Chapter 22 Part 2

2.2K 110 15
                                    

"Anda terlihat sangat cantik, Nona!"

Mendengar pujiannya, Sylva tersenyum kecil lalu mematut dirinya ke cermin di hadapannya. Rambutnya yang biasa tidak beraturan itu disisir rapi, membiarkan bagian yang panjang, rambut bagian pendeknya diikat tinggi dan disemat aksesoris bunga yang amat besar berwarna cream, senada dengan gaun halus selututnya yang berhiasan manik-manik putih di bagian tali lengan yang hanya ada satu di sebelah kiri. Selain itu ia juga mengenakan beberapa aksesoris tambahan seperti kalung, gelang dan anting-anting mutiara kecil setelah merias wajahnya dengan dandanan yang tipis. Ia dibantu oleh salah satu pelayan wanita dan riasannya pun terlihat lebih istimewa untuk hari ini.

Ya, hari ini. Hari pertunangannya.

Setelah pertemuan hari itu, Raven seperti menghilang begitu saja ditelan bumi. Ia tidak berhasil ditemukan di mana pun, bahkan di rumahnya pun Sylva tidak berhasil menemukannya. Ia selalu pergi pagi sebelum Sylva, dan pulang malam sesudah Sylva. Ia bahkan tidak pulang-pulang saat Sylva ngotot menungguinya hingga pagi. Raven jelas-jelas menghindarinya, jelas-jelas tidak akan menolongnya. Sylva tersenyum samar.

Ia masih punya satu cara, cara paling terakhir.

"Sudah saatnya, Nona."

Sylva mengalihkan pandangannya ke pintu yang terbuka. Ia bisa melihat Kei dengan busana rapi seperti biasa berdiri di sana, mempersilakan Nona mudanya untuk hadir segera. Tanpa tersenyum sapa-menyapa, dengan dingin Sylva pun berdiri dari meja riasnya dan keluar menuju ruang acara, dituntun lembut oleh sopir pribadinya.

Lokasi acara, Gazebo. Di bawah langit berbintang, banyak pasangan hara-hiri hampir di seluruh tempat. Taman yang biasa dirawat dengan sepenuh hati oleh tukang kebun tiba saatnya bermanfaat dan tampak cemerlang dengan warna-warni beraneka ragam tanaman. Koki-koki andalan dari restoran-restoran terkenal dipanggil secara khusus untuk membuat masakan yang tiada tanding kemewahannya, dan tentu juga kelezatan mendunia. Seluruh wajah tampak cemerlang mengikuti suasana, pakaian pun mengkilap-kilap dari ujung ke ujung. Bahkan sebelum acara dimulai, seluruh bagian dari tempat ini sudah meriah dengan sendirinya.

Tak ingin kalah, salah satu dari tokoh utama acara ini, Jackson, pun melibatkan diri dengan pejabat-pejabat tinggi, mendiskusikan pekerjaan mereka dengan serius, dibubuhi dengan candaan sedikit. Secara keseluruhan, para tamu menyibukkan diri dengan menyerukan suasana tapi keadaan langsung berubah ketika tokoh utama yang satu lagi hadir.

Taman menjadi sunyi. Seluruh orang yang sibuk makan ataupun berbincang langsung berhenti bergerak, berganti terpaku pada tokoh utama tersebut. Seluruh kilau yang ada semulanya benar-benar tiada banding dengan kilauan yang satu ini. Meski dandanannya cukup sederhana, entah kenapa sosok dan hawa tuan putri ini telah menyita seluruh perhatian. Sylva, sang tokoh utama acara pertunangan ini telah tiba.

Masih dengan tangan yang dituntun oleh sang sopir tuanya, Sylva melangkah dengan anggun menuju gazebo. Gazebo putih yang klasik pada hari-hari biasanya pun tampak indah kali ini dengan hiasan bunga berdaun sulur dan pita-pita besar. Tamu-tamu yang sempat berdiri di karpet merah pun dengan sendirinya menyingkir memberi jalan, dengan mata yang masih tetap terpaku pada keelokan Sylva.

Di gazebo sana, sudah dapat terlihat oleh Sylva, sosok Ayahnya yang memakai jas hitam tersenyum lebar kepadanya, begitu juga dengan sosok Jackson, dengan mengenakan tuxedo cream senada dengan Sylva, tersenyum lebar. Sylva membuang muka waktu bertatapan dengannya. Memuakkan.

Sampai di hadapan pasangannya, tangan Sylva pun diserahkan kepada Jackson. Tangan yang kecil itu disambut dengan kecupan manis, menarik tamu untuk bertepuk tangan melihat kemesraan mereka. Kalau saja di sekitarnya sekarang tidak ada orang, ingin rasanya Sylva menendang wajahnya telak. Sayang sekali ia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali diam dan menurut.

Rage in Cage (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang