Part 22

27.8K 1.4K 9
                                    

Boy POV

Gue amnesia? Gue gak salah dengar? Pasti Jack bohong.

Gue lihat Chelsea langsung narik tangan Jack dan mereka keluar.

"Gue beneran amnesia?" tanya gue ragu.

"Iya lo amnesia. Dan perlu lo tau, Chelsea itu pacar lo." jawab Alex.

"Tapi Amanda?" Gue mencoba mengingat semuanya, tetapi kepala gue sakit.

"Amanda mantan lo." jawab Alex.

"Argh!!" gue meringis sakit.

"Gak usah dipikirin, nanti lo gak pulih-pulih." ucap Nash.

"Gue mau tunangan ya sama Amanda?" tanya gue.

Tiba-tiba mereka masuk, gue pastiin kalau Chelsea dengar omongan gue. Sorry, Chels, kalau lo emang pacar gue.

"Iya, kalian tunangan setelah lulus SMA. Longlast ya." ucapnya tersenyum miris.

"Thanks." ucap gue.

Setiap gue melihat Chelsea tersenyum seperti itu, hati gue menjadi sesak. Gue gak tau apa yang gue rasain.

"Gue pulang dulu ya, ada urusan kecil." ucap Chelsea mengambil tas dan beberapa buku pelajaran yang dia pakai untuk belajar selama dia nemanin gue di sini.

Saat dia berjalan ke luar pintu, gue merasa kehilangan, tapi gue gak ingat apa-apa tentang dia.

"Gimana perasaan lo?" tanya Jack tiba-tiba.

"Perasaan gimana?" ucap gue bingung.

"Gue tau lo pasti ngerasa kehilangan pas Chelsea keluar." ucap Jack tepat sasaran.

"Iya, tapi gue gak ingat sama sekali tentang dia. Pas gue mau ingat dia, kepala gue sakit." ucap gue.

"Oh ya, lo udah boleh pulang. 2 minggu lagi kita Ujian Nasional. Dan lo bakal tunangan sama Amanda." ucap Alex dengan wajah datar.

"Kalau emang Chelsea itu pacar gue, gue gak bakal mau tunangan sama Amanda. Gue bakal berusaha ingat Chelsea." ucap gue.

Mereka membawa barang-barang gue dan mengantar gue pulang ke apartment.

"Loh, kok ke apartment?" tanya gue bingung.

"Masuk aja dulu, nanti kami ceritain ke lo." ucap Aaron.

Gue dan mereka berempat masuk ke apartment dan duduk di sofa. Mereka menceritakan se-detail mungkin apa yang terjadi, tapi nihil. Gue tetap gak bisa ingat Chelsea.

"Kami balik ya, Boy. Gue sama Nash mau urus pindahan rumah." ucap Jack.

"Kalian pindah rumah?" tanya gue, Aaron, dan Alex barengan.

"Iya, di sebelah rumah sahabat bonyok gue dulu." jawab Nash.

"Kami balik duluan ya!" teriak Nash.

Gue hanya mengangguk. Sekarang sisa gue, Alex, dan Aaron.

"Bro, kami balik ya? Lo bisa kan sendiri di sini?" tanya Alex memecah keheningan.

"Santai aja kali," ucap gue terkekeh pelan.

"Kami balik dulu ya!" teriak Aaron memukul pundak gue.

"Yoi!" ucap gue mengangkat tangan.

Gue berjalan ke arah kamar. Rencananya mau baring bentar, eh, malah ketiduran.

Gue terbangun jam 5 karena ada yang telpon gue jam segitu, kalian tau dia siapa? Salah sambung! Gila banget ya, tuh orang. Udah bangunin orang pagi-pagi gini, eh, malah salah sambung.

Gue membuka hp gue yang masih selamat. Gue juga bingung kenapa nih hp masih bisa hidup padahal gue udah babak belur kayak gini.

Gue membuka aplikasi LINE. Ada chat gue sama Chelsea. Gue scroll dari bawah ke atas dan membaca ulang semua pesan gue sama Chelsea. Dan benar, Chelsea itu pacar gue, tapi gue gak ingat tanggal berapa kami jadian.

***

Tring...

Bel tercinta pun bunyi. Gue gak mau dekat-dekat dulu sama Chelsea. Kenapa? Karena gue mau berusaha untuk ingat semua tentang dia dan setelah gue ingat semuanya, gue bakal kasih surprise ke dia.

Dari tempat duduk gue, gue bisa lihat geng Chelsea. Ada rasa rindu yang gue rasain pas gue tengok muka dia, tapi gue tau bukan sekarang saatnya. Gue harus urus pertunangan gue sama Amanda dulu.

***

Gue melajukan mobil gue ke apartment. Lah? Kok ada bokap di sini? Tunggu, ada anak seumuran gue dan mama tiri gue.

"Ngapain anda ke sini?" tanya gue dingin.

"Kami mau masuk. Apakah kamu tidak punya sopan santun?" tanyanya angkuh.

"Silahkan." Gue membuka pintu apartment kemudian mereka masuk.

"2 minggu lagi kamu akan bertunangan dengan Amanda." ucapnya.

"Amanda Cyros Howel, pa?" tanya anak lelaki itu. Oh ya, namanya Lucas. Kemarin Aaron udah cerita dan sepertinya gue pernah lihat dia.

"Iya." jawab Kevin.

"Saya tidak mau bertunangan dengan dia." ucap gue.

"Mau tidak mau kamu harus. Kalau kami tidak mau, Chelsea tidak akan selamat." ucapnya dengan nada sinis.

"Jangan sekali-sekali anda melukai orang yang saya sayangi, cukup sekali. Saya tau anda-lah yang menyuruh dokter gadungan untuk membunuh ibu saya. Saya juga tau bahwa anda hanya ingin merebut harta ibu saya! Brengsek!" ucap gue dengan emosi mengebu-gebu.

Gue udah cukup sabar selama ini menyimpan rahasia ini.

"Darimana kamu tau?" ucapnya dengan wajah shock.

"Anda tidak perlu tau saya tau darimana. Lebih baik anda keluar dan jangan ikut campur urusan saya lagi." ucap gue dengan emosi.

Muka mama tiri dan adik tiri gue tampak shock mendengar kata-kata itu. Papa? Dia hanya terdiam layaknya orang yang ketahuan mencuri. Mereka keluar dan gue hanya terdiam mengepalkan tangan.

Gue menonjok apapun yang ada di depan gue. Dan tiba-tiba ada yang jatuh menimpa kepala gue. Semuanya gelap, tapi gue dapat merasakan tubuh gue melayang.

OKE, SORRY UNTUK PART INI YANG RADA GAK JELAS.

VOTE AND COMMENT!!

From A Little DrinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang