Hari itu, hari dimana pangeran Richard mengetahui kebenaran dari kematian adiknya yaitu putri Taliska maupun putri Taniya. Sekaligus menjadi kenyataan yang menyakitkan, lantaran penyebab kematian dua adiknya itu disebabkan oleh putri Courtney yang tidak lain adalah orang yang dicintainya. Semenjak hari itu juga pangeran Richard tidak pernah lagi pergi menemui putri Courtney. Pangeran Richard mencoba untuk tidak mempercayai semua yang dikatakan Wildark hari itu kepadanya. Akan tetapi pangeran Richard juga mengetahui kalau perkataan Wildark saat itu tidak berbohong. Pangeran Richard tidak pernah keluar dari kamarnya semenjak hari itu. Dia hanya bisa diam dan memikirkan putri Courtney yang tidak mungkin bisa melakukan semua itu. Semakin pangeran Richard memikirkan semua itu, semakin banyak kebenaran yang muncul dipikirannya. Pangeran Richard tiba-tiba mengingat luka yang ada ditangan putri Courtney saat itu. Luka yang ia berikan oleh perempuan misterius itu, sama persis dengan luka yang ada ditangan putri Courtney. Mengingat luka itu, membuat pikiran pangeran Richard bertanya-tanya. Apakah benar putri Courtney yang melakukan semua itu? Apakah benar putri Courtney wanita misterius itu? Apakah benar luka itu didapatkan putri Courtney saat dia ditemukan dijurang? Apakah benar? Apakah benar??? Pikiran pangeran Richard terus dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Pertanyaan itu terus muncul, hingga seseorang datang dan menghentikan pertanyaan yang mulai berdatangan dipikiran pangeran Richard saat itu.
"Ibu? Kapan ibu kesini?" Tanya pangeran Richard kepada orang itu yang ternyata ibunya ratu Janessa.
"Ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan? Sampai-sampai kau tidak menyadari kedatangan ibu disini." Pangeran Richard hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan ibunya itu.
"Apa ada sesuatu yang telah terjadi? Sudah hampir empat hari kau tidak keluar kamar. Ibu sangat mencemaskan mu. Ayah mu juga sudah mulai marah, karena kau tidak melaksanakan kewajiban mu sebagai pangeran dari kerajaan ini. Apa kau hanya ingin memendam semuanya sendiri? kau tidak ingin bercerita keibu mu ini?"
"Ibu. Apa ibu masih ingin balas dendam kepada orang yang telah membunuh putri Taniya?" Tanya pangeran Richard yang membuat ratu Janessa terkejut.
"Ada apa? Apa kau tau siapa orang yang telah membunuh adikmu?"
"Ti..tidak bu. Aku tidak tau" Pangeran Richard terpaksa berbohong saat itu.
"Ibu sangat ingin membalas kematian putri Taniya. Ibu ingin sekali membunuh orang itu."
"Apa?"
"Iya. Ibu ingin sekali membalaskan dendam atas kematian putri Taniya. Tapi jika kita melakukan itu, apa bedanya kita dengan orang yang telah membunuh adik mu itu? Sebelumnya ibu tidak bisa menerima kematian dari adikmu. Ibu ingin sekali membunuh orang yang telah membunuh adikmu. Tapi lama-kelamaan ibu mulai mengerti, kalau semua itu terjadi karena takdir. Sudah takdirnya putri Taniya seperti itu. Jadi ibu mencoba untuk melupakan apa yang telah terjadi."
Apa aku bisa melupakan semua itu bu? Apa aku bisa menerima kematian dua adikku itu sebagai takdir mereka? Apa aku bisa melupakan penyebab dari kematian adikku itu dikarenakan oleh putri Courtney? Aku ingin sekali melupakan semuanya. Tapi bagaimana aku bisa melakukan itu? Aku sudah berjanji dihatiku untuk membalas kematian dari adikku itu. Bagaimana aku menghadapi semua inii? Batin pangeran Richard.
"Sayang. Ibu tau kau menyembunyikan sesuatu dari ibu. Tapi kau harus mencari tau alasan dari semua yang kau pikirkan itu! Dan satu hal lagi, biarlah masa lalu menjadi masa lalu. Jadi sekarang ibu mohon, kau jangan mengurung diri dikamar lagi. Adik mu pangeran Willy tidak ingin belajar setrategi perang jika tidak kau sendiri yang mengajarkannya. Keluarlah sekarang ya!" Pinta ratu Janessa.
"Baiklah bu. Aku akan keluar"
"Bagus sayang. Kalau begitu ibu keluar duluan ya." Ratu Janessa keluar dari kamar pangeran Richard.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom Of Heaven And Earth (Complete)
FantasíaKerajaan yang berbeda, dapatkah menyatukan kita?