Part 23

2.2K 146 2
                                    

Pangeran Richard dan putri Courtney sekarang telah berada disebuah kamar.

"Kenapa kau membawa ku ketempat ini?" Tanya putri Courtney bingung.

"Kamar ini adalah kamar yang bahkan belum bisa dimiliki oleh pemiliknya."

"Apa yang sebenarnya Ingin kau katakan pangeran?"

"Kamar ini milik putri Taliska. Tapi belum sempat kamar ini ditempati olehnya, dia sudah lebih dulu meninggal. Kemudian kamar ini menjadi milik putri Taniya. Tapi sama seperti pemilik sebelumnya, putri Taniya juga belum sempat menempatinya. Putri Taliska dan putri Taniya merupakan dua orang yang sangat aku sayangi. Tapi aku bahkan belum sempat untuk memberikan kasih sayang ku kepada mereka berdua. Alasan dibalik kematian dua adikku itu, apa kau mengetahuinya?"

"A..apa maksudmu pangeran?"

"Jawab aku! Apa kau mengetahuinya?" Bentak pengeran Richard sembari memegang erat bahu putri Courtney.

"Ahh... Lepaskan pangeran! Bahu ku sakit sekali" Pangeran Richard melepaskan pegangannya itu.

"Baiklah akan aku ganti pertanyaannya. Kenapa kau membunuh adikku? Ha? Kenapa?" Bentak pangeran Richard lagi. Mendengar pertanyaan itu putri Courtney sangat terkejut.

"Dengarkan penjelasan ku dulu pangeran! Memang benar aku yang telah membunuh putri Taniya, tapi..."

"Jadi benar kau yang membunuh adikku. Apa yang sebenarnya kau inginkan? Apa yang kau dapatkan dengan membunuh putri Taniya? Orang yang aku cintai ternyata...."

"Tapi pangeran aku...."

"Pergilah!"

"Dengarkan penjelasanku dulu pangeran!"

"Apa yang ingin kau jelaskan ha? Aku sudah tau semuanya. Karena kaulah adikku meninggal. Jadi apa yang ingin kau jelaskan lagi? Kau tidak mau pergi? Kalau begitu aku yang akan pergi!" Pangeran Richard pergi meninggalkan putri Courtney.

"Tunggu pangeran! Aku mohon jangan pergi!" Putri Courtney mencoba menghentikan langkah pangeran Richard. Tetapi pangeran Richard terus berjalan tanpa memperdulikan permohonan putri Courtney yang menyuruhnya untuk berhenti. Hingga sampailah mereka berdua dibelakang istana. Saat itu pangeran Richard menghentikan langkahnya.

"Aku tau kau tidak akan pergi meninggalkanku" Ujar putri Courtney.

"Ditempat inilah kita bisa memulai hubungan" Ucap pangeran Richard tiba-tiba sembari membalikkan badannya menghadap putri Courtney.

"Dan ditempat ini juga hubungan kita berakhir"

"A..apa maksud perkataan mu itu?"

"Aku tidak bisa berhubungan dengan orang yang telah membunuh adikku. Jadi aku mohon kau tidak usah menemui ku ataupun datang kesini lagi!" Ucap pangeran Richard dan langsung membalikkan badannya membelakangi putri Courtney. Pangeran Richard perlahan melangkahkan kakinya menjauhi putri Courtney.

"Tunggu! Aku bilang tunggu!" Langkah kaki pangeran Richard terhenti. Air mata pun juga telah menetes dipipih putri Courtney.

"Apa segitu mudahnya kau memutuskan hubungan ini pangeran? Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku. Tapi sekarang apa kau ingin mengingkari janji yang kau buat sendiri?" Tanpa memperdulikan semua ucapan putri Courtney, pangeran Richard terus melangkahkan kakinya menjauh dari putri Courtney.

"Berhenti! Aku bilang berhenti pangeran Richard!" Pangeran Richard terus berjalan dan menghilang dikejauhan.

"Berhenti... aku mohon. Jangan tinggalkanku seperti ini." Tangis putri Courtney pecah. Hatinya begitu sakit. Air matanya terus mengalir deras dipipihnya.

....

Pangeran Richard pergi kekamarnya. Rasa penyesalan, amarah, bercampur menjadi satu.

"Aaaa" Teriak pangeran Richard. Dia menghancurkan semua benda yang ada dikamarnya.

"Kenapa semua ini bisa terjadi? Kenapaaaa?" Teriak pangeran Richard.

....

Putri Courtney menangis disudut ruangan kamarnya. Dia terus saja menangis.

Jangan! Aku mohon jangan seperti ini! Kenapa kau tidak mau mendengar penjelasanku dulu pangeran? Semua ini memang kesalahan ku. Tapi aku mohon jangan seperti ini! Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkan ku. Apa kau tidak akan menempati janji mu itu? Maaf...maaf...maafkan aku! Batin putri Courtney. Didalam batinnya ia menangis sangat keras. Walaupun mulutnya membisu tetapi batinnya berbicara.

"Wildark. Pasti dialah yang melakukan ini. Ya, dia pasti hanya menjelaskan setengah dari kebenarannya. Aku harus menemuinya!" Gumam putri Courtney sembari menghapus air mata yang mengalir dipipinya.

....

"Wildark. Dimana kau?" Teriak putri Courtney sembari memasuki beberapa ruangan diistana kegelapan untuk mencari Wildark.

"Aku ingin bicara. Dimana kau?" Teriak putri Courtney lagi.

"Hei siapa kau? Kenapa kau masuk keistana ini dan membuat keributan?" Ucap salah satu penjaga istana kegelapan.

"Dimana Wildark? Dimana dia?"

"Berani-beraninya kau menyebut nama tuan kami seperti itu. Keluar dari istana ini sekarang atau kau akan mati"

"Mati kata mu? Coba dan bunuh saja aku jika kau bisa" Putri Courtney mengeluarkan pedangnya. Belum sempat pedang itu diayunkan, Wildark telah terlebih dulu menghentikannya.

"Ada apa ini?" Tanya Wildark.

"Tuanku" Penjaga itu membungkukkan badannya memberi hormat.

"Aku mau bicara denganmu!" Ucap putri Courtney.

"Kau pergilah!" Ucap Wildark kepada penjaga itu. Dan penjaga itu langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

"Ada apa? Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Wildark.

"Kenapa kau memberitahukan kebenaran dari kematian putri Taniya? Kenapa kau selalu saja ikut campur masalah orang lain? Apa yang kau inginkan dariku ha?"

"Bukankah kebenaran dari kematian putri Taniya memang harus diketahui oleh kakaknya? Aku telah melakukan hal yang benar. Aku telah memberitahu kebenaran yang selama ini disembunyikan. Bukankah itu bagus?"

"Apa kebenaran itu sudah semua kau beritahu kepadanya? Atau hanya sebagian kebenaran saja?"

"Apa maksudmu? Tentu semuanya."

"Benarkah? Lalu kenapa dia masih sangat marah ke padaku? Ha? Kenapa?" Bentak putri Courtney.

"Apa kau pikir setelah kehilangan dua adiknya, terlebih lagi yang membuat kedua adiknya itu meninggal tidak lain adalah orang yang dicintainya, dia tidak akan marah? Jelas dia akan sangat marah, dan mungkin tidak akan memaafkan orang yang membunuh adiknya itu."

"A..apa maksudmu yang membuat kedua adiknya meninggal adalah aku? Memang aku yang membunuh putri Taniya. Tapi semua itu terjadi karena aku berada dalam pengaruh sihirmu. Tapi, putri Taliska, bukan aku yang membunuhnya."

"Memang bukan kau yang membunuh langsung putri Taliska. Tapi alasan dari kau bisa hidup itulah, putri Taliska meninggal"

"Apa maksudmu ha?" Tanya putri Courtney. Wildark menjelaskan semua kejadian yang membuat putri Taliska bisa meninggal.

"Apa? Jadi kematian putri Taliska penyebabnya adalah aku. Apa semua ini benar? Tidak. Ini pasti hanya kebohongan mu lagi. Tidak ini tidak benar"

"Aku tidak berbohong. Itulah kenyataannya. Pangeran Richard juga sudah mengetahui semua ini"

"Jadi kau juga sudah mengatakan kepadanya. Tidak bukan aku yang membunuhnya. Kau berbohong. Aku tidak membunuhnya." Ucap putri Courtney sembari pergi dari hadapan Wildark. Seperti biasanya Wildark tersenyum licik.

The Kingdom Of Heaven And Earth (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang