"Pokoknya hanya berdua saja untuk kali ini!"
Raven menelan ludah. Sylva, dengan kedua tangan yang menaut erat kedua tangan Raven dan wajah yang begitu dekat dengannya–membuat ekspresi yang manyun dan melotot–memohon dengan sangat kepada Raven.
Katanya, besok salah satu tantenya akan secara resmi membuka toko butik pribadinya. Dan sekarang, di antara keramaian ini, Sylva mengajak Raven untuk berpartisipasi ke acara pembukaan tersebut sebagai pasangannya, dengan teriakan yang begitu menarik banyak pandangan di sekitar mereka. Raven hanya menghela napas setelah terbebas dari perasaan terkejutnya. Ternyata Sylva masih ngambek soal taman hiburan tempo hari itu.
"Tolong, Va, suaranya pelanin sedikit. Banyak orang yang sedang melihat kita nih," bisik Raven pelan kepada Sylva, merasa risih juga malu menjadi pusat perhatian murid-murid lainnya di kantin, bahkan ada yang cekikikan lagi. Tidak lucu ini.
"Aku tidak peduli, pokoknya hanya kita berdua saja, Ven, jangan ajak orang lain lagi tanpa sepengetahuanku. Tidak boleh!" seru Sylva bersikeras masih dengan suara yang lumayan keras seraya dengan cengkraman yang lebih kuat. Sebelum cengengesan menjadi tawa, Raven buru-buru menariknya pergi ke tempat yang lebih sepi. Ia lekas memeluknya erat sebelum Sylva ngambek lagi.
"Iya, iya, kali ini hanya berdua kok. Aku tidak akan mengajak orang lain lagi. Maafkan aku untuk yang hari itu," ucapnya lirih lalu mengecup kening Sylva dengan lembut. Untuk meredakan amarah Sylva, Raven tahu caranya bagaimana dan itu adalah kecupan. Buktinya, Sylva yang cemberutan sejak tadi pun tersenyum juga akhirnya.
"Kamu harus janji ya, Raven. Awas kalau kamu melanggarnya lagi," sahutnya mencoba tegas. Ia bisa melihat Raven mengangguk setelahnya.
"Baiklah, tuan putri. Waktu itu aku merasa banyak orang akan lebih menarik. Maaf kalau itu salah," ulangnya lagi dengan pelan. Ia kembali mengecup sebelah pipi kiri Sylva dengan lembut. Senyuman di wajah Sylva semakin cerah.
Kata siapa Raven tidak mencintainya? Raven justru sangat mencintainya sampai tidak berhenti mengecup-ngecupinya. Sylva yakin ucapan Tio itu salah.
"Ok, aku terima permintaan maafmu," ucap Sylva masih dengan nada yang sedikit ketus lalu menarik hidung Raven ringan. Ia selalu melakukannya ketika ia merasa ingin menjahili Raven. Ini sangat menyenangkan. "Baiklah, aku akan pergi dulu. Ingat ya, besok jam 2. Jangan telat!" pesannya singkat lalu beranjak pergilah dia ke perpustakaan. Sudah merupakan makanan sehari-harinya untuk pergi ke perpustakaan di istirahat kedua, yang jarang Raven temani karena baginya lumayan membosankan. Maka setelah kepergiannya, Raven pun memutuskan untuk kembali lagi ke kantin. Baksonya masih belum habis tuh, moga-moga belum dibuang.
"Raven."
Raven berhenti berjalan, bukan oleh tarikan, tepukan, sapaan ataupun seruan. Melainkan panggilan yang terdengar begitu dingin dan sinis. Raven menoleh ke belakang pundaknya. Tio.
"Ada apa?" sahutnya pelan. Sungguh aneh sahabatnya yang kian ramah dan bawel itu tiba-tiba serius begitu tanpa sebab. .... Tidak. Ada sebab. Dan sebabnya lain tidak lain adalah Sylva.
"Bisakah kau berhenti?" Tio menatap Raven tajam melalui sudut matanya. "Bisakah kau berhenti mempermainkan Sylva?" lanjutnya. Tuh, betul 'kan dugaannya?
Biasa, begitu masuk ke topik yang tidak begitu disukainya, Raven akan mendengus seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Sepertinya mustahil."
Kerutan di kening Tio bertambah dalam. "Kenapa mustahil? Apa kau bermaksud untuk terus mempermainkannya seumur hidup?"
"Lalu? Apa yang harus kulakukan?" Kali ini Raven juga ikut-ikutan mengerutkan kening, merasa bingung. "Bukankah aku sudah pernah mengatakannya padamu kalau ini pilihanku satu-satunya? Ya, mungkin tidak akan selamanya kalau saja aku jatuh hati padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rage in Cage (Complete)
Misteri / Thriller(Belum Revisi) Pernahkah merasakan amarah dan dendam yang kian mendalam namun tidak mampu diutarakan dan hanya bisa disimpan dengan erat? Itulah yang dirasakan oleh Elizia, sang ibu muda berumur 30 tahun dan sudah memiliki anak berusia 18 tahun bern...