembaran kamu, Alfian. Dia tidak pernah berbuat ulah seperti kamu!."
"Ya jelas beda lah, dia ya dia. Saya ya saya, Pak."
"Sudah sana kamu keluar."
"Hmm."
Tanpa basa basi lagi, Rama langsung keluar dari kelasnya . Sementara ketiga temannya, Reno, Soleh dan Oji saling tukar pandangan. Beda dengan Alfian yang masih fokus ke pelajaran.
"Al, kembaran lo deket sama anak IPA3 ya?." tanya Vino, teman sebangku Alfian.
"Kayanya sih, kenapa emang?."
"Kaga, kemaren gue sempet liat tuh cewek lagi adu bacot sama Melli."
"Serius lo? Dimana?."
Vino mengangguk dengan cepat. "Taman. Udah sepi sekolahan, gue abis dari toilet. Lo tau gak? Si Melli hampir nampol tuh cewek."
Alfian kaget mendengar ucapan Vino. "Vin lo jangan becanda."
Vino berdecak sebal. "Gue serius, Al. Lo tanya deh, lo juga deket kan sama itu anak."
***
C
ewek itu berjalan seorang diri melewati lorong sekolah yang cukup sepi. Hatinya juga merasakan dag dig dug ketika melewati lorong itu. Dika dan Anggi yang sebelumnya diajak oleh Shila untuk menemaninya ke perpus, menolak dengan alasan yang tidak jelas. Jadi, mau tidak mau Shila harus ke perpus seorang diri. Tiba di perpus Shila langsung mencari buku Kimia untuk bahan tugasnya dari Bu Pelangi. Setiap rak buku dicarinya dengan teliti.
"Kok nggak ada sih bukunya." Shila berdecak kesal karena hampir setiap rak buku tidak ada buku yang dia cari. Akhirnya gadis itu menghampiri penjaga perpus untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Kiss [Completed]
Teen FictionKlasik. Berawal dari sebuah taruhan, dan berakhir dengan jatuh cinta. Serta ciuman terakhir yang membuat Shila kehilangan Rama. ©Copyright 2016.