Harry's POV
"Lihat sialan, aku selalu sial ketika jalan denganmu." Haizley menggerutu di belakangku sambil menenteng stiletto nya. Dia terus menyalahkan aku karena mobilku mogok, mana aku tahu kalau nantinya mobil itu akan berhenti secara tiba-tiba. "Coba saja kau tidak mengajak aku makan di luar!"
Aku hanya memutar bola mataku dan mengecek benda yang ada di pergelangan tanganku. "Kenapa kau tidak menghubungi salah satu dari keempat temanmu."
Mana mungkin mereka mau keluar sedangkan ini sudah pukul 00 dini hari, dan bodohnya aku, aku hanya menggunakan baterai ponselku untuk membalas chat tidak penting mereka di grup dan pada akhirnya baterai ponselku habis dan sebentar lagi aku akan habis di tangan Haizley. Aku bohong pada Haizley kalau aku sedang menunggu salah satu dari temanku, kalau dia tahu kurasa dia akan membunuh aku dan melempar jasadku di semak-semak.
Aku melihat Haizley kembali kembali memakai stiletto nya dan menghentakkan kakinya di aspal jalan. "Haizley, kita pergi dari sini."
Bukannya mengikuti aku, Haizley justru melempari aku dengan menggunakan stiletto nya. "Mana temanmu?"
"Tidak ada. Kita sudah tiga jam seperti orang bodoh di sini."
"Bukankah kau menghubungi mereka tadi?"
"Tidak," kataku lalu berjalan cepat meninggalkan Haizley.
"Harold! Tunggu sialan!" aku semakin jalan dengan cepat yang justru mirip seperti lari. Aku kembali menengok ke belakang dan mendapati Haizley sedang berlari. "Kau meninggalkan mobilmu?"
"Persetan dengan mobil sialan itu."
"Astaga Harold. Aku kerja selama setahun saja belum tentu bisa membeli mobil itu."
"Sudahlah, lagipula tidak akan ada yang menderek mobil itu. Kita akan jalan besok pagi kembali ke Villa. Kita butuh tempat penginapan," ucapku lalu merapatkan jaketku. "Aku jujur, baterai ponselku habis. Jangan bunuh aku."
"Kau yakin di sekitar sini ada penginapan?" aku hanya mengangguk, sebelum mobil itu berhenti, tidak jauh dari sini aku tadi melihat Motel. Tunggu, kalau kami menginap di Motel, itu berarti tidak ada boneka Annabelle dan Tumbuhan Kacang yang akan menganggu kami, akhirnya. "Harry kau jangan membuat aku takut. Kenapa kau tertawa sendiri."
"Tidak apa-apa. Kurasa Motel nya sudah dekat. Kau lihat lampu itu?"
Haizley meletakkan telunjuknya pada hidungku. "Jangan berpikiran yang macam-macam."
Aku terkekeh dan memukul pundak Haizley selagi kami terus berjalan. "Ih Haiz, kau sudah mesum. Siapa yang berpikiran yang macam-macam."
"Oh begitu, padahal..." Haizley tertawa kemudian berlari, dia menggantung kalimatnya. Kuharap dia tersandung karena benda yang tadi dia lemparkan padaku.
"Untuk apa kau tinggal, ayo masuk!" aku menarik tangan Haizley kemudian mendorong pintu kaca untuk masuk ke dalam Motel. Kukira akan ada orang yang menyapa kami seperti di Hotel, yang ada hanya suara permen karet yang diletupkan di dalam mulut. Aku mendekati meja resepsionis dan mendapati seorang perempuan sedang duduk bersantai sambil memainkan ponsel dan kedua kakinya ada di atas meja.
"Kalian mau apa?" dia bertanya tanpa menatap kami. Harusnya dia sopan, dia bahkan belum menurunkan kakinya di atas meja.
"Tentu saja kami mau menginap," jawab Haizley.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moron Five
Fanfiction[✔ | one direction fanfiction] Harry: Apa pendapat kalian mengenai pasanganku? Louis: Bajingan, bitchy, brengsek. Liam: Kurang ajar. ZAYN: MeNJengKElkAn Niall: Segolongannya :v Harry: Harry sedang tidur, aku menggantikannya membalas chat kalian di...