Chapter 12 Part 2

3.1K 180 4
                                    

"Ayo jujur padaku."

Tio yang baru saja ingin makan es cendol kesukaannya pun berhenti gara-gara mendengar suara tersebut. Tidak hanya begitu, sosoknya yang memaksa itu lagi-lagi berdiri di hadapannya dengan tatapan yang tajam dan membunuh ke wajah Tio yang lesu dan pasrah. Dengan sangat berat hati Tio meletakkan sendoknya kembali dan menatapnya setelah menghela napas panjang. "Aku tidak bohong. Aku beneran tidak ta—"

"Kau bisa menipu semuanya, tapi kau tidak akan bisa menipuku! Di mana Raven?!"

Oleh karena suara yang begitu keras juga bantingan yang begitu kuat ke meja, orang-orang yang sedang duduk di sekitar kantin ini langsung terdiam dan membisu, lantas semua pandangan menatap langsung ke arahnya yang menarik perhatian ini, Sylva. Tapi tak ingin peduli, Sylva yang sedang kesal ini menganggap semua pandangan hanyalah angin dan tetap menatap Tio dengan tajam bagai pedang. Bedanya, Tio yang merasa kurang sreq ditatap oleh orang sebanyak itu, tanpa ingin peduli lagi meskipun itu es cendol kesukaannya, ia buru-buru menarik Sylva menghindar dari seluruh tatapan.

"Kau mau menarikku ke mana? Kita belum selesai bicara, Tio!" seru Sylva yang merasa keberatan ditarik paksa seperti itu tanpa pemberitahuan. Tio langsung berhenti seketika itu setelah mendengar seruannya, lantas ia pun berbalik dan menatapnya sembari menempelkan kedua jemarinya lurus.

"Aku mohon, Sylva, percayalah padaku. Mau kau tanya berapa kali pun aku tetap tidak tahu di mana Raven sekarang!"

"Bohong!" Sylva kembali menatapnya dengan tajam dan penuh selidik. Ia tidak pernah ragu dengan nalurinya yang mengatakan Tio mengetahui persis di mana Raven berada sekarang. Ya, dia tidak pernah ragu! "Aku tahu Raven yang memintamu untuk merahasiakan keberadaannya, 'kan? Aku sudah mengenalnya sejak kecil dan kau tidak bisa mengelabuiku! Ayo, katakan padaku di mana Raven sekarang?"

Untuk sejenak Tio membelalak matanya kaget namun ia buru-buru menutupinya dengan memalingkan wajahnya. Ia salut kepada Sylva yang bisa mengetahui hal itu begitu jelas, tapi bagaimanapun juga sebagai sahabat tersetia, Tio tidak akan pernah mengkhianati sahabatnya walaupun yang dihadapi adalah orang yang disukainya sekalipun.

"Sekarang begini. Dia sempat datang mencariku dan menginap di rumahku, tapi begitu keesokan harinya, ia sudah pergi dengan sendirinya tanpa mengucap salam. Jadi kesimpulannya, aku tidak tahu lagi di mana dia sekarang."

Sylva terdiam. Meski ia tidak ingin mempercayainya, tapi dengan terpaksa ia harus percaya karena di mata juga raut Tio tidak terlihat olehnya kalau ia sedang bercanda. Dengan susah payah, Sylva memutuskan untuk mendengus dengan lesu. Harapan satu-satunya untuk menemui Raven sudah menghilang.

"Jadi kau percaya padaku sekarang?"

Kepala yang sempat tertunduk itu diangkat kembali menatap wajah Tio lalu tersenyum kecil sambil mengangguk pelan. "Maaf aku sudah mempersulitmu. Kalau ada kabar tentang Raven, tolong beritahu aku," pesan Sylva pelan setelah itu lalu beranjak pergi. Di saat ia sudah berlalu, Tio pun menghembuskan napasnya dengan lega.

"Untunglah dia percaya padaku," gumamnya. "Raven sialan, aku sungguh cemburu padamu!" lanjutnya berseru kesal dengan sendirinya lalu beranjak pergi juga kembali ke kantin. Es cendol sedang menunggunya.

Tio merasa ia sangat beruntung juga hebat karena bualannya berhasil menipu Sylva yang selalu penuh curiga terhadap apapun. Namun ia tidak pernah menyadari kalau apa yang ia ucapkan itu telah menjadi kenyataan. Ia tetap masih belum sadar meski siang itu telah tiba.

Setelah seharian kebosanan di dalam kelas itu, pelajaran di sekolah mereka akhirnya usai juga dan sudah saatnya bagi Tio untuk pulang menikmati tidur siangnya atau setidaknya bercerita-cerita dengan sahabatnya. Ia menguap lebar seraya berjalan keluar gerbang sekolah.

Rage in Cage (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang