Part 11

44.5K 2K 37
                                    

Chelsea POV

Tolong katakan, apa yang tadi gue lihat itu semuanya cuma mimpi. Please. Boy gak mungkin kayak gitu.

Gue menghempaskan tubuh gue ke kasur. Gue menangis semalaman dan akhirnya gue terlelap.

"Chelsea! Bangun!" teriak seorang cowok dengan suara baritonnya yang tak lain dan tak bukan adalah abang gue.

Gue mengumpulkan niat untuk bangun selama 5 menit. Setelah itu, gue berjalan ke arah kaca. Shit. Mata gue bengkak.

Gue meringis kesal. Tingkat kecantikan gue pasti kurang 45% dan itu semua karena Boy.

B o y.

Hell! Gue gak mau pikirin dia untuk saat ini. Dia cuma orang asing yang beruntung bisa buat gue jatuh cinta. Ya, orang asing.

Gue berjalan ke kamar mandi. Gue menghabiskan waktu di kamar mandi selama 25 menit. Gak lama, kok. Setelah itu, gue siap dengan seragam, tas, hp, charger, earphone, dan oh ya, kacamata hitam buat mata gue.

"Pagi ma, pa, bang." ucap gue menyapa keluarga tercinta gue. Huek.

"Tumben pake kacamata hitam, sok gaul lo." ledek abang gue.

"Au ah, gelap." ucap gue malas.

"Ya, iyalah gelap, orang lo pake kacamata hitam." ledek abang gue, lagi.

"Udah, udah! Chandra, kamu jangan godain adik kamu mulu. Mending kalian makan gih, mama udah capek-capek masak." ucap mama.

Gue langsung mengambil nasi goreng se-sedikit mungkin karena gue gak nafsu makan. Setelah makan, gue langsung mengambil kunci mobil dan caw ke sekolah.

If you know, gue terlambat. Dan gue terlambat sama Boy.

B
O
Y
.

Kenapa harus Boy lagi? Kenapa gak siapa, gitu. Males banget tengok mukanya, apalagi setiap gue tengok muka dia, mengingatkan gue kejadian semalam.

"Kalian berdua! Gak capek ya, terlambat-terlambat terus? Kemarin udah, masa sekarang iya lagi! Gak kapok-kapoknya ya, kalian!" teriak pak Irawan.

"Maaf, pak. Tadi macet, pak." bela gue.

"Gak ada tapi-tapian!" bantah pak Irawan.

"Pak, hari ini saya ada ulangan Matematika loh, pak. Masa bapak tega sih, hukum saya?" bela Boy.

"Saya gak mau dengar alasan. Sekarang kalian bersihkan halaman sekolah! SEKARANG!!" teriak pak Irawan yang membuat gue dan Boy langsung berlari ke lapangan.

"Hosh hosh hosh.. Chels, lo kenapa sih, daritadi diam-diam mulu?" ucap Boy memulai pembicaraan.

"Tanyakan pada peta." ucap gue meninggalkan Boy dan mengambil sapu untuk membersihkan daun-daun di lapangan.

"Eh, kok lo jadi jutek banget, sih? Gue ada salah, ya?" tanya Boy.

"Tanyakan pada peta." jawab gue lagi.

"Chelsea! Ih, Chelsea mah gitu. Boy nanti ngambek, nih." ucap Boy manja.

Jujur, sebenarnya gue udah mau ketawa tengok muka Boy. Cuman, ingat kejadian semalam bikin gak niat ketawa.

"Gak usah sok imut. Lo jauh-jauh dari gue. Gue gak mau ketemu lo lagi!" ucap gue kesal.

"Lo tuh kenapa sih, Chels? Bilang dong kalau gue ada salah." ucap Boy.

Karena gue orangnya gak suka mendam-mendam rasa kesal, jadi gue langsung to the point aja kali, ya? Gue juga kepo alasan dia kayak gitu semalam.

From A Little DrinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang