Chapter 6 - Hand

6K 570 89
                                    

Anna POV

Jam 7.30 malam. Kami di suruh berkumpul di basecamp. Wardrobe malam itu santai dan bebas.

Dinner time, finally!

Perut udah ngeronta-ronta dari tadi. Kami makan bersama para senior. Menu hari itu cuman nasi padang bungkus. Lumayan buat ngganjel perut. Setelah berdoa, kami makan dengan cepat. Eliza makan dengan perlahan, dia akhirnya ga pucat seperti sebelumnya. Thank God!

Setelah makan, jam 8.30, kami di minta berkumpul. Time for jurit malam! (Uji nyali malam-malam guys) Gulp!

Rute yang harus di lewati tentu aja memutari 3 gedung. Duhh. Seketika semua anak cewek mukanya horror, seperti Mak Lampir, kecuali aku. I like horror movies.

Satu per satu pasangan memulai jurit malam. Tentu saja ada tantangan atau misi yang harus di selesaikan, dan misinya berbeda untuk tiap-tiap pasangan. Misi kami (aku dan Eliza) adalah menaruh bendera yang ada di peta yang telah di tandai. Petanya pun ga jelas, udah malem. Siapa yang buat peta wooy, ngaku!

Kami ada di nomer urut 4, untung ga nomer 1 atau terakhir. Terimakasih ya Tuhan. Jarak tiap-tiap pasangan memulai misinya 5 menit, dan akhirnya tiba giliran kami. Woles, woles!

"Elz, ga usah takut, pegang tanganku or bajuku okay?", aku berkata pada Eliza yang rohnya sudah siap meninggalkan badannya. Dia cuma mengangguk.

Kami pun mulai berjalan bergandengan tangan ke gedung 1. Malam itu, kami cuma di bekali 1 senter dan membawa bendera untuk di letakkan pada tempatnya. Ga keliatan apa-apa sumpah. Dan di tambah ada jeritan di kejauhan. Grrr.

Memasuki area gedung 2, yang katanya agak syerem di banding gedung 3 tambah melengkapi malam itu. Eliza sekarang memegang lenganku erat. Kadang menutup matanya dengan satu tangan.

HUWAAAAA.

Eliza tiba-tiba menjerit dan memelukku.

"Ada apa Elz?", aku bertanya ikut deg-deg an.

"I... Itu ada putih-putih di balik semak-semak Anna", Eliza menunjuk sambil menenggelamkan wajahnya di dadaku. Nafasnya seperti habis berlari ratusan kilometer.

Aku menoleh ke arah yang dia tunjuk. Benar saja ada boneka manusia putih yang sengaja di taruh di situ. Dasar senior kurang kerjaan!

"Gapapa, itu cuma boneka Elz, yukk duduk dulu di sana biar kamu tenang", aku menunjuk bangku terdekat.

Aku menggandeng tangannya menjauh dari boneka itu. Eliza ku suruh duduk di bangku, aku di depannya jongkok sambil tersenyum kepadanya.

"It's okay to be afraid, look at me, aku di sini jagain kamu, jadi ga usah takut", aku menenanginya dan menggenggam kedua tangannya sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipiku.

"Now breathe, slowly"

Eliza lalu menatapku, dia mulai bernafas dengan teratur dan mulai tersenyum juga.

"Gitu donk, kalau kamu tersenyum, aku juga ikut tersenyum, you're cute you know", aku lalu mengusap-usap kepalanya dengan lembut. Mana rambutnya halus banget, hmm.

"Kamu juga, more cute than me", jawab Eliza akhirnya sambil malu-malu.

"Hehehe, makasih, yukk lanjut lagi, ni kayaknya tempat yang di beri tanda ada di sekitar sini", aku membaca peta itu lagi.

Roses and Butterflies (On Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang