Chapter 13 Part 1

3.2K 159 4
                                    

"Aku pula—"

PRRANGG!!

Belum juga kaki mendarat dan sapaan yang pelan itu siap dilakukan, suara barang pecah yang sangat keras mengisi seluruh rumah ini menghentikannya. Ia menghela napas panjang. Sepertinya akan dimulai lagi.

"Makanan apa-apaan ini? Kenapa sayur semua? Kalian anggap aku ini sapi apa?!" Suara barang pecah–piring–terdengar lagi untuk ke sekian kalinya. Makanan-makanan mewah yang tersusun rapi tadinya di atas meja putih tersebut telah melayang cepat dan hancur berantakan. Pelayan-pelayan yang bersiap langsung segera membereskan pecahan-pecahan dengan wajah yang resah juga takut, sedangkan koki-koki hanya berdiri dan memandangi orang yang kalang kabut itu dengan risau.

"Tapi, Tuan, bukankah Tuan sudah berpesan kalau setiap hari Jumat dan Sabtu menunya vegetarian? Hari ini kan hari J—"

"Diam! Sejak kapan aku pernah berpesan seperti itu? Apa kalian sengaja ini mengejekku memberikan makanan seperti ini?!" Ungkapnya dengan wajah yang penuh murka pria itu berdiri dari tempat duduknya dan menunjuk bekas makanan yang telah ia campakkan itu.

Wajah para koki semakin tertekan. "Bu, bukan begitu, Tuan. Kami h—"

"Apa yang mereka ucapkan benar, Papa."

Mendengar adanya suara yang baru, seluruh pandangan mata menuju ke arah datangnya suara. Dapat terlihat nona muda mereka, Sylva, yang sedang berdiri didampingi oleh sopir pribadinya, Kei, terlihat sangat serius menatap Ayahnya, Rion. Sebaliknya, Rion menatap putrinya balik dengan tatapan yang sangat menusuk.

"Apa?" gumamnya kemudian.

Sylva berjalan mendekati Rion. "Mereka mengatakan yang sebenarnya, Papa," ulangnya dengan suara yang lebih datar. "Itu adalah pesan Papa yang sudah Papa jalani selama 3 bulan, dan Papa melupakannya semudah itu?"

Rion menggigit bibirnya. "Apa maksudmu, Sylva? Apa kau ingin melawan Papamu? Aku tidak pernah berpesan seperti i—"

PLAAKK!!

Tidak hanya Rion, bahkan semua orang yang berada di dalam ruangan itu seluruhnya membelalakkan mata mereka masing-masing. Semuanya terkejut karena Nona muda mereka telah menggunakan tangannya yang kecil itu memukul wajah sang Tuan. Rion yang sempat membeku itu pun mengalihkan pandangannya kembali ke anaknya dengan ganas.

"Kau menamparku? Sejak kapan kau menjadi anak kurang ajar seperti ini, hah?! Bahkan Ibumu sekali pun tidak berani selancang ini menamparku!!"

"Sadar, Papa!!" Tangan Rion yang baru saja melayang ingin membalas pukulannya itu langsung ia tepis dengan mudahnya. Sylva yang sedang serius ternyata tidak mampu membedakan lagi yang mana sopan dan yang mana tegas, asal sesuai saja dengan benaknya. Dan sekarang, meski Ayahnya sendiri yang berdiri di hadapannya, ia juga tidak peduli. Ia sudah terlanjur dikesalin olehnya. "Kenapa kau jadi seperti ini? Kembalilah jadi Papa yang dulu!"

Rion tersentak. Padahal ia sangat ingin balas memukul juga membentaki putrinya, namun anehnya yang ada malahan mendadak otaknya kosong, tidak tahu harus berkata apa untuk membalasnya. "A, apa?" Hanya gumaman rendah itu yang bisa keluar dari bibirnya.

Tatapan Sylva makin tajam. "Berhenti bertingkah manja seperti ini, Papa! Hanya karena tante Elizia menolak Papa, dan Papa akan menjadi orang rendah seperti ini? Memangnya Papa nggak pernah putus cinta? Atau jangan-jangan ini pertama kalinya ditolak?" Sylva memijit pelipisnya sekilas. "Please deh, Pa. Kalaupun begitu, bukan hanya Papa sendiri yang ditolak, aku juga! Aku saja bisa bangkit tapi Papa nggak? Tolonglah bersifat lebih dewasa, aku malu kalau Papa seperti ini!"

Setelah bentakannya yang panjang lebar dan juga pertama kalinya kepada Papa tersayangnya, dengan mata yang berkaca-kaca Sylva pun tidak menghiraukan seluruh pandangan mata yang sungguh syok kepadanya dan melangkah dengan lebar keluar rumahnya.

Rage in Cage (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang